Towards The End

1.7K 106 12
                                        

Entah sudah berapa kali aku merutuk dan memukuli diriku sendiri, tetapi hasilnya sama. Tidak ada bedanya. Bahkan aku tak tahu sampai kapan harus bersembunyi, tak tahu harus bagaimana untuk menghadapi kenyataan dan kebodohanku kali ini.

Mengapa aku bisa mengatakan hal buruk seperti itu? Kenapa aku tidak bisa menahan hatiku? Bagaimana bisa hal seperti ini terjadi pada mereka.

Aku melukainya, menyakiti seseorang yang sangat aku sayangi dengan ucapan dan perbuatanku sendiri.  Membuat Krist ikut masuk dalam hal tak masuk akal ini bahkan membuatnya terlihat bodoh dan rendah di mataku.

Kebodohanku sendirilah yang membuat sosok itu membenciku. Aku memang pantas untuk di benci, tetapi rasa takut ini tak bisa di hilangkan dengan mudahnya. Apa yang akan terjadi di masa depan? Bagaimana dengan Krist? Bagaimana dengan segala yang pria itu impikan? Aku tak mau menjadi penyebab kehancuran segalanya. Tidak.

Perbuatan itu salah. Menyalahi segalanya. Pria dan pria tak bisa bersama, meskipun banyak yang mencoba. Namun, banyak pula yang gagal dan terluka. Hal yang paling aku tidak inginkan hanya menyakitinya, akan tetapi segalanya berubah menjadi seperti ini. Semuanya hancur tepat di depan mataku.

Sementara aku si bodoh yang terlalu takut pada kenyataan. Si pengecut yang hanya bisa bersembunyi setelah kesalahan besar yang sudah aku lakukan. Berharap tidak akan menambah luka, berharap agar segalanya bisa baik-baik saja. Nyatanya segalanya salah.

Hubunganku dan Krist layaknya vas bunga yang jatuh serta hancur. Bagaimana pun caranya tak mungkin dapat di satukan meskipun sudah berusaha sekeras mungkin. Ini lah realita yang harus di pahami pada dunia fana, segalanya mudah hancur dan retak tak terkecuali hubungan dan perasaan.

Tidak ada pilihan bagaimana aku melanjutkan langkah ini, tidak ada cahaya agar aku dapat melihat dengan terang, segalanya meredup. Hanya ada satu pilihan tetap maju, meskipun jujur saja hatiku gentar.

Bisakah aku mencoba untuk memperbaiki keadaan?

"Sing...."

Suara itu menginterupsiku dan lamunanku. Pandanganku terarah pada sosok yang tengah berdiri di ambang pintu dengan penuh kekhwatiran padaku.

"Kau kenapa sudah hampir satu minggu kau seperti ini."

"Aku melakukan kesalahan Phi."

"Apa?"

Bungkam dan terdiam yang bisa kulakukan. Tak ada yang lainnya lagi. Bagaimana bisa aku menceritakan hal memuakkan yang aku lakukan pada orang lain? Tidak. Itu akan melukai Krist jika orang lain sampai tahu.

Helaan napas berat keluar dari sudut bibirnya, ia menepuk pundakku pelan, seperti biasanya memberikan ketenangan, akan tetapi hatiku yang di landa kegusaran itu tak bisa untuk diam.

"Kau tahu kabar Krist?"

Krist?

Sejak hari itu aku bahkan tak punya keberanian untuk mengganggu hidupnya dan menampakkan diri dengan tak tahu malu di depan Krist. Aku tak bisa.

Lama melihatku hanya diam, phi Jane mendudukkan dirinya di samping tempat tidur, ia terlihat ingin mengatakan sesuatu padaku tetapi ragu, seolah ada rahasia besar yang coba ia ingin sembunyikan. Namun, gagal.

"Kau tidak bertukar kabar dengannya?"

"Tidak, tapi aku berencana untuk menemuinya."

Jika pria itu masih ingin bertemu denganku. Tak ingin Krist membenciku, setidaknya aku akan membicarakan hal ini, mungkin mereka bisa menemukan jalan keluarnya bersama.

"Kau tidak bisa menemuinya."

"Kenapa?"

"Kau tidak tahu apapun?"

Tentang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang