Worse

853 49 2
                                    

"Pukuli dia," perintah Techno pada orang dibalik sambungan telponnya.

Klik

Ponselnya itu jatuh dari tangannya yang lemas, bersamaan dengan air mata yang menghiasi wajah Techno.

"Maafkan aku .." desisnya sarat akan kesedihan.

°°°°

Plan menatap Techno dan Ming yang makan dengan tenang, namun rasanya tidak ada yang benar, kedua adiknya bukan anak yang pendiam dan hal itu sungguh berbalik dengan fakta yang terpampang dihadapannya.

"Ai' No? Ming?" panggilan darinya tak lantas membuat dua orang itu mengalihkan perhatian dari sendok dan garpu yang mereka pegang.

"Ai' No??" Plann menyaringkan suaranya membuat Techno menoleh dengan mata yang bingung dan sedih?

"Makan dengan benar," hanya itu yang keluar dari bibir Plann dan anggukan ia dapatkan.

"Aku... Selesai," Ming menatap Plann lalu berjalan ke arah Plann, memeluknya lalu pergi menuju kampusnya.

Sangat aneh....

"Aku juga," ucap Techno, bangkit dari duduknya dan sama seperti Ming ia memeluk Plann sebelum berjalan menjauh.

Plann memang selalu pergi terakhir, namun tak ada yang normal di pagi yang mendung itu.

°°°

Kengkla dengan pelan berjalan dengan bantuan tongkat kruk yang ia gunakan di sebelah kirinya, dengan hati-hati ia berdiri dibalik tembok besar, menatap lelaki yang telah memerintahkan anak buahnya tuk memukuli dirinya, namun ia kesana bukan karena marah, tapi melanjutkan acara stalkingnya.

Dia ... Mencintai Techno...

Dan hanya ini yang bisa ia lakukan...

Lucu?

Ah takkan lucu saat rasa hangat dan nyaman telah merasuki jiwa dan hati.

Senyuman dibibirnya yang terluka terukir indah saat Techno tersenyum bersama teman-temannya.

Yang tak Kengkla ketahui, senyum itu menutupi rasa hancur akan apa yang telah orang itu lakukan.

°°°

"Tuan Plann..." Saro berdiri dibelakang Plann yang tengah menatap gedung dibalik dinding ruangan kantornya yang transparan.

"Ada apa?"

"Sebelumnya, aku ingin bertanya, apa kau sebenci itu pada keluarga Medthanan?" Nama itu membuat Plann berbalik menatap Saro bingung.

"Apa maksudmu?"

"Kau membencinya kan? Sepertinya itulah alasannya akan sikap Tuan Techno dan Tuan Ming," helaan napas berat Saro hembuskan.

Kernyitan di kening Plann semakin dalam saat nama adiknya disebut.

"Anda ingat, anda akan melakukan apa pada orang yang anda benci dan bersalah?"

"Oh, aku tak melakukannya lagi, Demi Tuhan aku sudah insyaf, oke," Plann cemberut.

"Namun, sepertinya adikmu terlalu sayang padamu," Saro menatapnya sedih.

°°°

Plann berlari memasuki pintu rumahnya, ia seharusnya tau!!

"No!!! Ming!!!" Serunya sembari naik ke arah kamar kedua adiknya di lantai dua.

Klek

Brug

Debuman pintu yang dibuka paksa membuat Techno yang duduk di lantai bersandar di samping tempat tidurnya terlonjak bangun sembari menghapus air matanya.

MATE • IND •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang