"Kak, pulanglah. Aku telah membersihkan kamarmu," kini Lexsi maju dan bersikap sangat manis, membuat Aldric tersenyum puas.
"Oh, kau juga?" tanya Ellina dingin. "Hal apa yang kau siapkan di dalam kamarku? Apakah itu penuh dengan paku kecil agar melukai kakiku saat berjalan? Atau kau telah merencanakan sesuatuyang lebih besar? kino aku jadi penesaran," jawab Ellina dengan senyum dingin.
"Ellina," ujar Aldric dan Vania bersamaan.
Tatapan Ellina beralih pada Aldric dan Vania. Satu tangannya menegang kuat meremas tas yang bergantung di pundaknya. "Maaf, tapi aku tak memiliki keluarga," ujarnya sambil berlalu.
"Tapi kak," kejar Lexsi. Tangannya menarik satu tangan Ellina kuat dan menahannya agar Ellina tidak pergi. Dia jelas bisa melihat bagaimana kulit Ellina mulai memerah di bawah gengaman tangannya. "Kau salah paham. Ayah sama sekali tak mengeluarkanmu dari daftar keluarga. Kita berdua sama-sama anak luar. Kau tahu, aku juga bukan anak kandung ayah, kau tak perlu berkecil hati. Kita tetap keluarga," tambahnya dengan menarik selembar kertas dari dala tasnya. "Lihatlah, namamu masih ada di sini. Kau masih putri keluara Rexton."
Ellina melihat kertas yang terulur di hadapannya. Dia bisa membaca semuanya. Dan benar saja, namanya masih ada di sana. Sebagai putri keluarga rexwton. Tapi hal itu semakin membuatnya curiga. Dia menjadi ingin tahu, kenapa Aldric, Vania dan Lexsi berbondong bondong untuk menemuinya? Lalu menariknya untuk kembali pulang kerumah utama.
"Apakah kita kedatangan tamu?"
Suara berat yang terdengar dingin itu memecah segalanya. Semua mata menoleh dan mendapati Kenzie tengah mentap tajam Vania, Lexsi dan Aldric. Matanya melirik Ellina untuk memastikan keadaan Ellina dari atas hingga bawah. Dia sangat ingat, terakhir kali tunangannya ini sangat terpukul mendapati suatu kenyataan pahit yang Aldric sebutkan. Dia juga melihat begaiamana kekecewaan Ellina pada pilihan ayahnya yang telah menyatakan bahwa tunangannya itu tak pantas menyandang gelar keluarga Rexton.
"Kenapa kau tak membiarkannya masuk?" tanya Kenzie melewati mereka lalu menggenggam tangan Ellina. "Biarkan mereka masuk dan bicarakan semua di dalam. Dia menjadi tontonan," tambahnya mengarah pada Lexsi.
Mata Ellina menyipit saat tatapan Kenzie jatuh pada Lexsi. Seakan tersadar bahwa dulu Lexsi adalah sebuah bintang dan artis besar membuatnya tersenyum geli. Kenapa dia baru menyadari bahwa banyak mata menatap Lexsi? Ah, sepertinya Kenzie sedikit lebih teliti dari pada dirinya.
"Tuan Aldric, silahkan masuk ke dalam. Aku tak bisa membiarkan calon istriku berdiri terlalu lama,"
Ajakan Kenzie membuat Lexsi mengigit bibir bawahnya kesal. Dia tak menyangka akan bertemu Kenzie di sini, dan tak menyangka bahwa pria dingin itu bisa sangat lembut pada Ellina. Memikirkan itu perasaanya yang buruk menjadi kian buruk. Dia merasa bahwa semual hal yang elwlina alami itu harusnya miliknya. Harusnya dia yang menerima posisi dan perhatian hangat itu? Tapi kenapa semua di tangan Ellina?
Aldric, Vania, dan Lexsi akhirnya mengikuti langkah Kenzie dan Ellina yang telah memasuki sebuah lift. Mereka semua dalam satu lift yang sama, dan tangan Kenzie sama sekali taj pernah melepaskan tangan Ellina. Saat mereka sampai di lantai empat puluh, mereka semua keluar dan memasuki sebuah apartemen. Vania dan Lexsi cukup tertegun melihat kemewahan dalam apartemen dan Aldric jugaa sanagat tahu, bahwa apartemen luas itu tak setara dengan kemewahan di rumah utamanya. Bagaimanapun dia tahu, bahwa seluruh perabot dan hal yang ada di dalam apartement terlihat mewah dan mahal.
"Kalian tinggal bersama?" tanya Vania menyelidik melihat Kenzie juga duduk di samping Ellina. Beberapa teh telah tersaji meski tak ada satupun orang yang meminumnya.
"Tidak," jawab Ellina tenang. Tatapannya lurus pada kertas daftar keluarga yang Lexsi letakkan di atas meja.
"Kenapa jika kita tinggal bersama?" tanya Kenzie dingin, membuat semua diam ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dream Cinderella
RomanceSetelah dilahirkan kembali, ternyata takdir Ellina tak berubah. Dia tetap berakhir di dalam gengaman pria yang sama. Mencoba mengubah mimpi buruk menjadi mimpi manis, dia mencoba menerima takdirnya. Hingga tali takdir baru mempertemukannya dengan pr...