Chapter 1

6.1K 280 6
                                    

Sebelum mulai baca aku kasih peringatan ya bahwa cerita ini diperuntukan untuk dewasa, jadi yang masih piyik dan baca cerita ini aku gak tanggung jawab kalau ada apa-apa :)

So, Happy Reading buat kalian semua yang kangen Cyara-Mas Adit, selamat datang di petualangan mereka berdua menjalankan kehidupan baru sebagai suami istri

Jangan lupa selalu vote dan kasih komen

***

Praditya POV

"Praditya Aryasatya, saya nikahkan dan kawinkan ananda pada putri kandung saya, Cyara Farhana El Mughni dengan mas kawin satu set perhiasan emas 150 gram dan uang tunai Rp. 18.012.002, di bayar tunai!"

"Saya terima nikah dan kawinnya Cyara Farhana El Mughni binti Muhamad Fikram El Mughnisyah dengan mas kawin tersebut di bayar tunai," ucapku dalam satu tarikan napas. Dan setelah suara para saksi berseru kata "Sah" rasanya jantungku yang sejak kemarin jumpalitan mendadak tenang, perut yang sejak subuh tadi mulas seketika terasa baik-baik saja. Apalagi ketika melihat seorang perempuan diapit oleh Luna dan adik perempuanku rasanya hatiku begitu tenang. Tenang karena perjuanganku membuahkan hasil. Cyara kini sudah sah menjadi istriku. Menjadi milikku. Iya dia milikku, cowok-cowok diluar sana gak boleh curi-curi pandang sama perempuan yang hari ini memakai gaun berwarna putih serta hijab syar'i berhiaskan tiara kecil di atas kepalanya. Cantik luar biasa.

Dia berjalan sambil tersenyum ke arahku. Aku berdiri menyambutnya. Mempersilahkan istriku ini duduk di sebelahku untuk menandatangani beberapa dokumen, pemasangan cincin dan pembacaan sigot ta'liq. Gila! Manggil dia istri udah buat gue deg-degan gak jelas gini.

Setelah akad nikah acara kami lanjutkan dengan resepsi. Sengaja aku dan Cyara melangsungkan akad nikah dan resepsi pernikahan di waktu yang sama agar menghemat waktu. Capeknya juga sekalian, gak usah nunggu-nunggu lagi.

"Ini undangan kok gak berhenti sih?!" bisikku tepat di telingan istriku yang sedang menyalami para undangan. Aku tahu dia lelah tapi tetap tersenyum ramah pada tamu-tamu yang datang.

Cyara melirik ke arahku, mendelik sekilas. "Gak usah banyak protes deh ah! Senyum dulu aja, Cuma sampe jam 2, setelah itu kita naik ke kamar, istirahat!" aku tersenyum menggoda pada Cyara sambil menaik turunkan alisku beberapa kali. "Gak usah senyum-senyum ih! Bikin merinding aja!" aku tergelak menanggapi kata-katanya.

"Mbaaaaak! Selamat ya! Akhirnya," teriak Faza yang datang bersama seorang pria. Sepertinya itu kekasihnya.

"Ya Allah, makasih Faza! Cepet nyusul! Eh jangan dulu kamu mah masih kecil, maen dulu yang jauh baru nikah," katanya bergurau lalu memeluk Faza erat.

Satu persatu para undangan meninggalakan ballroom hotel milik kakak sepupu Cyara yang kami jadikan tempat diselenggarakannya pernikahan kami. Iya pernikahan kami. Setelah perjuangan cintaku yang penuh drama, akhirnya setelah dua bulan Cyara dioperasi, aku memberanikan diri untuk melamarnya. Lamaran ini langsung disambut dengan senyum kebahagiaan dari Om Fikram, eh ayah mertuaku yang beberapa jam lalu dengan ikhlas menggenggam tanganku, menyerahkan putri kesayangannya padaku. Laki-laki yang dulu dai sebuut brengsek. Dan hanya si brengsek inilah yang bisa membuat anak perempuannya kembali tersenyum dan memiliki semangat hidup, setelah divonis mengidap penyakit endometriosis. Penyakit yang hingga beberapa hari lalu sebelum pernikahan kami terlaksana masih membuat Cyara ketakutan. Dan lagi-lagi aku tetap meyakinkannya, bahwa aku akan selalu mendampinginnya, ada atau pun tidak punya anak.

***

Setelah acara resepsi selesai tepa pukul dua tadi, aku tidak langsung naik ke kamar sweet yang disiapkan Mas Anggana kakak sepupu Cyara. Tadinya sih aku ingin langsung membawa istriku itu ke kamar, sayang tepat acara selesai teman-teman semasa SMA ku datang dan mau tidak mau aku harus menemani mereka sejenak yang menganggap bahwa pernikahanku ini adalah ajang reuni, karena hampir semua teman-teman semasa SMA aku undang.

Still My HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang