Wattpad Original
Ada 7 bab gratis lagi

1. Nikah?

79.6K 4.2K 191
                                    

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Pagi itu, suasana sebuah rumah di daerah Tangerang terlihat ramai. Beberapa orang hilir-mudik di sekitar ruangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa semuanya bercampur menjadi satu. Dekorasi manis berwarna merah muda juga tampak hampir di semua sisi ruangan dengan hiasan foto-foto lucu seorang bayi perempuan mungil yang tersenyum menggemaskan.

Sementara itu, suara tangisan bayi terdengar meramaikan suasana dari salah satu kamar kemudian mereda setelah hampir lima belas menit berlalu. Tangisannya yang semula kencang berubah menjadi isakan lantas berhenti sama sekali.

"Kamu udah cocok kali, Nin, buat punya yang kayak Mia satu," goda Genna mengamati anak perempuannya yang terlihat tenang di atas tempat tidur bersama Ninna, selagi dia membenahi rambutnya di depan cermin.

Ninna tersenyum kecil sambil memasangkan popok pada Mia, keponakannya yang baru berumur tiga bulan. "Maksud Mbak, bayi?"

Genna menghentikan sapuan blush on di pipinya, lalu mengangguk cepat. "Kamu bukannya dari dulu suka main sama anak-anak? Lagian buat gantiin popok juga udah telaten banget kok itu."

Ninna bangkit sambil membawa Mia ke gendongannya. Batita itu terlihat tenang berada di pelukan sang tante. Kemudian sambil terkekeh, Ninna menyerahkan Mia ke tangan ibunya.

"Main sama anak itu beda kali Mbak sama besarin anak. Ribet. Sekarang mungkin masih seneng-seneng aja main, peluk, dan cium. Tapi kalau lagi nangis seharian? Beuh, bisa pecah kepala aku," gerutu Ninna seraya memoleskan lipstik merah marun ke bibirnya.

Genna perlahan mengangguk lalu bangkit dari duduk. "Iya juga sih. Apalagi kalau si Abang udah jealous sama Mia. Terus Bapaknya anak-anak malah cuek dan anggap hal ini biasa aja. Pening kepalaku, Nin."

Ninna mengulum senyum di belakang kakaknya. Sementara Genna berjalan keluar kamar sebab acara akikah hari itu akan segera dimulai.

"Padahal ya Nin, berdasarkan artikel yang aku baca, jealous-nya si Abang bisa ngaruh loh ke psikologis dia. Enggak tahu deh, Mas kok jadi makin cuek sejak aku hamil Mia. Beda banget waktu aku hamil si Abang. Kesel aku."

"Namanya juga masih anak pertama Mbak. Tapi yang penting, kan, dia masih mau bantu begadang tiap malam jagain Mia," ujar Ninna menemani Genna berjalan ke ruang tengah yang sudah disesaki orang-orang yang duduk bersila mengelilingi ruangan.

"Lagi ngomongin aku, nih, pasti," seloroh Desta suami Genna dari arah belakang mereka. Sontak membuat kakak-beradik itu tertawa geli.

"Mau tahu aja urusan cewek," cibir Genna. "Acara udah siap, kan?"

"Udah, tuh. Si Bunda sama Sam udah duduk di sana," tunjuk Desta ke arah wanita paruh baya dan bocah berumur lima tahun yang duduk di barisan tengah.

"Ya udah langsung dimulai aja. Enggak enak kalau kelamaan nunggu," ajak Genna kepada Ninna dan Desta. "Yuk!"

Ninna mengangguk. Sementara Genna dan Desta melangkah ke tengah, Ninna tetap berdiri di tempat. Senyum pelan-pelan hadir saat mengamati Genna dan keluarga kecilnya di sana. Apalagi Farah, ibunya, pun terlihat bahagia menggoda cucu-cucunya. Ninna merasa ada kehangatan yang diam-diam hadir di dadanya.

224: Today, Tomorrow, ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang