"Oh ini toh, cewek kegatelan yang katanya deketin kak Hazel?!"
Sontak mata seluruh penghuni kantin mengalihkan pandangan-nya ke sumber suara tersebut. Yah dia Selena. Cabe pentolan Jaya Wijaya Internasional School. Jika dilihat dari cara berpakaian-nya yang memakai baju ketat, rok mini dan tak lupa dua kancing baju teratasnya yang dibuka, semua orang sudah pasti mengetahuinya.
Siswi Jaya Wijaya Internasional School yang setiap malamnya pasti terlihat nongkrong di club malam dengan teman prianya yang setiap hari juga terlihat berganti-ganti. Cuih dasar pakgril!
Ia berdiri di depan Quena sambil melipat tangannya di depan dada. Matanya menatap Quena dari ujung kaki hingga ujung kepala seakan menilai penampilan Quena. Ia kemudian tersenyum meremehkan membuat Quena mengerutkan kening.
"Kenapa lo?" Quena bertanya pada Selena yang masih saja menatapnya.
"Jangan natap teman gue lama-lama dong! entar lo naksir bisa berabe tuh" Celetuk Kristal, Nilam dibelakang hanya diam merapatkan bibir tak berani melawan kakak kelas yang tampangnya mirip bencong dekat SD-nya.
Selena mendelik tak terima. "Lo kata gue lesbi?"
"Yakali. habis muka lo bencong bedak dempul yang kurang belaian depan SD Nilam. Utututu kasihan sekali kamu nak. Nggak laku. Makanya putus asa terus suka sama sesama jenis" ucap Kristal dengan raut sok kesedihan. Entah apa yang ia bicarakan itu.
"Maksud lo apa ngomong gitu hah?!" Selena maju mendorong Kristal dengan kedua tangannya.
Kristal memberi tatapan lasernya. "Kenapa? Lo merasa? Berarti benar dong,"
"Berani lo sama gue?!"
"Kenapa gue mesti takut?" Kata Kristal menantang.
Quena menarik pelan tangan Kristal. "Udah Tal. Nggak usah diladenin entar lo dapat masalah"
"Bodo. Dia kira gue takut apa?"
Selena menggeram. Terlihat sekali ia sedang menahan amarahnya. Tangannya mengepal. Wajahnya merah padam. Dua temannya yang entah sejak kapan ada di belakangnya menarik tangan Selana. Berusaha untuk menghentikannya. Namun segera ditepis oleh Selena.
Kakinya maju beberapa langkah. Hingga tepat sampai di hadapan Kristal. "Belum gue kasih pelajaran lo!"
"Apa? Lo mau ngasih pelajaran ke gue? Mau jadi guru? Sory. Gue nggak butuh guru bego kayak lo,"
"Elo gue dibiarin makin ngelunjak ya," Tangan Selena dengan cepat meraih gelas jus di meja yang terletak tidak jauh darinya. Hendak menyiram Kristal. Akan tetapi Nilam tak kalah cepat, ia menahan tangan Selena lalu berbalik menyiram kakak kelas cabenya itu dengan kuah mie ayam.
Byuuuuurrr
Mata Selena melotot. "Sialan!" Tangannya mengarah naik, dia mengambil ancang-acang untuk menampar Nilam yang telah membuatnya basah kuyup. Namun lagi-lagi tangannya ditahan.
Bukan Kristal yang menahan, Apalagi Quena. Kali ini Genta. Hal itu membuat Nilam tersentak.
"Siapa lo? Mau jadi pahlawan kesiangan?"
"Berhenti atau gue laporin lo ke BK." Ancam Genta. membuat Selena ciut. Ia beranjak pergi namun sebelum itu ia melempar tatapan sinisnya ke arah Quena, Kristal dan Nilam.
"Awas lo!"
Sepeninggal Selena, Nilam tak henti-hentinya mengucapkan kata terima kasih pada Genda. Anak itu memang sangat tau bagai modus dengan cara yang benar.
"Ta, Makasih. Lo udah nolongin gue. Kalo nggak ada lo, mungkin gue udah kena damprat kakak kelas itu,"
"Santai Nil. Yaudah gue pergi yah, mau beli minum"
Nilam mencegah Genta yang akan beranjak pergi. "Jangan pergi dulu. Sebagai ucapan terimakasih, gue bakal traktir lo" Sementara Quena dan Kristal hanya memutar bola matanya, malas.
"Nggak usah Nil"
"Nggak. Pokoknya gue traktir!"
"Gue bilang nggak usah Nil. Kan emang wajar kalo gue bantuin teman gue sendiri kalo lagi ada masalah"
Deg!
Teman?
Seketika Nilam membeku saat mendengar satu kata diantara kalimat yang terlontar dari Genta.
Quena dan Kristal yang mendengar hal itu. Dan menangkap perubahan mimik wajah Nilam ikut terdiam. Turut merasakan apa yang dialami oleh sahabatnya itu.
***
Tolong baca ini:'(
Cuma mau curhat.
Maafkan diriku ini yang jarang update. Mungkin gak ada yang nunggu up-nya cerita ini. Tapi author berusaha buat ngehibur kalian dengan karya author yang entah bagus atau tidak ini.
Suka sedih kalo gak ada yang vote:'( apa susahnya si tekan tombol bintang di bagian bawah? Oke, author gak maksa. Tapi tolong beri author semangat buat lanjutin cerita ini.
Tekan tombol vote itu emang gampang, tapi sangat berarti bagi author sebagai pemula. Mungkin jika ada diantara kalian yang juga author pemula pasti merasakan hal ini.
Makasih buat kalian yang udah vote cerita ini, love you:*
Makassar, 4 Juni 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Or Sad Ending
Roman pour AdolescentsPLAGIAT? DILARANG MENDEKAT! "Oke, gue kecewa." "Na tapi--" "Stop! Gak ada yang perlu dijelasin, semua udah jelas. Kalian bukan teman yang baik buat gue." kata Quena sembari terus menahan sesak yang mengepul di dalam dadanya. Di tersenyum nan...