Happy Reading
Jangan lupa vote sama komen ya
***
Cyara POV
"Mending satu tabung aja, gak ribet! Kamu tinggal nunggu doang, gak usah bolak-balik masukin ke tabung satu ke tabung yang lainnya," kata Praditya saat kami tengah melihat-lihat mesin cuci di salah satu toko eletronik terbesar di Jakarta.
Kalau dipikir-pikir iya juga sih. Dengan mesin cuci satu tabung akan lebih praktis. Tapi katanya lebih cepat rusak.
"Katanya lebih cepet rusak? Punya bunda juga gitu," Praditya tersenyum lalu melihat-lihat salahsatu mesin cuci satu tabung dengan merek terkenal. Membaca keterngan produk dengan serius. Aku mendekat ke arahnya.
"Nyucinya jangan kebanyakan dong! Mereknya juga pilih yang bagus! lagian elektronik kan emang Cuma lima tahun kekuatan barangnya. Kesananya ya wajar kalau rusak," katanya. "Ini aja ya?!" menunjuk mesin cuci yang tadi dia lihat. "Harga mah gak bohong soal kwalitas sayang!" katanya.
"Ya udah terserah bos aja!" kataku lalu memanggil seorang pelayan. Praditya tersenyum lalu meraih pinggangku, menariknya agar lebih dekat dengan dirinya lalu mencium pelipisku.
Setelah membuat pesanan sebuah mesin cuci, Praditya meminta pada pelayan untuk mengantarnya melihat-lihat televisi. Aku sedikit mengerutkan keningku. TV kemarin kan baru dia beli, masa dia udah mau beli lagi. Buat di mana sih?
"TV nya kemarin baru, kok udah mau beli lagi?" tanyaku. Praditya nyengir sambil mengikuti pelayan toko membawanya ke area televisi. Aku hanya menggeleng saja mengikuti kemana dia pergi.
Praditya mengikuti kemana pelayan toko membawanya. Kemudian kami berdiri tepat di deretan televisi layar datar dari ukuran yang paling kecil sampai ukuran paling besar.
"Sayang, ini gak kegedan kan untuk di kamar?" aku mengerutkan keningku saat dia menunjuk sebuah televisi dengan merek terkenal berukuran 32 inch. Jadi dia mau beli televisi untuk di kamar. "Kadang aku suka pengen nonton di kamar, gak apa-apa ya beli?" katanya sedikit memohon, "biar aku juga bisa main PS di kamar, nanti aku bawa PS yang masih aku simpen di rumah mama," laki-laki dan kecintaannya dengan Game. Cakra sama ayah juga gitu kalau lagi libur. Abyan juga. Katanya itu sebuah refresing ala laki-laki. Jadi daripada dia mencari hiburan lain di luar rumah, aku memutuskan untuk mengangguk saja, membuat laki-laki yang usianya 7 tahun lebih tua dariku itu terlihat sumringah lalu membuat pesanan.
"Masih ada yang bisa saya bantu, Pak, Bu?" kata pelayan toko. Praditya mengarahkan pandangannya padaku. Aku berpikir sejenak. Di apartemen belum ada microwave dan aku membutuhkannya. Selai untuk berekperimen di apartemen kala aku sibuk, microwave juga bisa aku gunakan untuk memanaskan makanan.
"Saya butuh microwve, mas," kataku. Pelayan toko mengangguk lalu membawa kami ke area perlengkapan memasak. "Di apartemen kan belum ada microwave. Aku butuh kalau lagi libur kan bisa bikin kue atau roti, terus butuh juga uat angetin makanan," kataku pada suamiku. Dia mengangguk.
"Iya, nyonya!" katanya sambil mencium pelipisku. Aku hanya tersenyum saja. Satu mesin cuci, sebuah televisi dan microwave akhirnya kami bawa pulang.
"Mau makan apa?" saat kami sudah memasukans semua barang yang kami beli. Untunglah mobil Praditya cukup besar jadi bisa memasukan mesin cuci. Tak perlu menyewa jasa kurir.
"Sate aja, tapi makan di rumah ya, udah masak nasi tadi sayang kalau gak abis," Praditya mengangguk kemudian mulai melajukan mobilnya keluar area parkiran toko elektronik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still My Home
Romansa"Sayang, dengerin aku!" aku membalikan tubuh Cyara. "Aku akui aku salah, Zaskia tadi datang, suaminya selingkuh, dia bilang dia hanya butuh teman bicara untuk mendengarkan keluh kesahnya, aku gak banyak menanggapi karena memang bukan urusan aku dan...