ANTARIKSA 13

4.5K 388 7
                                    

Antariksa berniat menemui kakaknya dan meminta maaf, setelah selesai makan ia menuju lantai 2 tempat kakaknya beristirahat.

Antariksa berdiri di depan pintu kakaknya dengan perasaan sedih.

"Gue gini aja lo semarah ini kak, apalagi lo tau perasaan gue." Antariksa menghapus air matanya memukul dadanya berniat menghilangkan sesak di relung hatinya.

Tok tok tok

Antariksa mengtuk pintu, tak sopan masuk langsung kekamar kakaknya.

"Masuk."

Diberi ijin masuk antariksa membuka pintu kamar kakaknya yang sangat dia rindukan.

"Kak."Erica menoleh dari meja belajarnya, menatap datar wajah adiknya yang masih merunduk.

Antariksa duduk dibawah dengan Erica yang duduk di kursi belajarnya.

Antariksa merunduk, merangkai kata yang tepat untuk ia keluarkan.

"Maaf kak, aku gak ada niatan buat nyakitin hati kakak, aku gak mau kakak diapa-apin udah itu aja." Antariksa merunduk tanpa berani menatap mata pujaan hatinya.

"Oh."

"Kak jangan gini mending kakak marah-marah, pukul aku juga gpp kak, asal kakak jangan gini." Antariksa meraih tangan kakaknya, mengangkat wajahnya, menatap mata monoloid milik kakaknya.

"Pukul aku kak, biar sama dengan Rio." Antariksa mengangkat tangan kakaknya keras untuk menampar pipinya.

Antariksa menangis.

"Apa perlu aku sujud dikaki kakak agar balik lagi kaya dulu?" Antariksa menatap mata kakaknya yang menatapnya dingin, sakit sangat melihat orang yang kita cintai seperti ini.

Antariksa menghapus air matanya, menatap sang kakak yang menatapnya datar.

"Yaudah kak, jangan lupa makan, tadi kakak baru makan kata Bi Narsih, jangan gak makan karena ada aku, pas kakak makan aku janji gak akan nampakin mukaku, aku sayang bangaet sama kakak, aku hanya gak mau kakak disakitin apalagi diapa-apain." Dasar egois, otak buntu lo Erica!!
Antariksa keluar dari kamar kakaknya, dia akan tidur malam ini, sejenak semoga bisa melupakan semua rasa ini.

Dikamar Erica termenung, memikirkan entah karena apa dia ikutan menangis, dia sendiri juga bingung kenapa dirinya menangis.

Mengingat luka lebam diwajah Antariksa, dirinya sendiri yang tak henti menampar pipi adiknya, yang coba dia berfikir dewasa, adiknya hanya tak ingin ia terluka, tak ingin ada orang asing yang menyakitinya.

Erica semakin menangis, sikap adiknya yang selama ini tidak pernah berlaku kasar, tak pernah membalas perbuatan yang sering menyakiti fisik dan hati adiknya, entah kenapa dia merasa menjadi manusia paling bego dimuka bumi ini.

Wajah Antariksa yang selalu merunduk dikala ia menamparnya, tak membalas balik, harusnya dia bersukur memiliki Antariksa.

Karena Egonya Erica tak meminta maaf, hanya menangis dalam diam dan terus menyakiti adik yang sangat menyayanginya.

Hari sudah pagi Antariksa harus berangkat lebih pagi agar kak Erica bisa sarapan, mengingat Erica tak akan makan jika melihat wajahnya.

Antariksa melihat mobil Mercedez nya sudah berada di Garasi rumahnya, ada sedikit rasa lega mengingat mobilnya tak hilang.

Hari ini Antariksa membawa mobil BMW milik papanya, papanya memperbolehkan ia mengendarai mobil manapun di Garasi besar ini.

Memanaskan mobilnya terlebih dahulu, waktu masih manunjukkan pukul 5:20 AM.

ANTARIKSA [End✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang