PENAWAR LUKA 4

5.7K 313 14
                                    

***

Udara malam terasa sangat dingin. Angin segar menerobos memasuki kaca jendela yang dibuka separuh oleh Aina. Kunyalakan instrumen Yiruma, Kiss the Rain untuk menambah keindahan malam ini. Tak lupa, parfum aroma terapi juga kunyalakan agar dia merasa nyaman dan tenang berada di mobilku. Sengaja kupilih aroma melati karena aku tahu, gadis itu sangat menyukainya.

Dia sama sekali tidak bicara. Sejak pertama kali masuk, matanya menatap ke arah luar jendela. Ia mengamati lampu-lampu warna-warni yang berjejer di sepanjang jalan. Ah, rasanya lampu-lampu itu lebih beruntung dari pada aku yang jarang mendapatkan perhatiannya.

Instrumnet Yiruma kuganti dengan lagu For the Rest of My Life, milik Maherzain. Sempat kudengar dulu saat di Jogja, Aina adalah fans berat Muallaf asal Swedia itu. Kulihat Aina ikut menyanyikan lagu itu tanpa suara. Meski sudah kukecilkan volumenya, suara Aina tetap tidak terdengar ditelinga. Ketika kunaikkan volumenyapun gadis itu tetap bernyanyi tanpa suara.

For the rest of my life I'll be with you

I'll stay by your side honest and true

Till the end of my time. I'll be loving you. Loving you

For the rest of my life thru days and night

I thank Allah for open my eyes

Now and forever I

I'll be there for you

I know that deep in my heart..

Aina terlihat sangat menikmati lagu itu. Sesekali jemari lentiknya bergerak-gerak menyentuh permukaan kursi mengikuti alur nada yang ia dengar. Seolah tak ingin kalah darinya. Aku juga mengikuti lirik lagu yang hampir kesemua isinya memang serupa dengan curahan hatiku untuknya. Ketika sampai pada lirik tertentu kukeraskan suaraku. Seolah ingin menjelaskan bahwa inilah suara batinku yang sesungguhnya.

You're my wife, and my friend, and my streght, and I pray we together in jannnah. (Kau istriku, kau temanku, kau kekuatanku dan aku berdoa semoga kelak kita akan bersama di Jannah/syurga).

Sesekali aku menatap Aina di sampingku. Agar ia tahu bahwa lagu itu memang sengaja kuputar untuknya. Aina menatapku sekilas, tatapannya begitu tulus namun sedetik kemudian dia menunduk. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Mungkinkah dia terbawa perasaan saat mendengar aku menyanyikan lagu Maherzain yang memang khusus dibuat untuk pasangan suami istri itu. Atau mungkin, dia hanya merasa heran karena aku yang biasa dikenal sebagai dokter dingin dan tidak banyak bicara tiba-tiba berubah banyak bicara bahkan bisa menyanyikan lagu dengan kerasnya.

Ah, aku tidak peduli. Yang penting sekarang adalah bagaimana caranya aku harus membuat dia luluh dan lunak. Wajdie bilang, lagu dan parfum adalah salah satu hal yang paling diingat oleh perempuan. Aku ingin, ketika Aina menghirup aroma melati ataupun mendengar lagu ini, selalu ada aku di benaknya.

"Maherzain itu hebat ya. Lagu-lagunya sangat menyentuh hati." Aku melirik Aina yang masih menunduk meremas-remas jemarinya. Rasanya seperti bicara dengan angin karena ia sama sekali tidak meresponku.

Suasana lengang. Lagu maherzain kukecilkan volumenya. Terdengar sayup-sayup tabuhan rebana dan bunyi nyaring dari pengendara motor dari kejauhan. Kilatan cahaya obor terlihat memanjang di sepanjang jalan. Sepertinya masyarakan sekitar sedang mengadakan kirab untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

"Berhenti!" Aina terlihat berkaca-kaca menatap obor yang menyala-nyala di depan. Napasnya bergemuruh kasar. Kedua tangannya saling meremas satu sama lain. Tidak kuhiraukan maunya untuk menghentikan mobil karena aku tidak mengerti apa maksudnya.

LIMA BIDADARI YANG TERUSIRWhere stories live. Discover now