Part 7

35 1 1
                                    

*Maafkan aku buat adik2 yang belum cukup umur dan beberapa orang yang mungkin kurang berkenan sama beberapa adegan di part ini silahkan di skip aja yach....

Saking terkejutnya Ana ponsel yang ada di tangannya terjatuh ke lantai tanpa ia sadari.

“Halo sweet heart..bagaimana kabarmu selama aku tak ada di sini?” Sapa orang tersebut.

“K…kau bagaimana kau ada di sini?” Tanya Ana terbata.

“Ckck….tentu saja aku bisa sweet heart dan bahkan itu sangat mudah untukku.” Ucap orang tersebut sambil berjalan mendekati Ana yang berusaha menghindar darinya.

Sebuah senyuman miring tercipta di bibir Angga melihat reaksi ketakutan Ana.

“S…sebaiknya kau pergi dari sini kalau tidak aku akan berteriak.” Ancam Ana dengan sisa keberanian yang ada. Diluar dugaan Angga malah tertawa seakan yang dikatakan Ana adalah sebuah lelucon.

“Silahkan saja kau berteriak aku malah semakin senang karena itu berarti hukumanmu akan semakin berat.” Ucap Angga yang sudah memojokkan Ana.

“Hu….hukuman?” Tanya Ana dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.

“Iya sweet heart hukuman untukmu karena sudah berani melanggar perintah dariku.” Jawabnya sambil membelai lembut bibir bawah Ana dengan ibu jarinya.

Mendengar jawaban Angga membuat air mata Ana semakin menganak sungai, ingin berteriak namun ia terlalu takut kalau Angga benar-benar akan melaksanakan ancamannya.

“A….aku mohon jangan sakiti aku. Aku tidak tahu kesalahan apa yang telah aku lakukan padamu hingga kau ingin menghukumku.” Lirih Ana di sela tangisnya.

“ Jangan menangis sweet heart bukankah kau memang bersalah? Jadi kau harus mendapat hukuman.” Ucap Angga sambil menghapus air mata di pipi Ana.

“T…tap..”

Ucapan Ana terpotong karena kini bibir Angga sudah membungkam bibirnya.

Mendapat serangan mendadak dari Angga membuat mata Ana membola, tubuhnya terasa kaku sementara kakinya terasa bagaikan jeli beruntung  salah satu tangan Angga mampu menopang dirinya.

Sementara Angga yang merasa Ana tak membalas ciumannya, menggigit kecil bibir Ana yang membuat nya memekik dan hal itu tidak disia-siakan oleh Angga dengan segera ia memasukkan lidahnya dan mengeksplor semua yang ada di dalam mulut Ana.

Angga terus saja mengisap, menjilat dan mengeksplor semua yang ada di mulut Ana hingga Ana memukul-mikul dadanya kerena merasa kehabisan nafas barulah ia melepaskan ciumannya itu.

Setelah ciuman itu itu terlepas Ana menghirup udara sebanyak-banyaknya sementara Angga hanya tersenyum sambil membersihkan sisa salivanya yang masih menempel di bibir Ana yang sedikit membengkak karena ulahnya barusan.

“Tadi adalah hukuman untukmu sweet heart karena berani melanggar kata-kataku.” Ucapnya sambil tersenyum dan membelai bibir Ana yang membengkak karena ulahnya.

Ana tak lagi memperhatikan ucapan Angga ia terlalu sibuk mengisi paru-parunya dengan udara membuat Angga tersenyum dan kembali mengangkat wajah Ana kemudian menatap matanya diantara keremangan cahaya yang ada di kamar itu.

“Ingatlah hukumanku ini sweet heart jika sekali lagi aku melihatmu tersenyum pada pria lain maka jangan salahkan aku bila aku melakukan hal yang lebih gila padamu.

Ingatlah mulai saat ini bibir, tubuh, senyuman dan semua yang ada  padamu secara resmi menjadi milikku. Tidak ada seorang pun yang boleh menyentuh atau mengambilnya dariku kalau hal itu sampai terjadi maka tidak ada seorangpun yang bisa melindungimu dariku bahkan seorang pejabat hukum sekalipun.” Tegasnya penuh penekanan dan intimidasi.

“Apa kau mendengar dan mengerti dengan ucapanku sweet heart?” Tanyanya penuh aura intimidasi.

Karena rasa takut Ana tak sanggup lagi menjawab pertanyaan Angga ia hanya mengangguk layaknya sapi yang dicucuk hidungnya.

“Bagus….kalau kau mengerti.” Ucap Angga kemudian menarik Ana ke dalam pelukannya dan mencium pucuk kepala gadis tersebut.

Mendapat perlakuan seperti itu Ana hanya bisa diam ia terlalu takut untuk melawan hingga tanpa di duga Angga mengangkat Ana ala bridal dan membawa gadis itu kembali ke tempat tidur dan membaringkannya.

“Baiklah sekarang tutup matamu dan tidurlah aku akan ada di sini menemanimu sampai kau tertidur.” Bisiknya.

Tak ingin membantah Ana langsung memejamkan matanya dan membiarkan Angga berbaring di sisinya sambil membelai lembut rambut Ana.

“Maafkan aku sweet heart harus datang dengan cara  seperti ini. Tak sedikitpun niat di hatiku untuk melukai ataupun menakutimu hanya saja aku benar-benar tidak bisa menerima saat kau tersenyum pada pria lain.

Kau adalah milikku sejak dulu, hari ini dan bahkan selamanya akan seperti itu tidak akan pernah berubah.

Kau harus tahu bahwa aku orang yang egois dan aku tidak ingin berbagi milikku dengan siapapun itu. Jadi ku mohon padamu sweet heart jangan buat aku marah lagi karena aku tak ingin menyakitimu. Apakah kau tahu air matamu adalah kelemahanku. Setetes air matamu yang jatuh membuat hatiku sakit bagaikan teriris sembilu.” Bisiknya sambil terus membelai rambut Ana.

Saat merasa bahwa Ana sudah benar-benar tertidur barulah Angga duduk kemudian menatap wajah tidur Ana yang tenang.

“Selamat tidur sweet heart jangan lupa mimpikan aku. I Love You sweet heart..” Bisiknya kemudian mengecup kening, kedua mata, pipi dan berakhir pada bibir Ana dengan sangat lembut.

Setelah itu Angga meninggalkan rumah Ana setelah sebelumnya memerintahkan beberapa orang untuk menjaga dan mengamati Ana seperti sebelum-sebelunya.

Jam menunjukkan pukul 7.30 pagi Ana terbangun dari tidurnya dengan kepala yang sedikit terasa pusing mungkin akibat semalam terlalu banyak menangis akibat ketakutan. Dengan segera ia mengambil ponselnya dan menghubungi Luna untuk memberitahukan ketidak hadirannya di kantor.

Dengan langkah yang sedikit goyah ia melangkahkan kakinya menuju ke dapur untuk membuat sarapan namun betapa terkejutnya ia karena mendapati sepiring nasi goreng komplit beserta telur mata sapi dan juga segelas susu sudah terhidang di atas meja.
Tanpa banyak berfikir lagi Ana segera melahap makanan yang sudah terhidang di atas meja. Kepalanya sudah terlalu pusing untuk berpikir tentang sesuatu yang sudah ia tahu jawabannya.

Jalan keluar mengenai permasalahannya biarlah nanti ia akan meminta bantuan dari para sahabat-sahabatnya semoga saja mereka nanti memiliki ide yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalahnya ini.

Untuk saat ini ia benar-benar butuh istirahat untuk menenangkan hati dan juga pikirannya. Setelah beristirahat selama setengah hari kini keadaan Ana sudah jauh lebih baik.

Saat ini Ana, Luna dan Diana sedang duduk di taman kecil yang berada di belakang rumah Ana.

“J…jadi maksudmu semalam Angga ada di sini? Di rumah ini?” Tanya Luna meyakinkan.

“Hm…” Gumam Ana.

“Kenapa kau tidak segera menghubungi kami? Atau paling tidak berteriak minta tolong pada para tetanggamu?” Sewot Diana.

“Huft….bagaimana bisa aku menghubungi kalian kalau ponselku sudah tergeletak dilantai dan ia sudah berada di hadapanku. Mau teriak apa kalian pikir aku masih bisa kalau dia sudah mengancam . Aku benar-benar ketakutan dibuatnya.” Ucap Ana dengan nada frustasi.

“Lalu apa saja yang sudah dilakukannya padamu semalam?” Tanya Diana semakin khawatir.

“Tidak ada, dia hanya menghukumku saja.” Jawab Ana sedikit ragu.

“Menghukum?” Tanya Luna dan Diana bersamaan.

“Iya!” Jawab Ana sambil mengacak rambutnya frustasi.
Mendengar jawaban Ana membuat Luna dan Diana menatapnya penuh selidik.
***

Sekian dulu part ini moga aja masih ada yang mau baca.

Jangan lupa vote n comment nya yach. Buat yang udah nyempatin buat baca, komen n ngasih vote buat cerita gaje ini aku ucapin makasih banyak yach......

Love u all

FIND YOUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang