ANTARIKSA 2

7.9K 615 30
                                    

Erica menatap punggung adiknya lalu memeluknya dari belakang, menyandarkan kepalanya dipunggung Antariksa.

Deg

Antariksa tersentak mendapat perlakuan dari kakanya yang sangat tiba-tiba.
Jangan lupakan jantungnya.

"Lo ngapain sih peluk-peluk gue." Ucapnya berusaha melepaskan pelukan sang kakak yang membuat jantungnya bagai gedebum, takut-takut jika Erica mendengar degupan jantungnya.

"Biarin gini dulu, please." Ucapnya memohon karena dia benar-benar nyaman diposisi sekarang, entahlah apa yang dipikirkannya sehingga tiba-tiba memeluk sang adik.

Ari yang mendengar permintaan sang kakak langsung diam dan fokusnya teralihkan ketika melihat tangan cantik yang melingkar indah diperut rata nya.
Setelah itu dia fokuskan kearah jalan,melajukan motornya agar segera mengistirahatkan hatinya yang berdegup berkali-kali lipat karena ulah kakaknya.

Mereka sampai dirumah setelah 15 menit perjalanan, karena jarak sekolah dan rumahnya agak jauh, karena SMA ANTARTIKA melewati sekolah SMA ARWANA terlebih dahulu.

"Udah sampe, lepasin pelukan lo." Tidak ada pergerakan dari Erica, Ari sedikit menoleh mendapati kakanya sedang tertidur nyaman dipunggungnya.

Rasanya tak tega membangunkan Erica sehingga dia memutuskan untuk menggendong dipunggungnya  ke kamar yang berada dilantai 2, gak gila tuh si Ari-(ucap sang othor)

Membaringkan sang kakak yang tertidur pulas, menatap wajah indah itu tak ada habisnya bagi Antariksa.

Dia hanya berani melihat kakaknya sangat lama, dikala sang kakak tidak sadarkan diri seperti sekarang ini.

Miris memang, tapi itulah Antariksa yang dengan beraninya mencintai kakaknya sendiri.

Berlaku cuek tetapi tetap saja sangat perhatian, hanya kepada kakaknya, menuruti semua perintah kakaknya, meski dengan caranya sendiri.

Entah sejak kapan dia sudah tak normal, mencintai sesama nya, sering kali ia menangis, mengapa harus dia? Mengapa dirinya yang merasakan perasaan aneh ini yang sangat ditentang orang-orang, agama bahkan dunia nya.

Bukan salahnya kan? Jika dia  bisa memilih, dia juga tak akan mau seperti ini, seolah terpenjara dalam sel yang jauh disana, yang hanya bisa ditempati sesama jenis saja.

Itulah yang dirasakan seorang Antariksa, yang dengan berani mencintai sang kakak kandungnya sendiri.

Dia mulai menyadari keanehan pada dirinya sedari kelas 8 SMP dia menyukai sang kakak, tidak suka melihat kakaknya jalan dengan lelaki lain, itulah faktor utama dia menyadari perasaannya.

Dia beranjak keluar dari kamar Erica karena ingin segerah membersihkan peluh yang membanjiri tubuhnya.

Setelah sampai dikamar dia langsung menunuju kamar mandi, dan mandi untuk menghilangkan sejenak perasaan anehnya.

Dia pengecut tidak berani mengutarakan isi hatinya, takut jika Erica menatap jijik dan benci kepadanya.

Biarkan mengalir begitu saja, siapa tau rasa aneh ini akan hilang seiring dengan berjalannya waktu.
Begitulah sekiranya ucapan untuk menenangkan hatinya.

Erica bangun dari tidurnya, bingung dengan dirinya yang terbaring cantik dikamar cantiknya.

"Pasti anak itu, aku akan membuatkannya makananan dulu." Ucapnya beranjak dari tempat tidur menuju dapur.

"Non mau dibuatin apa?." Ucap bi Narsih pembantu rumahnya.

"Tidak perlu bi, saya yang akan memasak untuk Ari hari ini." Ucapnya kepada bi Narsih.

"Biar saya saja non, non kan baru bangun takut kecapean."

"Ngga bi, biarin Erica memasak hari ini." Ucapnya meyakinkan wanita paru baya tersebut.
Tak perlu waktu lama karena Erica sedikit ahli dalam dunia dapur.
Setelah usai menyiapkan makanan, Erica memanggil sang adiknya untuk makan bersama.

Erica naik ke lantai 2 karena kamarnya bersebelahan dengan sang adik.

Dia langsung masuk karena kamar sang adik tidak dikunci, seperti tadi pagi.

"Lo ngapain dikamar gue." Ucap Ari sedikit kaget karena Erica tiba-tiba masuk kemaranya tanpa ijin.

Erica mendekat kearah meja belajar tempat Antariksa duduk memainkan Game COD kesukaannya.

"Makan dulu." Ucapnya mengelus rambut sebahu Antariksa.

Mendapat perlakuan lembut, Antariksa luluh, ditaruhnya ponsel canggih tersebut lalu berjalan kearah dapur, meminggalkan Erica dikamarnya.

"Tungguin ish." Ucapnya berlari kearah dapur menemui sang adik yang sudah memakan makanannya dengan khidmat.

"Suka?" Ucapnya melihat Antariksa yang makan dengan sedikit lahap.

Antariksa mengangguk, membuat Erica tersenyum manis kearahnya.

Seusai makan Erica membersihkan piring kotor, lalu menyuruh bi Narsih mencucinya.

Dia berniat kekamar adiknya untuk sekedar berbincang dengan sang adik.

Menaiki tangga seperti biasa lalu masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Ngapain lagi kekamar gue sih kak?" Ucapnya dengan embel-embel kakak yang jarang sekali didengar Erica.

"Emang gak boleh? Gue mau curhat." Ucapnya menatap intens sang adik.

Antariksa beranjak dari karpet merah tempat ia tiduran kemudian menuju kasurnya tempat sang kakak duduk.

"Iya curhat aja." Ucapnya lembut

"Lo tau kan Rio jarang banget hubungin gue, gak tau apa salah gue, tiba2 nyuekin gue kek gini Ri." Erica sudah memiliki pacar namanya Rio Juliansyah, lelaki tampan,maskulin, pintar, jauh deh sama Antariksa.

"Mungkin lagi sibuk kak, tau sendiri rutinitas anak kuliahan kan." Ucapnya tersenyum mengelus puncak kepala Erica.
Pura-pura tersenyum saat Erica menceritakan sang kekasih adalah cara paling ampuh yang dilakukan Antariksa.

"Tapi cueknya beda Ri, dia kaya udah bosen sama gue, setidaknya kalo udah bosen jangan gantungim gue, kan sakit." Antariksa menghapus air mata Erica, seolah memberi ketenangan, tetapi apa kabar dengan hatinya?

Antariksa tak terlalu menyukai kekasih kakaknya, bukan karena iri, tapi sudahlah tak baik membicarakan keburukan orang lain.

------------------------------------------------------

Readers yang budiman komen ya, soalnya othor sayang kalian, kasian gak tuh si Ari, othor ngerti rasanya,karena othor sendiri pernah ngerasain

Lapak hujat untuk author dibuka.

ANTARIKSA [End✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang