Chapter 5

2.8K 196 8
                                    

Ola...Ola

Gak kerasa udah Selasa lagi, waktunya bikin kalian seneng dapet notif dari Bang Adit

So...

Happy Reading

Jangan lupa Vote sama Komen

***

Cyara POV

"Jadi sementara Bang Adit sewa nih apartemen buat kalian tinggal?" tanya Luna yang secara kebetulan tadi dia meneleponku saat aku berada di Carefoure lalu kami janjian dan dia mengantarkanku ke apartemen.

Aku mengangguk, "Heem! Buat sementara, sambil kita nyari-nyari rumah," kataku sambil membereskan sayuran yang sudah aku cuci terlebih dahulu ke dalam kulkas. "Gue sih sebenernya gak masalah kalau harus tinggal di rumah bunda, toh Cuma sementara, tapi dia bilang gak enak, canggung katanya," Luna tertawa menanggapi kata-kataku barusan.

"Bilang aja laki lu gak bebas ngapa-ngapain, Cy. Dia kan mesum luar biasa," aku tertawa menanggapinya. Mungkin iya juga sih, Praditya mungkin tidak enak jika setiap solat harus mandi dulu. Eh, aku juga sih rasanya risih dan pasti akan ada ejekan dari Cakra. Malu banget.

"Cy, Bang Adit serem gak di ranjang? Pasti ganas deh," aku tersenyum malu mendengar pertanyaan Luna yang sudah menyerempet kemana-mana.

"Idih pertanyaan lu, masa gue harus cerita-cerita gimana laki gue di ranjang?! Makanya nikah sonoh baru bakal tahu deh rasanya," kataku tertawa. Dia belum tahu aja bahwa fotografer yang sering memotretnya itu, yang kalau lagi motret para model sok cool tapi kalau di atas ranjang dia akan sangat buas. Gak pernah ada kata lelah untuknya. Sampai mau rontok rasanya tulangku karena dia banyak maunya. Tapi seneng-seneng aja sih, kan menyenangkan suami banyak pahalanya.

"Eh, lu pakai lingery yang dari gue gak?" nah bener kan nih anak tuyul tersangka utamanya yang nyimpen lingeri di dalam koperku.

Aku menggeleng, "Gue udah nebak itu pasti elu yang simpen!" Luna terbahak. "Tapi kata laki gue, gue pakai karung goni aja dia terangsang jadi gak pakai lingeri juga gak masalah," aku dan Luna tertawa bersamaan.

"Tapi gak apa-apa kali Cy, sekali-kali aja. Laki-laki itu bakalan seneng banget kalau liat istrinya pakai pakaian seksi, nyenengin suami hukumnya wajib!" katanya. persis seperti apa yang dikatakan Praditya. "Eh, lu kalau lagi berduaan sama Bang Adit bajunya ketutup gini?" aku mengangguk. "Pakai hijab juga?" katanya.

"Ya enggak lah, gila kali gue kalau masih lengkap gini! Dia kan udah sama jadi lakik gue, dia berhak liat yang ada dalam diri gue. Maksudnya ya pakai baju yang biasa gue pakai aja," Luna tertawa.

"Ya ampun Cy. Jangan dong, gak asik banget. Yang gue tahu dulu cewek-cewek yang deketin dia itu seksi-seksi semua, jadi udah pasti dia suka kalau elu pakai baju seksi. Kalau di rumah cobain deh pakai hotpants, tanktop, lagian di rumah ini, Cuma ada laki lo doang," aku bergidik ngeri mendnegar kata-kata Luna.

"Ih, risih Lun. Lagian gue takut ada yang dateng, ribet kalau mesti ganti baju, lama buka pintu keburu balik lagi tamu," kataku.

"Ya pas kalian Cuma berdua dong, pastiin kalau udah gak ada orang yang dateng. Misalnya malem-malem, kan udah gak mungkin orang lain namu, gak papa kali Cy, sama suami ini. Badan lu tuh seksi, Cy. Rugi banget kalau suami lo gak nikmatin," katanya. "Kita sebagai istri harus lebih lihai menggoda suami, jangan kasih kendor sama para pelakor yang siap mencuri suami lo kapan aja, pelakor itu kadang-kadang lebih jahat dari ibu tiri," aku tertawa.

"Istilah lo Lun, ngeri amat!" kataku.

Akhirnya menjelang magrib Luna pamit, karena Mas Rayya kekasihnya sudah menjeput di parkiran. Praditya janji akan pulang menjelang Isya. Jadi aku lebih baik memasak terlebih dahulu sebelum mandi dan solat magrib. Makanan yang aku masak juga cukup sederhana. Semur daging sapi, capcay dan kerupuk saja cukup. Gak usah ribet dan segala macam di masak. Kami hanya berdua, makanan banyak tidak akan termakan. Mubazir jika akhirnya harus terbuang.

Still My HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang