Langit malam diselimuti awan kelam seakan mencerminkan perasaan yang dirasakan oleh Ana saat ini. Hatinya begitu sakit perasaannya semakin terluka ucapan wanita sore tadi benar-benar telah membuka lukanya. Ibu.sesakit inikah yang ibu rasakan selama ini? perasaan ditolak dan terbuang ini semakin menyesakkan. Air mata mulai jatuh membasahi pipinya. Ibu, ayah aku merindukan kalian. Apa kalian bisa melihatku dari sana? Lirihnya di sela tangis kepedihannya.
Sebulan telah berlalu semenjak kehadiran wanita tersebut dan mengenai Angga entah apa sebabnya kini pria tersebut tak lagi mengganggu hari-hari Ana maupun kawan-kawannya. Ana Panggil Luna dari arah belakang saat ia baru akan memasuki kantor.
Luna, hai bagaimana akhir pekanmu? Tanya Ana sambil berjalan bersisian dengan Luna.
Buruk. Jawab Luna dengan wajah terlihat sendu.
Mendengar jawaban Luna membuat Ana mengernyit tak mengarti.
Aku putus dengan Mario.
Ha. kok bisa? Tanya Ana tak percaya.
HahLuna menarik nafasnya dalam. Dia tahu aku ikut aplikasi chat menggunakan namamu. Padahal aku dah berusaha buat jelaskan padanya kalau itu cuma iseng tapi dia gak mau ngerti. Dia merasa kalau aku sama sekali tak menganggap keberadaannya. Jawabnya dengan lesu. Saat ini mereka sudah berada di meja kerja Luna.
Ya ampun aku ikut prihatin yahtapi kau tenang saja Mario cowok yang baik dan berpikiran luas, aku yakin saat ini dia hanya sedang marah. Tunggu saja sampai semuanya tenang dia pasti akan balik padamu lagi.
Aku harap juga seperti itu An
Halo every body??? Suara cempreng Diana mengalihkan atensi mereka.
Diana memeluk kedua sahabatnya dengan perasaan rindu yang berlebihan padahal mereka hanya terpisah dua hari karena weekend ini ia dan Luna kembali ke kampung halaman mereka masing-masing.
Eh udah pada tahu kabar terbaru belum? Tanya Rendi yang tiba-tiba sudah berada di dekat mereka.
Kabar apa? Tanya Diana penuh rasa penasaran.
Beberapa minggu lagi pak bos akan mengajak beberapa orang untuk ikut bersamanya ke kantor pusat dan untuk itu hari ini ia akan memilih siapa saja yang akan ikut agar lebih bisa segera diurus segala kelengkapannya. Aku sih benar-benar berharap agar salah satu yang ditunjuk untuk pergi adalah aku. Kan lumayan kapan lagi bisa ke luar daerah dibiayain sama kantor.
Oh ya??? Pekik Luna, Ana, Diana dan beberapa orang lainnya yang kebetulan mendengar ucapan Rendi.
Ehm.suara deheman dari arah belakang membuat mereka segera kembali ke meja masing-masing. Sementara Rendi dengan kikuk segera berjalan melewati sang bos menuju ke mejanya. Sepertinya saya tidak perlu bicara berpanjang lebar di sini. Seperti yang sudah kalian dengar dari Rendi jadi saya minta nama-nama yang akan saya sebutkan agar segera menyiapkan segala kelengkapan dan laporan yang akan di laporkan di kantor pusat di Jakarta. Luna Anastasia, Rony, Devianti Raditya, Diana Puspita, Tatiana Syafira dan.. Lukman Rahadi sang bos dengan sengaja sedikit menjeda ucapannya sementara para para bawahannya menahan nafas karena gugup terutama Rendi sang biang kerok di divisi mereka.
Dan..Yudha Pamungkas. Ucap Pak Lukman pada akhirnya.
Yapak kok namaku gak ada sih tambah satu orang lagi donk pak? Rengek Rendi.
Maaf Rendi tapi kuota untuk tugas ini hanya orang-orang yang sudah saya sebutkan tadi. Dan untuk kalian yang namanya sudah disebutkan paling lambat besok siang segala kelengkapan kalian harus sudah ada. Pungkasnya kemudian berlalu meninggalkan ruangan itu dan Rendi yang tampak manyun di depan meja kerjanya.
Ih.pak boss tega banget sih kok aku gak dibawa. Sewot Rendi begitu Pak Lukman tak lagi terlihat.
Ya sudah kalau begitu kau saja yang pergi menggantikan aku. Ucap Ana tidak tega melihat wajah manyun Rendi.
Benarkah? Tanya Rendi antusias.
Iya kalau mau kau bicarakan saja pada pak
Bagaimana dengan laporannya apakah kau bisa menggantikan untuk menjelaskannya di kantor pusat Ren? Potong Luna cepat.
Mendengar pertanyaan Luna wajah Rendi yang tadinya ceria kembali manyun, Dasar pengganggu, gak bisa liat aku senang ya Lun? Baru aja mau berbahagia udah dipatahin lagi. Resek kau Lun. Dongkol Rendi. Sementara Ana yang melihat hal itu hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sifat kekanakan teman-temannya.
***
Bagaimana An, Angga masih mengganggumu? Tanya Luna saat ini mereka sedang berada berada di mall yang ada di kota itu.
Alhamdulillah dia udah gak mengganggu lagi. Udah bosan kali. Jawab Ana acuh.
Kalau kau sendiri gimana Lun? Tanya Diana.
Kalau aku sih dari awal kan udah aman.
Syukur deh kalau begitu berarti minggu depan kita bisa berangkat dengan aman dan tentram. Ucap mereka bertiga kemudian mereka bertiga saling pandang dan tertawa bersama.
Setelah berbelanja dan berjalan-jalan di mall mereka bertiga sepakat untuk menginap di rumah Ana malam ini berhubung malam ini malam minggu jadi mereka akan menghabiskan waktu bersama sambil menonton. Baru saja mereka tiba di depan pagar rumah Ana mereka melihat tiga orang pria berbadan tegap berdiri sambil menunggui seseorang dengan setelan jas berwarna abu-abu yang terlihat gelisah dan tidak sabar. An siapa pria itu apa kau mengenalnya? Bisik Diana.
Entahlah Di, aku sama sekali tidak mengenalnya.
Apa mungkin itu Angga, an? Tanya Luna mulai gelisah.
Bukan Lun, meski aku tak bisa melihat wajahnya tapi aku tahu postusnya dan karena itu aku yakin kalau itu bukan Angga. Jawab Ana.
Kalau begitu siapa dia? Tanya Diana semakin bingung.
Entahlah mungkin sebaiknya kita tanya mereka.
Baru saja Diana dan Luna akan protes tapi Ana sudah berjalan lebih dulu. Maaf kalian siapa? Tanya Ana sambil berjalan menuju ke teras rumahnya. Melihat kehadiran Ana ketiga pria berpadan tegap dan berpakaian hitam itu menunduk hormat, sementara pria bersetelan abu-abu menatap takjub dan tersenyum pada Ana. Merasa tak mendapatkan jawaban Ana kembali bertanya. Maaf kalian siapa? Dan ingin ketemu siapa?
Pria bersetelan abu-abu itu mendekati Ana meraih gadis itu ke dalam pelukannya dan membuat mata Luna dan Diana membola saking terkejutnya sementara Ana meronta berusaha melepaskan dirinya dari pria tersebut.
Plak.
Ana menampar pria tersebut dan menatapnya penuh kemarahan.
Brengsek. Umpat Ana dengan wajah yang memerah karena emosi.
Pria tersebut menyentuh bekas tamparan Ana di pipinya kemudian sebuah seringai tercetak dibibirnya.
Hmkuda liar, cukup menarik sepertinya tidak sia-sia aku mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk mendapatkanmu sayang. Ucapnya sambil berniat membelai pipi Ana namun dengan cepat Ana menghindarinya.
Dasar brengsek, siapa pun dirimu cepat tinggalkan tempat ini sebelum aku berteriak dan memanggil para tetangga. Ancam Ana.
Sekali lagi pria tersebut akan mendekati Ana namun dengan cepat Luna dan Diana menjauhkan Ana dari hadapan pria tersebut.
Sekali lagi sebuah seringai tercipta di bibir pria tersebut. Lihatlah ternyata calon nyonya kalian memiliki teman-teman yang baik tapi sayang karena mereka harus berpisah. Ucap pria tersebut kemudian memberikan kode kepada kepada para bawahannya untuk melumpuhkan Luna dan Diana.
***
Hai semuanya aku up lagi mohon maaf untuk cerita yang satu belum bias aku up karena satu dan lain hal hehehehehe
Btw jangan lupa vote n comment nya yach
Sorry for typo yang bertebaran n sorry juga kalua cerita ini rada gaje.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIND YOUR LOVE
RomanceBagaimana perasaan kalian saat kalian tahu kalau foto dan biodata kalian digunakan oleh orang terdekat kalian untuk mendaftar pada sebuah aplikasi perjodohan? Dan bagaimana perasaan kalian disaat seorang pria arogan yang tak kalian kenali datang dan...