Chapter 8

1K 100 35
                                        

Keadaan setengah gelap saat cahaya terik sebelumnya secara keseluruhan telah menghilang di balik cakrawala, bergantikan menjadi lembayung senja. Langit sangat indah, akan tetapi suasana hatiku yang kelabu ini membuat segalanya biasa saja, sudah hampir berminggu-minggu segalanya seperti ini, tak ada perubahan yang berarti ketika sosok yang aku sayangi lebih menginginkan sendiri, daripada bersamaku yang selalu menemani.

Aku takut segalanya akan tetap seperti ini entah sampai kapan. Kepergiannya benar-benar hanya menyisakan luka yang tak dapat aku lukisan, rasanya segalanya menjadi buram. Membuat hari-hariku tak bersemangat.

Semua panggilan teleponku di abaikan. Semua pesan yang ku kirimkan tak sama sekali di baca, setiap aku ingin menemuinya pria itu selalu tak ada. Krist benar-benar menjauhiku tanpa sebab yang jelas.

Rasanya hampa. Duniaku yang tak monokrom kini semakin menggelap. Menyisakan kesendirian yang tak mungkin bisa kuhadapi sendirian.

Tak ada yang aku inginkan kecuali menghampirinya dan mengatakan seberapa besar rasa rindu yang aku miliki padanya. Setidaknya aku ingin melihatnya, memastikan apakah pria itu baik-baik saja?

Kenapa segalanya menjadi sangat rumit? Kenapa segalanya tak ada yang berjalan seperti yang diriku inginkan?

Bahkan aku tak bisa tersenyum sekarang, mengabaikan segalanya. Hanya terfokus pada diriku yang tenggelam dalam lautan kesedihan yang tak tahu kapan akan berkesudahan.

Sentuhan pelan yang mendarat pada permukaan bahuku itu sedetik mengambil fokusku, aku melihat phi Jane yang menatapku khawatir.

Bagaimana tidak sedari tadi segala yang aku kerjakan kacau, bahkan hanya bergelut dengan ponsel yang diriku bisa, seperti benda mati tersebut adalah hidupku.

"Kau kenapa? Kit lagi?"

"Tidak."

Namun, aku bagaikan buku terbuka dihadapannya. Ia tahu kegusaranku tahu kesedihan yang tak pernah aku ungkapkan. Aku benci seperti ini, ketika tak bisa melakukan apapun, hanya diam dan menunggu Krist kembali, tetapi bagaimana jika tidak?

Maka, aku akan tetap menjadi si bodoh yang pasrah dengan keadaan.

"Aku sudah membicarakan ini dengan Phi Yui."

"Lalu?"

"Ada masalah apa di antara kalian? Karena Krist juga sepertimu."

Krist sepertiku? Apa itu mungkin? Apa pria itu di seberang sana merindukanku? Apa ia di luar sana mengkhawatirkan aku sama seperti aku mengkhawatirkannya?

"Tidak ada apapun, tiba-tiba dia menghindariku dan mengatakan tidak ingin kami bertemu hanya itu."

"Hanya itu? Kau yakin tidak ada alasan lain?"

Kira-kira apa alasan lain itu? Sungguh ku tak tahu. Ia mencoba berpikir dan tak menemukan apapun, sampai dirinya mengingat makanan yang tergeletak pada depan pintunya. Itu dari Krist?

Jika iya mengapa pria itu tidak masuk ke dalam? Kenapa meletakkan hal itu di luar? Tetapi sewaktu mengingat ada kejadian apa hari itu, wajahku memucat.

Apa Krist mendengar ucapan Rune padanya?

Apa pria itu salah paham? Tetapi untuk apa Krist salah paham? Bukankah ia tak menyukainya? Bukankah Krist menyukai orang lain? Harusnya itu tak ada pengaruhnya pada sosok itu.

Lagipula aku tak mempunyai perasaan khusus pada gadis itu, meskipun Rune mengatakan suka, tetapi aku menolaknya secara halus. Kami hanya partner kerja tak lebih, tidak pernah sedikitpun memandang Rune dengan cara seperti itu. Hanya ada Krist di mataku, jadi bagaimana bisa orang lain masuk di antara kami berdua?

Tentang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang