Wattpad Original
Ada 6 bab gratis lagi

2. Si Bibir-seksi-sayang-kalau-dianggurin

55.4K 4K 165
                                    

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

"Lo dijodohin?!" seru Mutia spontan saat dia dan Ninna tengah makan malam di salah satu restoran dalam Mall Grand Indonesia, usai bertemu klien setengah jam yang lalu.

Felix, satu-satunya lelaki di meja, yang baru saja bergabung setelah berolahraga dalam gym di mall itu mengamati Ninna tanpa berkedip. Sampai-sampai lemon tea di depannya dia abaikan.

Ninna mengedik sambil menyantap spageti di piringnya. Sementara beberapa pasang mata di restoran bergaya Italia itu memandangi meja mereka kurang nyaman akibat teriakan Mutia.

"Serius lo dijodohin?" tanya Mutia lagi, kali ini sedikit berbisik. "Masih zaman?" Perempuan bertubuh sintal dengan wajah kebule-bulean itu terlihat sangat penasaran.

"Nyokap gue bilang cuma dikenalin. Tapi enggak mungkin cuma dikenalin doang, kan?" jawab Ninna menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. Sementara rambut lurusnya yang sepanjang bahu dia biarkan tergerai.

"Terus lo mau?" tanya Felix membuka suara.

"Menurut lo?!" semprot Ninna dengan bibir merahnya merutuk sebal.

"Cowoknya kayak gimana? Lo udah pernah ketemu? Umur berapa? Kerja di mana?" tanya Mutia, pipinya yang tembam sampai bergetar saking penasarannya. "Cakep enggak?"

"Kenapa jadi lo yang kepo?" gerutu Ninna menyudahi makan malam dan menyedot habis lychee tea-nya.

"Kalau gue jadi lo sih, kenapa enggak kalau emang cowoknya punya kualitas," gumam Mutia bertopang dagu. "Susah, loh, sekarang cari cowok berkualitas tanpa buang modal."

"Namanya enggak mau, mau kualitasnya sekelas Bakri juga enggak bakal sreg kali, Mut," sahut Felix sambil melepaskan jaket gym nya dan menyisakan kaus polos fit body yang masih basah karena keringat.

"Lo ada fotonya?" tanya Mutia lagi mengabaikan ucapan Felix dengan mulut penuh salmon.

Ninna menggeleng. "Tapi yang gue inget dia lebih tua empat tahun dari gue, lulusan Phd dari Inggris, dan sekarang dosen di USN. Buat tampangnya sih lumayan, tingginya juga di atas rata-rata. Cuma—enggak deh kayaknya."

"Enggaknya dalam hal apa? Penampilan?" sahut Mutia lagi. "Ngomong-ngomong, Nin. Kalau dia dosen, umur 33 tahun, dan belum juga nikah, kemungkinan besar dia kayaknya cowok ambisius yang hobinya cuma belajar terus bikin jurnal penelitian gitu enggak sih? Style-nya kayak gimana? Resmi dan kaku gitu enggak?"

Felix mengamati Ninna dengan lekat ketika perempuan berwajah mungil itu merenung kemudian menggigiti bibir bawahnya, tanda bila dia tengah gelisah.

"Terakhir ketemu di rumah kakak gue sih dia emang rapi banget. Inget Pak Rendy klien kita dari Kementerian? Gayanya setipe lah sama dia," cerita Ninna merapikan hasil meeting di atas meja mereka dan melesakkannya ke dalam tas. "Jujur bukan karena penampilan dia sih, Mut, yang bikin gue males. Tapi tingkahnya."

224: Today, Tomorrow, ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang