Part 3

28 1 1
                                    

Kantor malam ini tampak begitu buram, tak satu pun bintang yang tampak menyinari langit malam ini. Bahkan sang rembulan seakan enggan menunjukkan sinarnya, Ana duduk menatap langit malam ini dari jendela kamarnya.

Di rumah sederhana ini Ana hidup seorang diri berteman sepi .

"Ibu, ayah, nenek lihatlah aku baik-baik saja di sini, di sana kalian tetap melihatku kan? Aku yakin saat ini kalian sedang tersenyum melihatku karena aku tetap bertahan meski tak ada yng menginginkan ku.

Meski terkadang aku begitu merindukan kalian hingga rasanya sesak tapi demi kalian aku akn mencoba bertahan." Lirihnya disela air mata yang terus menetes.

Tanpa disadari oleh Ana di kejauhan sana seseorang sedang melihat dirinya yang rapuh.

"Mengapa kau terlihat begitu rapuh di malam ini sweet heart ataukah memang ini dirimu yang tersembunyi dibalik senyuman dan sikap ramahmu. Tidak sweet heart ku mohon jangan menangis lagi karena aku tidak akan pernah sanggup melihat air matamu." Ucap Angga sambil me.belai lembut wajah Ana yang berada di dalam video seakan gadis itu dapat mendengarkan ucapannya.

Tak terasa waktu berlalu setelah Luna mengatakan kejujuran mengenai penggonaan foto dan biodata dirinya di dalam sebuah situs beruntung tak ada hal berbahaya yang terjadi pada mereka berdua bahkan kini hubungan persahabatan  mereka sudah kembali meski rasa kecewa masih ada di dalam hatinya.

Sementara itu Yudha semakin gencar mendekati Ana dan terus berusaha mendapatkan restu dari sang mama.

"Ana..." Teriak Yudha memanggil Ana yang sedang mengantri di sebuah kedai cepat saji.

"Yudha, sedang apa di sini?" Tanya Ana sedikit tidak nyaman karena Yudha sudah berada di belakangnya.

"Sama sepertimu aku juga ingin makan, oh iya dengan siapa?"

"Oh aku bersama Diana dan juga Luna tuh mereka duduk disana." Jawab Ana sambil menunjuk Diana dan Luna yang sudah duduk di salah satu meja.

"Sini biar aku saja yang mengantri untuk kalian kau duduk saja bersama mereka." Ucap Yudha sambil bersiap menggantikan Ana untk mengantri.

"Ah gak usah lagi pula pesanan kami dah jadi kok tu..." Ucap Ana sambil menunjuk pesana mereka yang sudah siap.

Sementara itu di salah satu meja yang berada di sudut kedai tersebut Angga mengepalkan tangannya menahan emosi melihat interaksi yang terjadi antara Ana dan Yudha.

"Brengsek berani sekali dia mendekati milikku." Umpat nya.

"Maaf bro makanya kau harus bergerak cepat kalau tak ingin milikmu itu direbut olehnya. Sebab sejauh yang ku tahu sudah sejak dulu ia berusaha mendekati gadis mu itu dan mengingat sifat gadismu yang terlihat keras di luar namun lembut di dalam aku takut dia akan luluh dengan semua perhatian yang diberikan oleh pemuda itu. Ucap Juan sahabat sekaligus sahabat Angga.

"Jangan membuat ku semakin marah Juan, aku tidak akan membiarkan dia atau pun orang lain mendekati milikku.

Lihat saja sekali seseorang memasuki kehidupan seorang Erlangga Wijaya maka tak ada jalan baginya untuk keluar tanpa persetujuan dariku.

Tunggu saja akan ada banyak kejutan untukmu sweet heart..." Ucap Erlangga sambil tersenyum licik yang membuat Juan bergidik karena memikirkan ide licik seorang Erlangga Wijaya.
@@@

Ana sedang duduk menonton ketika tiba-tiba ponselnya berdering tanda panggilan masuk. Tanpa melihat nama pemanggil Ana langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Assalamu alaikum.." Sapa nya.

Merasa tak ada jawaban Ana kembali mengucapkan salam.

"Halo, assalamu alaikum."

Masih tak ada jawaban Ana segera menatap ponselnya sebuah nomor baru dan penggilan tersebut masih tersambung. Dengan perasaan takut yang mulai memenuhi hatinya sekali lagi Ana mengucapkan  salam.

"Halo, Assalamu alaikum...."

Masih tak ada jawaban dari seberang, baru saja Ana akan mematikan panggilan tersebut sebuah suara maskulin dari seberang menghentikannya.

"Sweet heart..., aku merindukanmu tunggu aku sebentar lagi."

Tuut...tuut

Ana mematikan panggilan itu secara sepihak rasa takut semakin mendominasi di hatinya, dengan segera ia mematikan tv, mengunci semua pintu dan jendela yang ada di rumahh itu kemudian ia segera mematikan lampu dan berlari menuju kamarnya lalu mengunci pintu kamar dan bergelung dibalik selimutnya.

Baru saja ia akan menutup matanya ponselnya kembali berdering tanda pesan masuk.

Dengan rasa was-was dan takut ia membuka pesan tersebut seketika matanya membola dan jantung nya berpacu semakin cepat.

"Mematikan lampu, mengunci pintu dan jendela atau pun bergelung di balik selimut tidak akan membuatmu hilang dari penglihatanku. Karena aku akan selalu melihatmu di mana pun kau berada."

Sebuah pesan sederhana yang disertai foto rumah Ana yang tampak gelap karena lampu yang dimatikan sukses membuat Ana gemetar ketakutan.

***

Hai...maafkan aku yang gak bisa up karena kesibukan dunia nyata yang gak bisa ditinggalkan.

Moga kalian suka yach part ini.

Makasih buat semua yang udah ngasih vote n comment untuk cerita ini.

Maafkan untuk segala salah dan kekurangan dari cerita ini.

Tetap dukung aku yach dengan ngasih vote n comment untuk cerita ini.

FIND YOUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang