Ego

431 37 10
                                    

'Peperangan yang paling aku takuti adalah dengan diriku sendiri. Karena jika menang aku akan bisa berdamai dengan diriku. Bila yang terjadi sebaliknya maka itulah yang dinamakan bunuh diri.'

.

"Bagaimana keadaanmu, sayang?"

Aira tersenyum kecil pada seorang dokter cantik dengan name tag 'Yoona' itu sembari mengangguk.

"Sedikit membaik ku rasa. Anda tidak perlu terlalu khawatir." Kata Aira berusaha meyakinkan.

Tangan Yoona mengusap pelan rambut panjang Aira lembut, "Kau bisa meminta Jungkook untuk selalu bersamamu. Jangan sungkan pada kami, Aira. Lagipula Jungkook pasti senang teman kecilnya mau dekat lagi dengannya, kalian dulu sangat dekat bukan?"

Mengingat itu, senyuman Aira pun perlahan memudar.

Dia dan Jungkook memang dekat, mereka sering pergi berempat bersama. Ya, Aira, Jungkook dan ibu mereka masing-masing. Mereka memiliki sebuah tempat yang sering dikunjungi bersama saat akhir pekan tiba.

Kedekatan Aira dan Jungkook memang tidak seintens layaknya seorang sahabat pada umumnya. Mereka hanya bertemu dan bermain bersama kala ibu mereka sedang melakukan operasi atau jaga di rumah sakit. Aira suka ikut ibunya bertugas dan melihat para dokter bekerja, menurutnya dokter itu keren. Sedangkan Jungkook, dia hanya memastikan ibunya baik-baik saja. Menjadi anak semata wayang dengan ibu seorang single parent membuat Jungkook merasa bertanggung jawab atas keselamatan ibunya.

Tiba-tiba Aira merindukan masa-masa itu. Di mana ibunya masih di dunia ini dan masa di mana semuanya baik-baik saja.

"Aku akan baik-baik saja, anda tidak perlu khawatir. Lagi pula aku tidak mau merepotkan Jungkook."

Yoona menggeleng tidak setuju, "Kau tidak akan merepotkan Jungkook. Dia anak yang tangguh, dia bisa mengatasi banyak hal dan dia tidak akan repot. Percayalah, kau bisa mengandalkan Jungkook."

Senyum Aira kembali mengembang, "Tentu saja, dia kan Jeon Jungkook—"

Mata Aira dan Yoona seolah mengirim sinyal pada satu sama lain sebelum akhirnya mereka berkata secara bersamaan, "Si Iron Man!"

Gelak tawa terdengar setelahnya. Ya, Jungkook memang selalu mengklaim dirinya sebagai Iron Man. Anak itu sangat menyukai Iron Man yang digambarkan sebagai sosok yang jenius, berhati baik dan hebat dalam bertarung. Menurutnya, dia bisa menjadi Iron Man yang melindungi orang-orang di sekitarnya, menjaga apapun yang menurutnya penting. Lagipula, Iron Man itu keren.

"Apa Jungkook masih ingin menjadi Iron Man, eommonim?" Tanya Aira sembari tertawa kecil mengingat betapa menggemaskannya Jungkook waktu kecil.

Yoona mengangguk, "Agaknya dia sangat terobsesi menjadi Iron Man. Kau sudah menonton Avengers Endgame? Dia sangat kecewa dan sedih saat melihat scene di mana Tony Stark gugur, dia bahkan tidak berhenti membicarakannya selama sebulan penuh."

"Dia masih saja menggemaskan." Kata Aira yang disetujui oleh Yoona.

"Tapi jangan ucapkan itu di depan Jungkook, dia akan cemberut seharian. Dia tidak suka dibilang menggemaskan."

"Itu jauh lebih menggemaskan lagi!" Sahut Aira yang berhasil membuat keduanya kembali tertawa gemas.

Sampai suara pintu ruangan terbuka membuat mereka terdiam. Sesosok pemuda berwajah dingin serta kulit putih pucatnya yang mencolok mengalihkan perhatian mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LIFELINE | K.T.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang