7

79 2 0
                                    

maaf kalau garing ngantukkk, ini semacam cerpen mungkin sekitar 12 ribuan kata, saya usahakan tamat malam ini.

"Saat kegundahan menjadi musuh dalam sebuah misi maka pada saat itu tak ada lagi rasa yang iringinya"

Bel berdering isyaratkan pelajaran hari ini selesai. Tanpa memperdulikanku, Kak Syah melewatiku dengan abai. Aku tahu, Kak Syah masih marah kepadaku karena hal yang kulakukan tapi sungguh aku tak bermaksud menyinggung hatinya. Rasanya ingin menangis Kak Syah begitu marah kepadaku.

Aku berlari mengejarnya tapi tetap ia acuh terhadapku. Rasanya hatiku bergejolak dengan sikapnya kepadaku.

"Kak, tunggu aku. Aku nggak bermaksud untuk menyinggung kakak seperti tadi." Kataku sambil berlari mengejarnya.

Berlari tanpa diperdulikan membuatku sudah tak melihat lagi sekelilingku hingga motor berlaju kencang di hadapanku pun tetap acuh dari pandanganku. Motor itu menabrakku dan kepalaku pun terbentur ke jalan hingga tak kusadarkan diri.

Semenjak itu pun, aku tak lagi mengenal diriku. Aku divonis amnesia dengan dokter. Tak ada yang tersimpan di memoryku kecuali ayah dan ibuku. Seperti baru lahir dari tidur panjang, aku bagai anak bayi yang tak mengenali kisah masa laluku.

Tak mengenali sosok lelaki yang pertama kali kulihat saat terbangun dari tidur panjangku, tak ada lagi yang kuingat. Semuanya seperti kosong. Kulewati hati-hariku dengan abu-abu. Tak ada yang bisa di rasa hatiku.

Hidupku kembali kosong karena kejadian ini. Aku menjadi pendiam, tak banyak bicara namun yang tidak akan kulupa adalah kegiatanku yang selalu menulis puisi tentang apa yang sedang ada dalam hatiku.

Beberapa bulan pun berlalu, tak lama lagi ujian nasional akan dilaksanakan, Tuhan pun menyadarkan aku dari ingatanku hingga semua pelajaran yang pernah diajarkan tetap kembali di pikiranku.

Begitu banyak puisi yang tercipta selama memoriku hilang tanpa bekas. Salah satunya adalah puisi yang berjudul "Mungkinkah Kamu" disalah satu lariknya pun tersurat

Kisah menyedihkan yang aku banggakan

Kisah bahagia yang membuatku sombong

Hanya satu yang bisa kupahami, aku

Aku, aku dan aku

Hanya secuil energy yang kamu butuhkan

Hadirkanku di setiap penggalan hidupmu

Kau, yah kamu

Segenggam rasa tuk teguhkan hati

Mungkinkah kamu

Ketika tersadar dari kekosongan memori otakku, Kak Syah pun meminta maaf kepadaku karena ia telah berusaha meninggalkanku. Kak Syah memang orang yang tak bisa mengontrol emosinya hingga pada satu titik di mana kegundahannya menjadi musuh dalam misinya.

Ketika Kak Syah meminta maaf kepadaku, tiba-tiba kepalaku sakit. Rasanya kepala ini pecah, begitu sakit tak bisa kutahan lagi. Aku pun kembali tertidur lelap dengan alat kedokteran. Yah, denyut nadiku tak normal hingga tabung oksigen membantuku menghela nafas setiap sekon.

Aku pun terbawa dalam ruang khayalan, aku memandang Kak Syah yang terdiam menatap dan meraba bingkai foto. Terlukis wajah paras yang menyerupai parasku. Iya, itu fotoku yang kemudian di peluknya. Jauh di ruang hati, aku pun tersungging malu memandangnya, rasanya tak mungkin Kak Syah melakukan hal seperti itu karena ia telah menganggapku adik kandungnya.

Tetapi mataku hanya memandangnya dan pikirku hanya dia hingga datang seorang bidadari cantik menghampiriku dan memberitahukanku bahwa Kak Syah bukanlah saudara sepersusuan yang seperti ibu katakan. Aku pun tak menyangka hingga kupertanyakan kembali apa maksud dari bidadari berparas indah itu? Tapi ketika aku membalik diri, ternyata bidadari itu pun telah pergi dan ciptakan jarak antara aku dengannya.

TakdirWhere stories live. Discover now