(3) Dengan Syarat

105 38 12
                                    

Hujan melanda kota Bandung, sejak pagi hari tadi. Jadi semua lebih memilih waktunya di rumah, begitupun dengan Shasya dan Bunda nya membatalkan untuk tidak pergi berbelanja.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu menandakan ada yang datang ke rumah, entah itu tamu ataupun orang yang mengantar paket.

Ayah Shasya pun membuka kan pintu, ia heran melihat siapa yang datang.

"Siapa yah yang dateng?" Tanya Bunda ke ayah.

Mereka menatap sepasang suami istri yang berdiri di hadapannya beserta 2 orang lagi di belakangnya.

"Loh Arka?"

"Kamu kenal Sya?" Tanya Bundanya.

"Kenal Bun, dia temen sekampus aku."

Dengan sopan Shasya bersalaman kepada kedua orang tua Arka, mereka juga di persilahkan masuk oleh kedua orang tua Shasya.

Mereka duduk di ruang tamu, Shasya pun menyodorkan teh panas yang sudah ia siapkan tadi.

"Terima kasih cantik, umurnya berapa?"

"20 tahun tante." jawab Shasya sekenanya.

"Tante pikir kamu masih 18 tahun loh, mukanya masih kaya anak smp sih."

Shasya mengangguk, ia tampak senang mendengar jawaban itu. Sebenarnya ia masih bingung dengan keadaan sekarang.

"Perkenalkan Om tante, saya Arka. Tanpa berbasa-basi, Kedatangan saya dengan keluarga bermaksud ingin meminta restu kepada kalian untuk menikahi Shasya."

Shasya tidak tau, saat ini rasanya jantung Shasya hendak meledak akibat ucapan Arka barusan.

"Jadi maksud tujuan kalian mendatangi rumah saya untuk melamar anak saya?"

"Benar Pak, saya sebagai papa dari Arka. Kami sekeluarga datang untuk melamar anak bapak yng bernama Shasya."

"Benar yang diucapkan oleh papa saya, saya ingin melamar Shaya."

"Jika kamu memang bersungguh-sungguh ingin menikahi Shasya, saya merestuinya. Jika kamu hanya ingin bermain-main dengan anak saya maka kamu tak berhak mendapatkan cintanya." tegas Ayah Shasya.

Shasya tidak menyangka, sekarang kepalanya sedikit pusing. Ia tidak ingin menikah secepat ini.

Shasya berdiri "Maaf, semuanya. Kayanya Shasya butuh waktu buat mikirin hal ini, kalo gitu Shasya permisi keluar buat cari udara segar."

Mereka hanya bisa diam ketika Shasya berpamitan dan memilih untuk keluar rumah sebentar. Arka yang tadinya hendak menahan tangannya langsung di hempas oleh perempuan itu.

Shasya tidak kemana-mana, ia hanya duduk di taman yang berada di perkomplekan rumahnya.

Ia menutup wajahnya dengan menumpukan tangan di pahanya.

"Gue boleh duduk di sini?"

Shasya mendongkak, matanya menangkap sosok pria yang tak lain adalah Arka. Shasya tak menjawab, ia hanya diam. Tampak pria itu menghela nafas dan duduk di sebelahnya.

Dear YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang