Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

5. Malam Pertama?

46.1K 3.5K 104
                                    

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Setelah hampir 10 jam berpura-pura tersenyum dan berbahagia di depan ratusan orang hari ini, Ninna akhirnya dapat menyendiri di dalam kamar hotel. Beban di pundaknya seolah lepas usai membersihkan diri di dalam kamar mandi.

Ninna lalu termenung sembari meletakan bokongnya ke tepian kasur. Tatapannya kemudian memutari kamar hotel yang dipenuhi hadiah dari para undangan dan barang-barang pribadinya serta Kais.

Keluarga Kais dan Bunda yang berinisiatif memesankan beberapa kamar hotel di dekat acara resepsi untuk keluarga dekat mereka beristirahat. Sebelum besok, semua harus kembali ke tempat masing-masing dan beraktifitas seperti biasa di hari Senin. Termasuk Ninna, yang membuat orang tua mereka sempat protes karena Ninna dan Kais jadi tidak mempunyai waktu untuk berbulan madu.

Namun, sebagai budak korporat yang hanya memiliki jatah untuk cuti yang dapat dihitung jari, dan sudah diambil sebelum hari-H untuk melakukan beragam prosesi pernikahan, keluarga mereka terpaksa bungkam lalu merelakan Ninna masuk Senin depan. Walaupun dibalik itu semua, Ninna memang melakukan ini dengan sengaja agar dia terbebas dari momen-momen kikuk berdua dengan Kais.

Sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, Ninna teringat ekspresi Farah yang terlihat bahagia sepanjang hari ini. Air mata bahkan sempat membanjir di wajah keriputnya saat memberikan nasehat di sesi sungkeman tadi. Farah bilang, Kais pria yang baik dan bertanggung jawab. Dia percaya Ninna akan bahagia dengan Kais. Ninna tersenyum masam mengenang kata-kata itu.

Lamunan Ninna tiba-tiba buyar mendengar notifikasi pesan masuk di ponselnya. Nama Mutia muncul di layar. Segera, Ninna membaca pesan itu.

Mutia_Macan :

Nin, gw udah taruh kado spesial pake cinta buat lo sama Mas Dosen di meja dekat pintu.

Jangan lupa dicek ya. (Emote kedip)

Kepala Ninna menoleh dan mencari benda yang dimaksud. Melihat ada kotak berwarna merah yang menyendiri pada meja di dekat pintu masuk kamar, Ninna mendekat lalu tanpa curiga membuka kotak itu.

Kedua bola mata Ninna membulat sempurna, apalagi saat tangan kanannya mengeluarkan lingerie tipis berwarna merah bata dengan renda hitam sebagai pemanis.

"Kelakuan nih anak emang ya," geram Ninna dengan mimik geli.

Sialnya, belum sempat Ninna menyimpan kembali lingerie itu ke dalam kotak, suara pintu terbuka terdengar nyaring membuat Ninna tersentak dan menjatuhkan benda itu ke lantai.

"Na, Bunda tadi—"

Pandangan Kais, yang muncul dari balik pintu, fokus menatap benda di bawah kaki Ninna. Mereka bahkan mematung di posisi masing-masing, sampai Ninna buru-buru menyembunyikan benda itu ke belakang tubuhnya.

"Bunda kenapa?" tanya Ninna sambil melemparkan lingerie ke arah kopernya.

"Oh. Bunda tanya apa kamu masih mau makan malam? Kalau masih beliau tunggu di bawah," jawab Kais sambil berjalan ke arah kopernya, memunggungi Ninna.

224: Today, Tomorrow, ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang