Lander tersenyum miris mengingat tugas tuannya beberapa jam yang lalu. Saat ini tiba-tiba dia berjalan menuju Kenzie dan Ellina. Namun dengan sengaja, dia menabrakkan kakinya pada salah satu guci kesayangan Qianzie hingga pecah tepat di kaki Ellina.
"Oh, ya Tuhan, aku tak sengaja." teriak Lander sedikit panik.
"Menyingkir," ucap Ernest langsung memeberi peringatan pada Ellina. Tatapan matanya fokus pada Ellina dengan mata terlihat sedikit khawatir. "Jangan bergerak, kacanya pecah dan berserak."
"Guci kesayanganku," ujar Qianzie sedikit berteriak. Dia menutup mulutnya refleks dengan mata membulat tak percaya.
Wilton segera menghampiri Qianzie dan menyentuh pundak istrinya. Menenangkan Qianzie yang siap histeris karena terlalu terkejut. Melihat kaca guci yang berserak membuat Kenzie dengan lembut menarik Ellina untuk lebih rapat ke tubuhnya. Dia mundur sedikit kebelakang agar mereka terhindar dari serakan kaca.
Lander bergerak mendekat melihat Ernest yang mulai berjongkok untuk menyingkirkan satu pecahan guci yang dekat dengan dirinya. Satu tangan Lander dengan cepat memegang pundak Ernest pelan. "Tuan, jangan bergerak lebih jauh. Ada kaca di bawah sendalmu,"
Ernest menoleh dan menatap tangan Lander di pundaknya. Hal itu embuat Lander tersnyum tipis mencoba menarik tangannya. Tapi tangannya dengan santai melewati rambut Ernest dan menarik pelan. Seakan itu bukan apa-apa, dia segera menjauhkan tangannya kemudian dengan tersenyum tipis.
"Haha, tuan. Aku tak bermaksut membuat rambut belakangmu berantakan. Aku benar-benar tak sengaja," ujar Lander dengan tangan yang langsung masuk ke dalam saku celana.
"Guciku," rengek Qianzie membuat semua mata beralih padanya.
Lander yang mendengar itu tampak sangat bersalah. "Nyonya, aku benar-benar, minta maaf. Aku tak sengaja,"
Qianzie tak menjawab dan masih menatap gucinya yang pecah. Beberapa pelayan datang dan membersihkan serpihan kaca.
"Lander, aku mengingat calon istriku juga memilih sebuah guci dari toko terbaik di negeri ini. Kau bisa memperlihatkan itu pada nyonya keluarga E. V. sebagi guci pengganti,"
Ellina menoleh saat tiba-tiba Kenzie mengatakan itu. Tidak, dia semakin curiga dengan semua hal yang baru saja terjadi. Saat semua serpihan kaca guci telah dibersihkan, Lander dengan hormat membawa Qianzie untuk melihat semua barang yang mereka bawa. Hal itu membuat suasana di ruangan tengah kian aneh.
"Kenzie," panggil Wilton jelas. Matanya melirik tangan Kenzie yang tampak sangat erat di pingggang Ellina. Dan dari sudut manapun, dia bisa menyadari bahwa keduanya tampak sangat cocok bersama. Dia bukan tak tahu pertempuran antara putranya dan Kenzie tapi saat bertemu dalam keadan seperti ini, dia selalu mengambil jalan tengah.
"Paman," ujar Kenzie dengan tatapan bersahabat. Tangannya terlepas dari pinggang Ellina. Langkahnya mendekati Wilton dan tiba-tiba dia memeluk Wilton hangat. "Sudah sangat lama, tapi paman masih terlihat muda,"
Mendapati perlakuan hangat Kenzie awalnya Wilton sangat terkejut. Tapi kemudian dia membalas pelukan Kenzie. "Aku terkejut kau masih begitu hormat padaku,"
Kenzie sama sekali tak tersentuh. Satu tangannya jelas menepuk-nepuk punggung Wilton pelan. Matanya jelas melihat beberapa rambut di pundak Wilton. "Paman, tak peduli apapun yang terjadi antara aku dan Ernest, kau tetap orang yang harus kuhormati," dan saat ucapan itu selesai, satu tangan Kenzie bergerak sedikit keatas. "Paman, apakah rambumu rontok?"
mendengar itu Wilton melepakan pelukan mereka. "Benarkah?"
"Biarkan aku membuangnya untukmu," ujar Kenzie dengan memungut beberapa rambut dan seakan membuangnya jauh. Tapi kemudian tangannya itu kembali masuk ke dalam saku celanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dream Cinderella
RomanceSetelah dilahirkan kembali, ternyata takdir Ellina tak berubah. Dia tetap berakhir di dalam gengaman pria yang sama. Mencoba mengubah mimpi buruk menjadi mimpi manis, dia mencoba menerima takdirnya. Hingga tali takdir baru mempertemukannya dengan pr...