🍁🍁🍁
"Saya tidak akan memaksa kamu melayani saya sebagai seorang istri. Saya paham, kejahatan keluarga saya terhadap keluargamu di masa lalu masih sulit kamu maafkan. Tapi saya mohon, di depan keluargamu, terutama di depan Ummimu, bersikaplah seolah kita baik-baik saja. Saya seorang dokter, dan saya tau reaksi apa yang akan dialami Ummimu, jika beliau tahu putrinya menikah hanya dalam keterpaksaan. Dan pernikahan ini, nyatanya hanya sebuah kontrak perjanjian."
🍁🍁🍁
Singashari, Desember 2018
Malam semakin naik memanjat. Rembulan bulat sempurna, sinarnya menelusup diantara celah-celah kaca jendela. Udara dingin menerpa siapapun yang bernapas. Desau angin semakin menambah kesyahduan malam dengan suara gemerisiknya yang halus menderas. Membuat setiap mata ingin segara terpejam, lalu kemudian tenggelam pada mimpi-mimpi indah yang pajang.
Dia terlelap setelah beberapa saat emosinya memuncak. Aku masih menyimpannya, sorot matanya yang tajam nan merah. Bulu-bulu matanya yang basah, serta bahunya yang naik turun karena amarah.
Aku tidak akan memaksanya melayaniku malam ini. Aku memahami, bagaimanapun kisah masa lalu keluargaku dan keluarganya masih memberinya rasa trauma yang mendalam.
Jangan kalian kira, pesantren yang isinya kebanyakan orang-rang shalih akan alpa dari berbagai macam masalah. Tanah seluas dua hektar dengan posisi strategis menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Kiyai Nauval Bashari, si peci miring dan lengan baju yang tersingsing itu sempat diusir dari tanah kelahirannya. Beliau dan keluarganya harus mencecap penderitaan yang mendalam karena kejamnya fitnah yang bertebaran.
Adalah 'Aina Firdausiya Nuzula, putri kelima dari Kiyai Nauval Bashari yang memiliki traumatic syndrom. Kenangan buruknya di masa lalu membuatnya mudah meluapkan emosi. Tangannya seketika dingin ketika melihat sesuatu yang mengarah pada masa lalunya. Walaupun sesuatu itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan masa lalunya.
Setelah menghirup aroma melati dari sebuah botol kecil yang digenggamnya, dia mulai terlelap. Aku benar-benar merasa bersalah pada gadis ini. Raut wajahnya terlihat sangat kelelahan. Dia pasti sangat terpaksa berada di tempat ini. Bagaimanapun aku adalah orang yang sangat dia benci. Tapi demi ibunya, dia rela membuang kebenciannya padaku. Walau aku harus berkali-kali menenangkannya. Karena tatapan kebenciannya padaku belum juga sirna.
Aku memasangakan perban dan plaster kecil di kaki kirinya, setelah menaikkannya ke atas ranjang. Tadi, pada saat pertengkaran kami berkecamuk, dia sempat terkilir dan kakinya mengenai penyangga besi TV yang rusak . Aku panik saat merlihat darah merembes. Tapi, saat aku ingin membantunya, dia menolakku dengan keras. Aku seorang dokter, dan aku tidak mungkin membiarkan kakinya luka tanpa pengobatan. Apalagi, jika yang luka itu adalah kaki istriku sendiri. Karenanya, aku masih menunggunya terlelap dulu untuk sekedar memindahkan serta mengobati lukanya.
Sebuah hadits menyebutkan idza batatil mar'atu hajiratan firasya zawjiha la'anat hal mala'ikatu hatta tashbiha. Jika seorang wanita tidur dengan meninggalkan tempat tidur suaminya, maka para Malaikat mengutuknya sampai pagi. Ah, rasanya tidak tega jika aku harus melihat gadis kecilku ini dikutuk para malaikat karena baru saja memarahiku. Dia juga lebih memilih tidur di bawah karena kebenciannya padaku. Semoga saja para malaikat memaklumi bahwa istriku ini hanya butuh waktu. Aku akan memohon agar malaikat tidak melaknatnya.
"Jangan laknat dia wahai, Para Malaikat. Tunggulah sesaat, sampai aku bisa menghapus ketraumaannya, mengobati luka batinnya, serta meluluhkan mata hatinya."
Just forgive me, My Wife_
BERSAMBUNG..
Selamat menikmati kisah Gus Aufar dan Ning Aina Bieevers.. :)
YOU ARE READING
LIMA BIDADARI YANG TERUSIR
قصص عامةKau tahu di mana para bidadari seharusnya tinggal? Di Syurga, bukan? Di tempat indah nan suci. Di tempat aman dan terlindungi. Di atas nirwana, di mana para malaikatpun ikut tergelak karena bahagia. Akan tetapi, apakah engkau tahu apa yang menjadi p...