Dua hari kemudian, Ellina duduk tersenyum mulut menikmati sebuah apel merah yang segar. Dia sudah tahu semuanya. Ayahnya memasukkan Lexsi ke rumah sakit jiwa. Dia bahkan tak menyangka bahwa semua akan sangat menguntungkan untuknya. Dia hanya memainkan bagiannya dan melukai dirinya tanpa takut. lawlu menyerahkan semuanya pada takdir dan hari ini dia mendapat kepuasan yang terduga.
"Kau puas?"
Ellina menoleh, menatap Lykaios yang masih mengupaskan apel untuknya. Tangan pria itu terulur memberikan potongan apel yang telah di kupas.meski hari mulai menjelang malam, pria itu tampak tak akan beranjak dari duduknya untuk terus memperhatikannya.
"Kau pasti sangat senang," imbuh Lykaios mendapat anggukan cepat dari Ellina.
Mata Ellina mengerling nakal sesekali. Dua sudut bibirnya meringkuk membentuk senyum malu dengan raut wajah tidak tahu apa-apa. "Dia melewati batasnya. akwu hanya melindungi diriku,"
Lykaios menggeleng dengan senyum tipis. Dia tak akan percaya pada alasan gadis di dekatnya. Gadis cantik yang terlihat cantik dan lembut itu menyimpan kelicikan dan dendam luar biasa. Di balik sifatnya yang lembut ada sifat dingin yang hampir menusuk tulang. Dia berpikir lagi dan mengerutkan kedua alisnya saat pertanyaaan ringan terlempar untuknya.
"Kemana kau akhir-akhir ini? Aku tak bisa menghubungimu, bahkan mencarimu di kantormu,"
Mata Lykaios mengerjap sekali. dwia mengigit bibir bawahnya sebentar. "Kenapa kau tak bilang padaku bahwa Kenzie tinggal di apartemenmu?"
Ellina menghentikan tangannya untuk membawa buah apel itu ke mulutnya. Wajahnya membentuk ekspresi sedikit kesal. "Hei, bukankah kau yang mencarikan apartemen itu untukku? Lalu mengapa dia ada di sana seperti patung mati?" protesnya mengingat wajah Kenzie saat pertemuannya di apartemen pertama kali.
Lykaios berpikir sesaat dan menggeleng. "Itu milik Alvian. Dan kabar yang baru saja kutahu hari ini adalah, keluarga Reegan mengambil alih kepengurusan. Maaf, aku tak memastikannya dahulu karena sejak kau pindah, keesokan harinya aku menjadi sangat sibuk. Sekarang, apakah kau akan tetap tinggal di rumah ayah baptismu?"
Ellina hanya mengangguk sekali. "Kurasa itu tak buruk. Aku juga harus memastikan sesuatu kan?" matanya meneliti ekspresi Lykaios dan seakan tersadar. Wajah tampan tak jauh darinya itu tampak sangat lelah.
"Apakah sesuatu terjadi?" tanyanya mulai khawatir. "Lykaios, apakah perusahaanmu baik-baik saja? Apakah kau mengalami kendala?"
Lykaios mengeleng cepat. "Tidak, semua baik-baik saja."
"Lalu kenapa kau terlihat lelah? Kau yakin tak terjadi sesautu yang buruk?"
Lykaios tak menjawab. Ingatannya tentu berputar pada kejadian hampir satu minggu lalu. Perusahaanya di kota Z ini menurun drastis. Awalnya semua baik-baik saja, tapi tiba-tiba semua sekaan terbalik dalam waktu singkat. Perusahannya di negara Y pun akhirnya mengalami kesulitan. Dia harus menghandle semuanya. Bahkan hampir tak memiliki waktu untuk istirahat. Melihat keanehan ini tentu saja, dia akan mencari sumbernya. Dan hal itu membuatnya tertegun tak percaya.
"Apa yang Kenzie tawarkan padamu?" tanyanya ingin tahu. "Aku jadi menebak-nebak, apa yang dia tawarkan padamu saat ini?"
Tanpa berpikir, Ellina menjawab lansung. "Pernikahan,"
"Dan kau ...," tebak Lykaios tak melanjutkan. Dia bisa meraba semuanya dari sini. Kenzie menghancurkannya. Karena terlalu lama berada di sekitar Ellina. Tidak, dia yakin, temannya itu benar-benar menghancurkannya apabila dia tidak bergerak untuk menjauh dari gadis di hadapannya.
Fakta lain yang mengejutkan, pria asing yang mengaku teman kecil Ellina, Irlac, menawarkan bantuan untuknya. Itu tanpa syarat dan entah kenapa itu semakin mencurigakan di matanya. Apa yang pria itu inginkan hingga menariknya dalam satu kapal yang sama? Apa yang harus dia korbankan jika berada dalam lingkar yang sama? Dia tidak bodoh. Irlac jelas bukan pengusaha muda baik hati yang tak memiliki tujuan. Pria itu, jelas mendekatinya untuk sesuatu yang bahkan dia sendiri belum tahu. Dan dia tak akan terjebak dalam hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dream Cinderella
RomanceSetelah dilahirkan kembali, ternyata takdir Ellina tak berubah. Dia tetap berakhir di dalam gengaman pria yang sama. Mencoba mengubah mimpi buruk menjadi mimpi manis, dia mencoba menerima takdirnya. Hingga tali takdir baru mempertemukannya dengan pr...