sebuah pelarian 3

6 0 0
                                    

Masih di warung seberang stasiun.

masih dalam kebingungan mengenai "bagaimana caranya untuk pulang" sayup-sayup terdengar tawa renyah yang saling saut-menyaut dari kelompok ojek online didepannya. lalu ia melirik ke sudut warung, terlihat seorang bapak tua, yang tertunduk lesu. begitu kontras dengan suasana ditongkrongan kelompok tadi, mata dari bapak tua itu terpejam sebentar lalu melihat kedalam smartphonenya dan kembali terpejam. setelah cukup lama menundukkan kepala, si bapak tua itupun terlihat sembringah kala terdengar bunyi notifikasi yang masuk kedalam smartphonenya, lalu ia menengadahkan kepala, memejamkan mata, dan tersenyum kepada langit.. seakan berucap, "Terimakasih Ya Allah, atas rezekimu hari ini.." lantas cepat bergegas menuju motor honda matic biru, yang kotor itu, lalu memacu gas motornya.

sang muda terdiam sejenak, memikirkan betapa beruntungnya dia, masih bisa merokok, masih mendapat uang tiap bulan dari orang tuanya, yang lantas membuatnya tidak lagi memikirkan kejadian tidak mengenakan yang baru saja ia alami, ia berusaha mencoba bersyukur.. pasti ada jalan, pikirnya.

sang muda pun beranjak dari duduk, merapikan pakaian, memasukkan laptop kedalam tasnya, lantas berlalu dari warung itu, setelah lelah memapah kaki sang muda terduduk dipinggiran taman alun-alun kota bandung, terlihat anak-anak kecil berlarian kesana-kemari diatas hijaunya rumput sintetis yang melatari halaman masjid raya bandung. terlintas pertanyaan besar, apa alasan ia kesini? sebenarnya apa yang melatar belakangi terjadinya perjalanan ini? yang membuat ia memutuskan untuk tidak bersekolah, lalu ia mengalami kejadian tidak mengenakan tadi.. mata sang muda menatap kosong, lurus kedepan..

.....

AKSARA PENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang