(5) Sedikit perhatian

57 13 1
                                    

Sudah setengah jam Shasya memandangi totebag miliknya yang tergeletak di lantai. Sudah sedari tadi seharusnya Shasya berangkat kuliah. Namun, Shasya hanya terdiam duduk di tempat. Betapa malas nya Shasya jika harus pergi kuliah apalagi ia akan bertemu teman-teman yang menuduhnya seperti kemarin.

Shasya masuk ke dalam ruangan, beberapa pasang mata melirik dan tersenyum kepada nya. Namun, Shasya tidak memedulikan nya. Pandangan Shasya menangkap sesosok Arka yang tengah duduk sembari berbincang dengan kedua teman nya, Naufal dan Ridwan.

Mata Shasya mendelik, tak peduli dengan Arka. Dan tak lama kemudian hadir kedatangan Cindy menghampiri bangku Shasya.

"Syaaa!!!"

"Apasih, berisik tau." ketus Shasya.

"Berita kemarin udah ilang, semalem juga mereka pada minta maaf di grup tapi lu malah ga online."

"Hah?" Shasya memeriksa isi handphonenya dan ternyata yang di katakan Cindy memang benar, pantas saja ketika ia datang semuanya tersenyum kepada dirinya.

"Tapi yang ngunciin lu di gudang belum ketauan, terus tuh ya si Arka malah cengar cengir aja tanpa tau lu kemaren kenapa. Gila sih tuh cowo!"

"Jadi lu kesel nih, ceritanya?" tanya Shasya.

Cindy melongos kesal "Serah deh, gue mau ke bangkunya ayang beb dulu."

"Idih bucin!" ucap Shasya.

"Rio muka lu kenapa?" Semua mata kini tertuju kepada Rio yang baru saja datang.

"Gausah ngeliatin gue, enyah lu semua dari pandangan gue sekarang juga!" Rio dengan nada tinggi.

"Di gebukin warga gegara ketauan nyolong kan lu ya? Haha." Ujar Bima.

Rio menjitak kepala Bima dengan cukup keras, membuat Bima langsung memegangi kepalanya.

"Sakit, woy!" protes Bima.

"Ngapain lu ngeliatin gue, hah?" Rio mengarahkan jari telunjuknya ke arah Shasya.

Raut wajah Shasya seketika menjadi kecut, menatap wajah Rio sinis.

Jam istirahat akhirnya tiba, Shasya dan Cindy masuk ke dalam kantin yang sudah cukup ramai. Di penuhi mahasiswa yang rindu jajanan kantin.

Shasya mengambil tempat yang kosong tepat nya berada di tengah kantin dan segera memesan makanan.

"Gue boleh gabung?" Terdengar suara yang tak asing bagi Shasya bertanya kepada mereka. Yap siapa lagi kalo bukan Naufal teman dekatnya Arka.

"Duduk aja." ujar mereka.

"Gua langsung aja nih, Rio bonyok tuh karna Arka."

"Fal, lu serius?"

"Ampun dah Ndy, menurut lu gue lagi becanda ga nih?"

"Kenapa dia mukulin Rio?" Tanya Shasya yang bingung.

"Temuin dia aja lah, tanya sendiri."

"Ngapain?"

"Udah ya, gue cabut. Gue cuma ngasih tau aja."

"Kenapa? Ko diem?" Cindy menatap Shasya yang melamun entah memikirkan apa.

"Gue masih bingung."

"Yaudah kalo masih bingung, ntar lu temuin dia sebelum balik dah ya."

"Temenin."

"Apaan? Gue nemenin lu berdua, terus gue jadi kamcong gitu? Ogah."

"Kalo berduaan kan nanti yang ketiganya setan Ndy."

Dear YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang