”Ada saatnya dimana kita harus bisa menerima suatu keadaan. Demi terciptanya kenangan masa lalu.“ – Zyiva Alzan Zea.
––––––
”Gue gabisa!”
”Lo kenapa sih vin setiap gue ajak lo main kerumah tapi lo gapernah mau? Itu rumah lo Vin, tempat nyaman kita!” tanya Zyiva kecewa. Terlihat dari sorot matanya yang menampakkan kekecewaan.
Kevral memang tak serumah dengannya, karena Kevral memutuskan untuk tinggal di apertemen milik papa saat dia menduduki bangku kelas sembilan. Awalnya papa melarang keras karena usia Kevral yang masih terbilang kecil untuk papa, tapi Kevral memaksa. Dia melakukan cara apa pun agar papa mengizinkan Kevral untuk tinggal di apertemen. Mama nya yang terus terusan menangis saat Kevral meninggalkannya. Dan sampai saat ini juga Mama nya tidak tahu keberadaan Kevral. Karena pada saat itu Kevral meminta Papa nya agar tidak memberitahu keberadaan dirinya pada Mama nya. Papa nya cukup terkejut tapi setelah mendengar alasan dari Kevral Papa nya menyetujui.
”Menurut lo nyaman. Tapi menurut gue nggak!” jawab Kevral nada bicaranya sama, masih tetap dingin.
”Hah?!lo gila ya Vin? Itu rumah kita bego!” sungut Zyiva.
”Mendingan gue gila dari pada harus jadi korban dari mamah sendiri.” kini nada bicara Kevral melemah.
”Maafin gue Vin. Gue juga kecewa.” Zyiva menundukan kepalanya ia menahan mati matian untuk tidak mengeluarkan air matanya didepan Kevral.
”Udah lupain aja. Jangan dramatis deh.” Ucap Kevral tertawa di akhir kalimatnya.
Zyiva mendongakan kepalanya menatap wajah Kevral yang sekarang terlihat menyebalkan di mata Zyiva sekarang.
”Pulang sekolah gue main ke apertemen lo ya?”
”Hmm oke.”
”Yeay gue seneng deh.” Ucap Zyiva dengan mata berbinar.
”Tapi ada syaratnya.”
Senyuman Zyiva memudar mendengar ucapan Kevral ”apaan?!”
”Traktir gue makan di Caffe paris besok, gimana?”
Zyiva memutar bola matanya malas ”Lo yang banyak duit juga ngapain gue yang traktir lo makan, harus nya gue yang lo traktir.”
”Lo kan yang di rumah, tinggal minta aja sama Papa.”
”Lo kira gampang, hah?!” sungut Zyiva emosi.
”Gue tanya sama lo, apa pernah Papa marah saat lo minta uang atau apapunlah itu ke Papa? nggak kan?” tanya Kevral.
Zyiva terlihat seperti berpikir sebentar ”Gapernah sih, malah Papa kalo gue minta 200 ribu dikasihnya lebih dari itu.” jelas Zyiva. Ya,memang Papa nya itu selalu memanjakan anaknya, apapun yang di inginkan Kevral dan Zyiva ia akan menurutinya selagi itu baik untuk anak nya.
”Yaudah pokoknya lo harus bayarin gue makan besok.”
”Iya iya yang waras mah ngalah aja.” Ucap Zyiva pasrah
Kevral menoyor kepala Zyiva ” jadi, lo pikir gue gila?”
”Gue gak ngomong kalo lo gila ya?” Ucap Zyiva tak terima.
”Bodo ah.”
Kevral fokus pada ponselnya dan Zyiva memilih untuk keluar kelas mencari udara segar, dari pada ia harus mati karena bosan melihat Kevral bermain game, lebih baik ia keluar kelas.
***
Bel pulang sekolah berbunyi sejak Lima belas menit yang lalu, Zyiva memasukan alat tulisnya kedalam tas biru nya. Kevral sudah lebih dulu menunggu di parkiran. Dasar emang sodara laknat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Will Remember
Ficção AdolescenteKepo? Cek aja ceritanya insya allah suka. Jangan lupa follow dulu:)