Bab 2

247 123 84
                                    

"Tal, ngapain sih kita kesini?" Tanya Quena, sudah dari tadi tingkah lakunya seperti cacing kepanasan. Yup, saat ini kedua bocah setengah waras itu sedang berada di kelas XI IPA 1.

"Udah lo diem aja." kata Kristal sambil terus mencari-cari keberadaan  seseorang.

"Nggak malu apa diliatin gitu ma kakel?" Tanya Quena.

Kristal memutar bola matanya "Yaelaah, kan kita cuma diliatin nggak dimakan, kan? Trus napa lo takut banget?"

Waah bener-bner nih anak, udah nggak punya urat malu banget, anak siapa sih lo?- batin Quena.

"Emang lo nyariin siapa, sih?" Tanya Quena.

"Kak Nathan, tapi dari tadi orangnya gak keliatan"

"Eh Lu kalo mau nyari Kak Nathan kenapa mesti bawa-bawa gue sih? Kenapa nggak Nilam aja? Ooh lo pengen buat gue tambah ngenes liat lo berdua mesra-mesraan gitu? Teman macam apa lo yang bahagia diatas kengenesan temannya sendiri?!" cerocos Quena mulai dramatis.

"Bawel bener lu jadi orang, gua juga nyari Kak Nathan tuh karna ada yang mau gue omongin soal ekskul teater, bukan mau romantis-romantisan sampai buat lo jadi nyamuk ngenes." jelas Kristal. "Kalo gue tau juga lo bakal sebawel ini, gue bakal ngajakin si Nilam, bukan lo! Dari tadi nyerocos mulu, sakit nih kuping gue gegara lu!" lanjutnya.

"Oh gitu, yaudah gue balik aja ke kelas." kata Quena mengambil ancang ancang untuk pergi

Dengan segera Kristal menarik tangan Quena "Yaaah, jangan gitu dong Na."

"Apa sih lo, kan tadi lo nyesel ajakin gue trus katanya kuping lo sakit gegara gue, mau lo apa sih Kristal Evelyna Andreas anak dari bapak Andreas Calvin Said?!!"

"Eh nggak usah ngegas dong Na, kan tadi gue cuma bercanda, baperan amat sih lo." kata Kristal "Yaudah, gini aja lo temani gue disini trus nanti kalo pulang gua traktir somay sama es krim sepuas lo dah."

Quena memicingkan mata, menginterupsi. "Beneran? Nggak boong kan lo?"

"Iya, kapan sih gua bohong sama lo? Nggak pernah kan?"

"Kapan lo boong sama gue? SETIAP HA-"

BRUKKKK

Tubuh Quena yang kurus bagai tusuk sate terjatuh dihatam oleh sesuatu. Membuat Kristal terperanjat, refleks membantu Quena untuk berdiri dengan segera ia mengulurkan tangannya untuk sahabatnya itu. "Lo nggak papa kan Na?" Tanya Kristal sedikit khawatir.

"Apanya yang nggak papa? Nih pantat gua sakit banget, mana langsung kepentok sama tulang lagi." curhat Quena. Mata nya langsung terfokus pada seseorang di hadapannya, matanya melebar menatap sosok laki laki yang sedang berdiri dengan tatapan dingin nan tajam yang menusuk di depannya.

"Lo kalo jalan pake mata nggak sih?" Kata Quena sambil menunjuk nunjuk laki laki itu.

Sementara lelaki itu hanya diam tak bergeming dengan ekspresi datarnya, merasa di kacangin, Quenapun mengamuk tanda tak terima.

"Laah malah ngacangin, EH LO MAU NANTANGIN GUE HAH??!!" kata Quena dengan lantang. Disampingnya Kristal hanya terpaku melihat apa yang terjadi.

"Lo yang salah." akhirnya lelaki itu angkat bicara karna tak tahan dengan suara Quena yang dapat membuat kuping setiap orang yang lewat menjadi sakit.

"APA???" kata Quena. "JELAS JELAS LO YANG TABRAK GUE DULUAN!! MENTANG-MENTANG KAKEL LO YAH."

"Karna lo berdiri di situ." kata lelaki itu santai, masih dengan ekspresi datarnya.
"Ganggu orang jalan."

"Waah, bener-bener nih anak, udah salah tapi nyalahin orang lain." kata Quena. "Lo nggak tau siapa gue. Hah?" lanjutnya membuat alis lelaki di hadapannya terangkat.

Kristal menyenggol lengan Quena. "Na, kayaknya lo yang nggak tau siapa dia deh." bisiknya.

"Emang dia siapa? sampe sesongong itu." Tanya Quena penasaran.

"Lah lo beneran nggak tau?" kata Kristal memastikan.

"Nggak, dia siapa emang?"

"Kak Hazel, ketua Osis SMA Jaya Wijaya" Jawab Kristal

Mata Quena membulat sempurna. "What?! serius lo? kok lo nggak bilang dari tadi, sih,"

"Lo yang dari tadi nyerocos mulu, mana sempat gue bilang." kata Kristal setengah berbisik.

Mendengar hal itu Quena menghela nafas, pasrah. "Mampus gua." runtuk Quena pada dirinya sendiri.

Hening beberapa saat, Quena hanya dapat menundukkan kepalanya, mungkin jika ia bisa memilih, ia lebih memilih untuk menghilang sekarang juga.

"A-anu kak, tadi teman saya lagi kerasukan jadi mohon dimaklumi." Akhirnya Kristal angkat bicara, sedangkan Hazel hanya mengangguk pelan.

"Oh iya, Kak Hazel liat Kak Nathan nggak? Dari tadi dicariin tapi nggak ada." Tanya Kristal.

"Nggak."

"Emang Kak Nathan nggak datang keruang Osis yah?"

"Nggak."

Kristal tersenyum kikuk dengan jawaban Hazel. "Owh, kalo gitu Kak Hazel bisa nggak nanti pas ketemu sama Kak Nathan bilangin, dicariin Kristal"

"Nggak." Hazel masih dengan ekspresi yang sama "Udah ngomongnya?" Kristal mengatupkan bibir lalu mengangguk.

"Minggir." Usir Hazel membuat Quena dan Kristal tersentak dan segera memberi jalan kepada Hazel.

Hazel mulai melangkahkan kakinya untuk pergi, namun tanpa sengaja manik matanya bertemu dengan manik mata milik Quena.

Quena yang menyadari hal itu dengan secepat mungkin memutuskan kontak mata dengan Hazel, takut ia akan mendapat mimpi buruk jika ia terlalu lama menatap Hazel.

"Sumpah tu orang dingin banget nggak,,sih? Hampir beku gua saking dinginnya." Celoteh Quena saat Hazel telah pergi.

"Emang, tapi denger-denger dari orang, sebenarnya dia tuh baik, ramah juga, cuma yah gitu, irit ngomong." Kata Kristal.

"Nggak salah tuh, orang kek gitu dijadiin ketua Osis? Masih mendingan gue kemana-mana" protes Quena.

"Mungkin kita yang nggak tau Kak Hazel itu orangnya kek gimana, atau nggak deket sama dia jadi terkesan kek gimana gitu, dia juga anak kesayangan guru looh saking sopannya."

"Sopan dari mananya? Songong gitu." Ungkap Quena masih sakit hati dengan perlakuan Hazel tadi.

"Udah ah, nggak usah dibahas lagi, orangnya udah pergi." Ujar Kristal "Mending kita kekelas toh Kak Nathan juga nggak ada."

"Ayo, kenapa nggak dari tadi sih, kelamaan disini bikin gua tambah emosi." kata Quena lalu menarik tangan Kristal untuk pergi dari tempat tersebut.

***

Klik tombol bintangnya jangan lupa yah

Sangkyuu

Salam hangat author.
Makassar, 11 Mei 2020.

@Ukhty2304

Happy Or Sad EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang