Lambaian tangan yang terkatung di udara menyambut kesendirianku. Senyum yang tadi sempat menghiasi sudut bibirku lenyap entah kemana, fokusku mengabur ketika sosok yang menjadi pusat duniaku perlahan melangkah pergi. Siluet sosok itu bahkan kini sudah raip dari sudut mataku.
Helaan napas meluncur begitu saja dari bibir tipis ini, saat aku menengokkan kepala ke samping ada benda yang mengganggu mataku. Kuraih benda persegi itu. Ini bukan milikku, pastinya milik phi Singto.
Aku berpikir sejenak, sebelum keluar dari taksi yang kutumpangi, kemudian berlari mengejar phi Singto yang sudah lebih dulu memasuki sebuah gedung.
Asing. Jujur saja aku tak mengenal seluk-beluk tempat ini, bahkan tak ada yang aku kenal, segalanya tampak asing sampai aku menemukan seseorang.
"Krist kau di sini?"
"Aku tidak sengaja kesini, apa phi tahu phi Sing di mana? Aku ingin mengembalikan ponselnya yang tertinggal. Jika tidak tolong berikan ini padanya."
"Oh, ayo. Aku akan mengantarmu ke ruangan Singto."
Tak ada yang bisa aku lakukan kecuali mengangguk, untung saja ada phi Gun di sini, aku beruntung minimal ada seseorang yang aku kenal dengan cukup baik. Meskipun banyak pasang mata yang terarah padaku. Tentu saja mereka terheran untuk apa aku di sini? Pasti orang lain sudah bisa menebak untuk menemui phi Singto. Hanya itu yang akan terlihat masuk akal. Ini canggung dan aku merasa aneh. Masaku dan Singto sudah berlalu. Aku akui itu, apakah segalanya akan baik-baik saja kalau diriku memunculkan wajahnya di depan partner baru Singto?
Phi Gun dengan sangat baik menuntunku menemui phi Singto, tanpa embel-embel candaan seperti biasanya, mungkin pria mungil itu lelah. Phi Gun terkenal ceria walaupun masih ada kesamaan yang pria tadi lakukan padaku. Ia menggenggam lenganku erat.
"Ini ruangan Singto, coba kau masuk ke dalam."
Banyak rasa syukur yang aku utarakan padanya, sebelum melangkah mendekat, akan tetapi begitu aku sadar sosok di dalam sana tak hanya sendirian. Itu membuat langkahku terasa sangat berat. Bahkan tak mampu untuk melanjutkannya.
Tawa renyah seseorang itu menyapa indraku. Kedua sudut bibirku ikut menampilkan senyuman, senyuman pahit yang entah mengapa tak bisa aku enyahkan. Ibaratkan diriku ini hanya bagian dari masa lalu, sosok yang mungkin ada dan tiadanya tak berarti banyak. Harusnya aku senang phi Singto bisa akrab dengan orang lain. Namun, ini mengingatkan pada ucapan pria itu tadi pagi. Ia mempunyai sosok yang dirinya cintai. Sesungguhnya aku tak bisa berbuat banyak kecuali berdoa semoga phi Singto mendapatkan seseorang itu, meskipun yang pria itu harapkan bukan aku.
Tubuhku berbalik sialnya tak sengaja menabrak seseorang, itu phi Jane sosok pria dengan surai yang khas. Ia menatapku dengan bingung, bagaimana tiba-tiba seorang Krist Perawat ada di tempat Singto Prachaya tengah ingin mengambil gambar dengan pasangan di series terbarunya?
"Kit kenapa kau ada di sini? Menemui Singto?"
"Kit?"
Gumaman seseorang dari ruangan membubarkan pikiranku, tanganku meraih tangan phi Jane meletakkan ponsel phi Singto di sana, sebelum mengatakan pada manager pria itu agar mengembalikan benda tadi pada pemiliknya, setelah itu aku melangkah untuk pergi. Tak mau sosok yang ada di pikiranku keluar dengan wanita yang diam-diam di kaguminya. Aku belum siap untuk itu.
••••••
Ruang luas di angkasa menjadi mendadak sendu tanpa sebab. Pergantiannya cukup tajam dan singkat. Baru beberapa menit lalu aku melihat cahaya terik kini segalanya mengabur begitu saja. Kududukan diri pada tepian tempat tidur, menyendiri dengan perasaan tak menentu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rindu
Fanfiction[ COMPLETED ] ~Jarak itu sebenarnya tidak ada. Pertemuan bahkan perpisahan itu dilahirkan oleh perasaan.~