Happy Reading
Jangan Lupa Vote sama Komen
***
Praditya POV
Tepat pukul delapan tadi kami ceckout dari hotel. Dua hari cukup menghabiskan masa libur setelah menikah. Kami sudah harus kembali pada aktivitas rutin kami sebelum minggu depan aku berjanji pada Cyara untuk pergi berbulan madu. Sebelum ke apartemen aku menyempatkan untuk menemui orang tua Cyara terlebih dahulu meminta ijin untuk tinggal terpisah serta mengambil beberapa perlengkapan Cyara. Baru sebagian, yang dirasa penting saja, toh kami juga hanya sementara sampai kami menemukan rumah yang tepat. Aku pun melakukan hal yang sama, meminta ijin pada mama serta mengambil beberapa barang, karena sebenarnya sebagian barangku sudah aku bawa ke apartemen.
Menjelang makan siang, aku dan Cyara sudah tiba di area parkir salahsatu komplek apartemen di Jakarta. Tidak jauh dari studio. Bukan aku egois lebih memikirkan diriku sendiri daripada Cyara. Bukan begitu. Apartemen ini rekomendasi dari Bagas yang memang tinggal di sini. Selain aku malas mencari lagi jadi ketika ada teman Bagas yang menyewakan unit apartemennya ya sudah aku sewa saja dulu sebelum aku dan Cyara memiliki rumah yang permanen. Aku juga belum memutuskan apakah akan membeli rumah atau membeli tanah lalu membangunnya, belum sampai kesitu.
"Sayang bangun! Udah nyampe!" aku mencium pipi Cyara lalu mengelus pipinya lembut, agar istriku bangun. Istriku yang cantik ini sejak masuk ke dalam mobil langsung tertidur pulas. Dua hari ini Cyara memang kurang tidur karena aku tak berhenti mengajaknya olahraga malam. Cyara mengerjapkan matanya beberapa kali, mengucek matanya dengan tangannya hingga matanya terbuka sempurna.
"Udah nyampe aja, gak kerasa banget!" katanya membuatku terkekeh.
"Lagian kebluk banget sih, begitu masuk ke mobil langsung ngorok," dia menatapku garang membuatku hanya nyengir saja.
"Introspeksi, Mas! Siapa coba yang bikin aku ngantuk terus akhir-akhir ini, baru merem dikit udah dibangunin lagi, baru duduk leyeh-leyeh udah maen cium-cium aja, gimana gak cape sama ngantuk coba?!" katanya sambil membuka sabuk pengaman yang membelit tubuhnya. Aku mendekat, mencodongkan tubuhku ke arah Cyara.
"Ibadah sayang!" kataku yang membuat Cyara mencebikkan bibir bawahnya. Aku memundurkan tubuhku. "Mancing teruuuuuus!" teriakku sambil keluar dari mobil. Kudengar kikikkan dari Cyara yang juga keluar dari mobil. Lalu mengikutiku ke arah bagasi mobil untuk membantuku mengeluarkan barang bawaan kami.
"Ini supermarket!" kataku menunjuk salahsatu supermarket yang cukup terkenal di Indonesia. "Gak terlalu lengkap sih kata Bagas, tapi lumayan kalau lagi mepet butuh apa-apa," Cyara mengangguk. "Ini laundry, kata Bagas baju kotor diambil 2 hari sekali, kalau butuh jasa bersih-bersih juga nanti ada orang yang dateng," Cyara kembali mengangguk.
"Emang gak ada mesin cuci?" tanya Cyara kini. "Aku gak nyaman kalau mesti cuci baju kotor sama laundry, apalagi kalau daleman, risih banget," katanya. aku menggeleng.
"Ya udah nanti kita cari-cari mesin cuci, kan nanti kalau udah ada rumah bisa dipake juga. Kamu liat-liat aja dulu kira-kira diapartemen butuh apa, biar sekalian kita beli juga," kataku. "Kemarin aku udah sempet belanja sih, piring, mangkuk, gelas, sendok, alat masak, baru sebagian, nanti kamu cek aja," Lagi Cyara mengangguk.
Kini kami sudah sampai di unit yang kami sewa. Ku lihat Cyara mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan apartemen. Apartemen yang kusewa ini lebih besar dari milik Bagas. Berbeda dengan milik Bagas antara kamar tidur dan ruang tamu menyatu, apartemen yang ku sewa ini sedikit berbeda. Entahlah apa namanya aku tak mengerti. Yang jelas ada satu kamar tidur, tidak terlalu luas tapi cukup untuk menempatkan kamar tidur Queen size, satu lemari serta meja kerja. Di ruangan utama, aku tidak terlalu menempatkan barang-barang karena pemilik apartemen menyewakan apartemen dengan beberapa barang. Seperti sofabed, table coffee meja televisi serta dua kursi bar di mini bar. Mini bar berfungsi juga sebagai meja makan. Ada juga lemari es satu pintu. Lumayan lah. Oh, iya untuk beberapa peralatan kemarin sebelum pernikahanku aku sudah menyicilnya membeli sebagian, seperti televisi LED 56 inch, beberapa mangkuk, piring, gelas, sendok, alat memasak, serta dispenser. Sisanya biarlah istriku yang memilihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still My Home
Romance"Sayang, dengerin aku!" aku membalikan tubuh Cyara. "Aku akui aku salah, Zaskia tadi datang, suaminya selingkuh, dia bilang dia hanya butuh teman bicara untuk mendengarkan keluh kesahnya, aku gak banyak menanggapi karena memang bukan urusan aku dan...