Satu jam kemudian, Aldric telah menunggu di lobi hotel Canuto. Dia meremas jemari tangannya sendiri dengan gugup. Tiba-tiba seorang pria tampan yang terlihat masih muda menyapanya. Dia membatu, mengerutkan keningnya samar.
"Tuan Aldric?"
Irlac mengulurkan tangannya dengan senyum yang hangat. Saat Aldric menjabat tangannya, dia memperkenalkan dirinya. "Saya Irlac, orang yang tengah Tuan tunggu. Sekretaris saya sedikit sibuk, jadi maaf karena membuat tuan menunggu."
Melihat senyum yang ramah, Aldric pun ikut tersenyum. "Jangan terlalu sopan. Aku juga baru sampai, jadi silahkan duduk."
Mereka berdua duduk berhadapan. Irlac mengamati Aldric sekilas yang terlihat sangat gugup. "Baiklah, bisa kita mulai?"
Aldric mengangguk sebagai jawaban.
"Kami tertarik pada salah satu tanah keluarga Tuan yang tengah dilelang. Itu, tanah bagian timur ujung kota Z."
Kening Aldric menyipit. "Tuan Irlac, tanah itu tak berarti apa-apa. Itu hanya sebidang tanah kosong yang tak berarti. Tapi kami bisa menawarkan tanah yang lainnya. Bagaimana dengan dua tanah kami di pusat kota? Itu cukup bagus,"
Irlac menggeleng pelan. Tidak mengeluarkan satu pun pendapat yang dia pikirkan. Dia akan mengamati, dan melihat. Sebelum benar-benar menjelaskan niatnya untuk memilih tanah bagian timur milik mereka.
Aldric berpikir sebentar. Dia dan keluarganya telah bebar-benar di ambang batas kebangkrutan. Dia tak akan memiliki apapun jika gagal menjual salah satu dari sisa aset miliknya. Tapi, tanah yang tengah mereka bicarakan, itu hanyalah sepetak tanah dan tak akan mencukupi kebutuhannya.
"Tak bisakah aku menawarkan yang lainnya?" tawar Aldric. "Kami juga memiliki beberapa lahan yang sama bagusnya. Tapi tahan di bagian timur ini tidak termasuk di dalamnya."
Senyum Irlac terlihat hangat. Postur tegap dan pakaian rapinya membuat dirinya terlihat sangat terhormat. Dua pasang mata tajam dengan bulu mata yang panjang tampak berkibar dan berair. Itu seperti pemandangan musim semi yang menarik sebagian orang. Dia tiba-tiba mulai tertarik pada alasan Aldric yang sedikit menahan tanah bagian timur.
"Aku mengingat aset keluarga Rexton juga menawarkan tanah di bagian timur. Apakah aku salah?" gerakannya ringan, dengan anggun Irlac menggulung lengan kemejanya hingga batas siku. "Tuan Aldric, kami akan membantu perusahaan Rexton untuk bangkit dan memberi jaminan hingga perusahaan kembali ke sedia kala. Yang kami minta hanya lahan di bagian timur. Itu saja,"
Aldric menatap keseriusan nada pria di hadapannya. Ia bahkan tak mengerti, kenapa pria ini datang jauh-jauh dari luar setelah melihat seluruh kekayaan keluarga Rexton di ekspos dan dalam lelang secara diam. Dan saat mereka bertemu, itu hanya demi sepetak tanah di bagian timur. Tanah itu memang luas, namun jika di bandingkan dengan dua tanah miliknya yang tersisa, tanah bagian timur itu bukan apa-apa.
Aldric diam sesaat dan berpikir. "Tuan Irlac, apakah kau benar-benar tak tertarik pada dua tanahku yang lain? Mereka sama bagusnya dan lebih luas. Aku-"
"Perusahaan kami hanya tertarik pada tanah bagian timur keluarga anda. Tak peduli seberapa kecil tanah tersebut, tapi dia memiliki nilai yang tak terbatas. Dalam lima tahun kedepan, tanah bagian timur ini akan memiliki harga yang meningkat pesat di tangan kami. Tentu, jika Tuan Aldric ingin menjualnya dan tak ingin bekerja sama dengan kami, maka kami akan memberikan harga yang tinggi saat ini juga,"
Wajah Aldric berubah minat. Awalnya dia ingin menawarkan dua tanah lainnya agar mencukupi kebutuhan uangnya. Perusahaan mereka tengah collaps dan keluarganya juga butuh Hidup. Dia ingin keluar dari masa sulit ini dan bangkit dengan mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dream Cinderella
RomanceSetelah dilahirkan kembali, ternyata takdir Ellina tak berubah. Dia tetap berakhir di dalam gengaman pria yang sama. Mencoba mengubah mimpi buruk menjadi mimpi manis, dia mencoba menerima takdirnya. Hingga tali takdir baru mempertemukannya dengan pr...