nyala lampu mulai meredup, kehangatan yang ia beri pun mulai surup, seorang pemuda masih setia menanti kabar dari sang kasih dipersimpangan jalan, meski ia tahu penantiannya hanya akan berbuah harapan, yang kemudian tidak akan pernah bertemu dengan jawaban.
langitpun ikut bersedih kepadanya, rintik air mulai turun dari pelipis langit, membasahi jalanan yang ditatap kosong seorang pemuda, membuat dahinya mengerenyit, dia mulai berpikir..
aku seperti anak kecil yang diberikan harapan kosong, anak kecil yang mempercayai harapan bohong, yang diutarakan orang terkasihnya, karena ia tahu orang terkasihnya tidak akan pernah mengecewakannya.
suatu klise yang terjadi pada pemuda semalam, yang masih saja mempercayai, sang kasih tidak akan pernah mengingkari, meski telah seringkali hatinya tergores duri, yang tumbuh pada sang kasih. tetap saja bau harum dan merah meronanya tidak tergantikan, kecantikan alami yang dianugerahkan tuhan melalui sang kasih, selalu memberinya berjuta alasan untuk tidak pergi, meski saat ingin memeluk kasihnya ia tertusuk duri, yang perih.IROINIS,MIRIS!!!!
Ia tenggelam kedalam lamunan, pemikiran yang tak jelas membuatnya tidak mendapatkan jawaban atas keraguan sang muda, dingin yang sudah menyeruak kedalam sukma, jutaan tanya mulai menyerang kepala, dan ia masih tetap pada keteguhan hatinya.
bahwa semesta itu baik, suatu saat keaadan pasti membaik, perkara diantara kata kitapun membaik.Cimahi, 23 Februari 2020
6.22
Aksara Pena.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA PENA
Poetrysedikit kutipan mengenai perasaan yang tak kunjung terbalaskan