Bab 1.

20K 799 49
                                    

“Melepasmu jauh itu tidak mudah. Namun mau bagaimana? Aku tidak bisa apa-apa.”

---

“Ancur otak gue belajar Fisika gila...,” ujar seorang gadis. Memasang ekspresi wajah super tidak enak.

Nay tertawa kecil. “Gimana si lo Han, ngambil fakultas kedokteran. Belajar Fisika kok puyeng?” kata gadis itu.

Hani memijat pelipisnya. “Gue kira jadi dokter tuh enak prosesnya. Soalnya kalo gue ke rumah sakit terus ngeliat dokter tuh kaya santai-santai banget napa,” ucap Hani. “Mana wangi plus cakep banget. Bikin gue jadi pengen ikut-ikutan jadi dokter tau gak?!”

“Gak ada proses yang mudah Hani.. Semua proses pasti susah. Jadi, jangan putus asa lah!” kata Nay mencoba menyemangati.

“Emang gak sia-sia gua masuk UI fakultas kedokteran,” kata Hani. “Bisa ketemu sahabat sebaik lo.” Hani sudah ancang-ancang ingin memeluk Nay.

“Jangan peluk-peluk ya Han! Gue males ngerapihin rambut lagi,” ujar Nay menghindar. Hani itu oragnya suka sekali mengacak-ngacak rambut Nay. Soalnya Nay cantik kalo rambutnya berantakan katanya.

Hani merenggut. “Jahat ya kamu sama diriku!”

Mulai deh..

“Btw, suami lo si Revind gimana kabarnya?” tanya Hani.

“Baik, dua jam yang lalu dia abis video call gue.” Nay tersenyum merekah. Hani memang tau saja bagaimana cara membuat gadis itu tersenyum.

“Cek.. Cek..”

Suara speaker campus terdengar kencang di segala penjuru arah. Nay maupun Hani seketika terdiam. Mencoba mendengar apa yang ingin di sampikan oleh orang tersebut.

“Teruntuk Naysa Valleyra.. Anak fakultas kedokteran semester 2.”

“Lah, lah, lah.. Nama lo ngapain di sebut-sebut beb?” tanya Hani heran.

Nay menggeleng kecil. Ia tau itu suara siapa. Alridho Zayyin, anak fakultas hukum yang sudah satu semester naksir padanya.

“Di harap untuk segera menuju lapangan utama.. Karna ada satu hal yang ingin saya sampaikan.”

Nay bergulat dengan fikirannya. Ia sudah tau untuk apa lelaki itu memintanya ke lapangan.

“Tuh anak bener-bener ya.. Si Farrel yang cakep, kalem, cool aja di tolak sama lo. Auto bisu. Lah ni anak, usaha terooss,” kata Hani.

“Pusing gue.” kini gantian Nay yang memijat pelipisnya.

Hani mencibir. “Makanya Mbak, punya muka itu jangan cakep-cakep. Gini kan resikonya,” ujar Hani.

Nay sempat menghembuskan nafasnya panjang sebelum akhirnya pergi menuju lapangan utama dan meninggalkan Hani yang sibuk mencermati kuku-kukunya yang baru di cat dengan warna lucu.

“Lah si Nay? Kok gue di tinggal?” tanya Hani linglung.

Nay berjalan santuy menuju lapangan utama. Selama berjalan, sudah di pastikan ia menjadi pusat perhatian. Wajar, Ridho adalah salah satu Cassanova campus yang tidak bisa di remehkan ketampanannya. Dan anak baru seperti Nay mampu mengambil hatinya?

NAY 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang