“Perihal kejujuran itu urusan kamu. Hak‘ku hanya percaya pada semua ucapanmu.”
---
“Terus, lo diem aja pas tahu ada cewek yang ngejar-ngejar cowok lu?” Hani bertanya keheranan. Ia sudah tahu soal cewek yang menggerecoki hubungan sahabatnya, dan ia cukuo terkejut karna Nay hanya tinggal diam.
“Yaudahlah, Revindnya juga gak tertarik. Lagi juga tuh anak masih bocah, gak tega gue,” sahut Nay. Gadis itu sedang duduk dengan handphone miring, biasa anak gamers.
“Yaelah! Gak tega, gak tega. Kalo cowok lu keembat aje, mewek sono diujung eifel,” kata Hani. “Denger ya, gue gak akan segan-segan ngegaruk kulit rambut tuh cewek kalo sampe berani-beraninya ngambil Revind dari lo.” Hani berkacak pinggang menatap Nay.
“Biasa aja kali. Gue aja santuy,” sahut Nay.
“BIASA AJA!! DENGER YA! KALO URUSAN AMBIL MENGAMBIL COWOK, GUE GAK AKAN TINGGAL DIAM!!” Hani menjadi-jadi. Membuat beberapa mahasiswa di kantin menoleh dan memperhatikan mereka.
“Han, malu..,” bisik Nay.
“Terserah. Intinya, gue santet tuh cewek yang deketin cowok lu!”
***
“Ngapain kemarin lo peduli sama si cewek itu?” semprot Avior. Lelaki itu memandang tajam ke arah Revind sambil mengunyah baksonya.
Revind hanya terdiam tak berniat menjawab. Apa Avior tidak pekka soal pertanyaannya waktu itu?
“Kalo ditanya jawab! Mau gue aduin ke Nay?” ancam Avior.
“Jangan!” sergah Revind cepat. “Gue cuma kasian sama tuh cewek Mpi.”
Avior memicingkan matanya. Agak curiga. “Selama ini lo kejam-kejam aja ah sama dia? Gak ada hati nurani,” sahut Avior.
“Gak tau Vi. Gue juga gak ngerti,” ucap Revind.
Avior akhirnya terdiam. Revind bernafas lega dalam hati. Akhirnya Avior tidak bertanya yang tidak-tidak lagi.
Saat tengah hening, Revind tiba-tiba bangkit dari duduknya. Membuat Avior mengangkat pandangannya. “Kemane lo?”
“Toilet. Kebelet,” sahutnya seraya melenggang pergi.
Avior melanjutkan acara makannya yang tertunda. Sesaat ia merasa ada yang menepuk pundaknya dari belakang, segera ia menoleh, lalu mendapati Lalita sudah berada di belakangnya.
“Vi, lo dipanggil sama Mr. Sanjaya,” ujar Lalita.
“Ngapain?”
“Wah kalo soal ngapainnya gue gak tahu deh,” sahut Lalita.
“Oh, oke bentar.” Avior bangkit dari duduknya. Lelaki itu sempat mengucap terima kasih kepada Lalita sebelum akhirnya pergi menuju ruangan Mr. Sanjaya.
Revind kembali ke mejanya. Ia sempat mencari keberadaan Avior, namun tak kunjung menemukannya. Lelaki itu duduk di kursinya, memilih melanjutkan makannya daripada repot-repot mencari Avior.
“Assalamualaikum Kak Revind.” Aulia datang menghampiri dengan raut wajah cerah. “Aku boleh duduk disini gak?”
Ingin menggeleng, tapi gadis itu pasti tetap duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAY 2
RandomMelepaskan seseorang yang kita cintai bukanlah hal yang mudah. Apalagi seseorang itu sudah menjadi tunanganmu. Menatap hanya lewat layar ponsel sambil video call sudah biasa di lakukan oleh Nay dan Revind. Pasangan serasi yang sangat romantis. Nay...