Kala ia berdiri di sudut pintu ruang kehidupan,
Di tubuhnya yang kecil menghadapi dunia yang semakin beringas,
Realitas pun menjadi nyata kejam,
Memperhatikan pergerakan dunia dari dalam rumah,
Dari dua kelopak mata kecil yang menangkap panorama dunia,
Otak dan hati seketika sinkron dengan mata,
Pada kaki-kaki kecilnya mencoba meneguhkan keyakinan,
Apakah tetap berdiri melangkah atau terjatuh terdiam terhadap badai kehidupan
Dan pada tangan yang mungil, genggaman nafsu tak sebesar apa yang kita rasakan,
Duniawi belum melarutkan jiwanya, tapi waktu sudah seakan memapah kepada hal-hal itu semua,
Kefanaan, kematiaan, keegoisan, penghianatan, percintaan, dan masih banyak lembar cerita lainnya,
Sehingga pada mentalnya semua kembali dipertanyakan, apakah termakan atau memilah dan meninggalkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
NEGERIKU MALANG
PoetryKumpulan Sajak dan Pemikiran: ketika rasa kepedulian tak pernah terdengar lagi di setiap diri di negeri ini. Beberapa gambaran polemik di negeri tercinta indonesia.