Chapter 35

3.6K 340 25
                                    

Chapter 35

Praditya POV

Aku mengepalkan kedua tanganku kuat-kuat sebagai ekspresi kekesalanku pada teman-teman mama. sumpah, omongan mereka sudah diluar batas kewajaran. Mereka sudah menyinggung perasaanku.

"Mas,"

Aku berbalik menatap istriku yang terlalu baik ini lekat-lekat. Mengapa dia terlahir terlalu baik, hingga hanya bisa menelan mentah-mentah semua perkataan teman-teman mama. Kenapa dia tak pernah bisa melawan sedikit saja?

"Kita gak bisa memaksa orang untuk selalu mengatakan hal baik sama kita. Buat apa kita memusingkan semua perkataan mereka, kita cukup berdoa saja, bukankah kita punya Allah yang selalu mendengarkan keluh kesah kita?" katanya. aku hanya diam. Membalas pelukannya pun tidak.

"Tapi aku gak tahan dengan omongan mereka Cya, mereka menyudutkan kamu, sok tahu, kayak mereka paling bener aja," kataku kesal. "Apa kita harus pengumuman kalau kita udah tes kesuburan dan hasilnya aku yang mandul, jadi yang akan ditinggalkan itu bukan kamu tapi aku. kamu yang lebih pantas ninggalin aku untuk cari laki-laki yang lebih sempurna dari aku," Cyara mengeratkan pelukannya di pinggangku hingga akupun tak tahan untuk memeluk tubuh mungilnya.

"Jangan ngomong kayak gitu lagi, aku gak suka. Gak akan ada yang saling ninggalin. Gak kamu engga juga aku. kita akan sama-sama menghadapi semua," katanya.

Aku hanya diam tak berkomentar dengan semua perkataan Cyara. Rasanya terlalu egois untuk tetap menahan dia, sementara dia juga harus bahagia. Hidup bersama tanpa anak sampai tua asal bersama dia memang terasa lebih manusiawi dan akan tetap membahagiakan asal bersama Cyara. Tapi apa adil buat Cyara?

Dia terlalu sempurna untuk aku. Laki-laki brengsek, tak bisa apa-apa ini, bahkan aku tak mampu memberikannya satu orang anak pun. Apa gunanya aku berobat jika dokter saja masih sanksi atas kesembuhanku. Hingga dia tetap menyarankan kami untuk melakukan program bayi tabung.

Aku, si brengsek ini, dulu begitu bangga dengan dirinya. Punya karier bagus, wajah tampan, bahkan aku bisa membuat semua perempuan bertekuk lutut. Tapi kini, pada kenyataannya, aku hanya laki-laki tak berguna yang tak bisa memberikan istrinya anak.

Jadi harusnya orang-orang yang menghina Cyara itu tahu bahwa akulah yang tak sempurna, akulah yang menyebabkan rumah tangga kami sampai saat ini tak kunjung dikaruniai anak. Bukan karena perempuan yang sedang aku peluk ini.

Mereka semua salah!

***

"Ma, buat Mas Adit biar aku aja yang masak," aku mendengar suara Cyara yang sedang berinteraksi di dapur bersama mama. aku yang sudah berdiri di tangga paling bawah memilih untuk diam bukannya menghampiri mereka.

"Cya, tadi yang diomongin si abang bener?" mama mulai berbicara, meskipun nada suaranya terdengar segan. Aku tak mendengar suara Cyara menjawab. Pasti istriku itu hanya menjawab dengan senyuman. Cyara sekali.

"Kenapa kamu gak cerita?" kata mama lagi. "Terus gimana? Dokter bilang kalian harus gimana?"

"Ma, aku gak mau kalau aku yang cerita. Ini masalah kami, aku takut menyinggung perasaan Mas Adit kalau aku cerita duluan sama mama. padahal aku juga perlu seseorang untuk bertukar pikiran. Tapi aku gak mau kalau Mas Adit marah. bagaimana pun setelah vonis itu dia pasti terpukul," kata Cyara. Sama denganku dia juga ternyata berusaha tegar.

"Tapi sayang, Mama__"

"Mama udah tahu kan apa yang terjadi? Jadi gak usah desak Cyara lagi untuk cerita lebih detail. Sekarang mama udah tahu siapa yang sakit sebenernya, jadi mama bisa umumkan sama temen-temen mama yang kepo itu agar mereka berhenti untuk menyudutkan istri aku,"

Still My HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang