ANTARIKSA 7

5.1K 443 11
                                    

"Tentu saja bro, panggil aja Alan." Ucapnya saling pandang kemudian tersenyum, menyudahi jabatan tangan antara dua sobat baru ini.

Antariksa keluar dari Barber shop tersebut lalu dia baru ingat, dia akan menggunakan celana mulai besok jika sekolah, karena disekolahnya tidak dilarang memakai apapaun asalkan tidak sampai batas atas paha.

Karena SMA ANTARTIKA salah satu SMA terbuka yang ada di ibu kota, mengingat anak didiknya yang lulusan sana selalu diterima di fakultas manapun.

Ari kembali ke toko baju, membeli sneakers baru, tas serta pakaian sekolah lainnya yang akan ia kenakan besok.

Tak urung banyak sekali tatapan memuji yang ditujukan untuknya, dia sangat tampan.

Dia kembali ke sifat asalnya, dingin dan datar, malas saja meladeni tatapan memuji dari wanita-wanita yang menurutnya kurang kerjaan.

Semua sudah ia beli, dia kembali ketempatnya menitipkan pakainnya, sampai kasir tak ayal banyak sekali tatapan memuji untuknya, dia menyewa orang untuk dibawakan barang-barangnya.

Tetapi karyawan toko mall tersebut tidak segampang itu memberikan belanjaannya, karena Ari dikira mau mencuri.

"Ingat baju saya mba, saya cewek yang tadi belanja abis-abisan disini."

"Ah gak mungkin, coba keluarin CARD anda."

"Dengan senang hati." Ari mengeluarkan berbagai macam CARD, dan setelah dicoba, ternyata cocok dengan kode yang tadi memborong baju di toko nya.

"Maafkan saya, saya kira anda ingin menipu." Ucapnya menunduk.

"Tenang saja, saya bahkan sangat berterima kasih, dan seterusnya saya akan berbelanja disini, mas angkat barang-barang saya." Ari melangkah keluar meunuju mobilnya, menaruh barang-barangnya didalam bagasi mobil, tak muat, dia juga menaruh belanjaannya hingga tempat kemudi nya.

Dia memberi 3 lembar uang kertas berjumlah 300 ke lelaki yang membawakan belanjaannya.

Kemudian lenggang dari area parkir menuju rumahnya.

Hari sudah siang, tak menyangka ia berbelanja sebanyak itu.

Antariksa sudah sampai dirumahnya dengan wajah biasa, tanpa ekspresi.

Setibanya dirumah bi Narsih kaget, mengira dirinya lelaki asing.

"Ini saya Ari bi jangan nanya dulu saya capek, tolong suruh Mang Jarwo bawain barang-barang saya yang dimobil ke kamar saya." Dengan cepat bi Narsih mengangguk patuh kepada anaka majikannya itu.

Mang Jarwo tak kalah kagetnya dengan Bi Narsih, tapi dengan cepat ia turun setelah semua belanjaan Ari sampai kamarnya.

"Capek juga seharian belanja." Ari beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari keringat.

Didalam kamar mandi Antariksa melihat dirinya.

"Ganteng juga." Dia tersenyum lalu menyelesaikan ritual mandinya.

Setelah itu dia membuka peralatan make-up yang dia beli.

Memakai cream pada tubuh mulusnya serta mukanya, kemuadian dia tertidur tanpa membereskan pakaiannya.

Erica yang berada disekolah kini telah pulang menuju rumahnya, dia sangat kelelahan, langsung menuju dapur untuk mengambil minum, karena hari ini dia sangat haus.

"Non udah pulang, saya sudah menyiapkan makanan dimeja, dimakan ya non." Erica mengangguk, karena memang dia sangat lapar, entah kenapa.

"Non Ari ganteng banget, mirip Idola korea nya non, bedanya non Ari lebih terlihat cool, bibi jadi ng fans sama non Ari." Erica mengerinyitkan darinya tidak tau arah pembicaraan dari pembantunya.

"Maksud bibi?"

"Itu non Ari cukur rambut model cowok, keren non, bibi aja ngfans." Erica penasaran dengan apa yang dibilang Bi Narsih, langsung saja dia menuju kamar adiknya.

Cklek

Erica membuka kamar milik adiknya, yang banyak sekali barang baru yang belum dirapikannya.

Dia langsung menuju sang adik yang terlihat sangat kelelahan, sangat tampan, bahkan jauh dari kekasihnya Rio.

Tetapi Erica merasa ini salah, dia tidak harus seperti ini, karena kodratnya memang wanita.

Dia merapikan barang-barang milik adiknya memasukkannya kedalam lemari besar milik Antariksa.

Dia tidak menyadari baju serta celana milik adiknya untuk pergi sekolah.

Setelah selesai, Erica menuju kamarnya, karena dia benar-benar lelah.
Dia butuh istirahat.

Menelpon kekasihnya, tentu saja tak diangkat, kebiasaannya, komunikasi hanya lewat chat saja, bagaimana ia bisa nyaman?
Tanyakan saja pada Erica, author gak tau ders.

Erica membaringkan tubuhnya lalu tertidur.

Dikamar sebelah Ari sudah terbangun dari alam nya, dia melihat sekeliling yang ternyata sudah tertata rapi, pasti bibi, pikirnya.

Hari semakin gelap saja, perutnya terasa lapar, antariksa mandi,untuk membersihkan sisa cream pencerah dibadannya,kemudian menuju ruang makan, karena Bi Narsih sudah memasak untuknya.

"Non kok ganteng banget, ngalahin Idola korea kesukaan Non Erica." Bi Narsih tak berhenti menatap kagum anak majikannya yang menurutnya sangat tampan.

"Bi Narsih ada-ada saja." Antariksa hanya bersikap biasa-biasa saja, karena bosan, dulu selalu dibilang cantik, dan sekarang dipuji tampan pun tidak besar kepala.

"Kak Erica belum makan ya Bi?"
Mengalihkan topik karena jujur dia merasa khawatir akan keadaan kakanya itu.

"Belum non, eh saya panggil deh Ari boleh?" Antariksa hanya mengangguk senyum lalu beranjak menuju kamar kakaknya, membawakan segelas coklat panas dan makan malam untuknya.

"Kak, gue boleh masuk?"

"Masuk aja pintu gak dikunci."

Ari masuk, menaruh nampan berisi makanan serta susu tersebut diatas nakas samping tempat tidur kakaknya.

"Kak makan dulu, nanti sakit."

"Udah tadi siang." Ucapnya tak mengalihkan tatapan dari Laptop nya.

"Antariksa kakak mau ngomong sama kamu." Tumben Erica menggunakan aku-kamu, pasti hal serius.

Erica menutup Laptopnya kemudian beralih menatap kearah Antariksa.

"Ngapain cukur rambut? Kamu cewek Antariksa, jangan berlagak seolah-olah kamu itu cowok." Ucapan Erica seolah belati bagi Antariksa, bagaimana tidak? Alasan dia seperti ini hanya untuk kakaknya biar bisa melirik kearahnya, tapi nyatanya tetap saja tidak.

"Ini hidup gue, kalo lo gak suka, gue gak perduli, ini diri gue, gue gak mau jadi apa yang orang lain inginkan, please untuk kali ini ijinin gue buat nolak perintah lo." Antariksa hanya menatap kakaknya dingin, tidak lagi dengan tatapan kemaren, bahkan tadi pagi.

Janjinya untuk membahagiakan kakaknya kembali ia ingat.

Bodoh, itulah kalimat untuk dirinya sendiri dari dirinya sendiri.

"Gue kecewa sama lo Ri, sekarang keluar dari kamar gue, sekarang." Ari hanya menunduk mendengar teriakan kakaknya yang menurutnya sangat memilukan.

"Yaudah kalo itu mau kakak, maaf ya tadi gue ngomong gitu, gue gak maksud, jangan nangis gue gak suka, gue keluar ya." Antariksa menghapus air mata kakaknya kemudian keluar dari kamar tersebut.

"Gue hanya takut, lo akan jadi salah satu dari mereka." Segitunya Erica takut adiknya seorang Lesbian, sebegitu menjijikan menurutnya seorang Lesbian.

------------------------------------------------------

Erica jahat, padahal Ari juga gitu karena dia.

Author boleh nyinyir gak sih-.-

ANTARIKSA [End✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang