17.Who You?

10 3 0
                                    

Happy Reading,,

Pagi ini Alana bangun pukul 06:00, dimana satu jam kedepan ia harus sampai kesekolah untuk menuntut ilmu, dalam artian jam 7 pagi sekolah sudah masuk, tapi apalah daya? Matanya masih mengatup rapat enggan dibuka.

"Dek, bangun!"ucap Danzo menggoyang-goyangkan tubuh adiknya.

"Emmmmhhhh,"balasan Alana.

Kretak kretak,
Bunyi tubuhnya saat ia menggerak-gerakkannya kekanan dan kekiri.

"Bang hari ini gue gak masuk yah? Gue capek bet dah! Sumpah!"ujar Alana yang matanya masih mengatup rapat.

"Sekolah! Gak ada bolos-bolosan lagi!"teriak Danzo.

"Aihh bang, gue masih ngantuk, capek banget dah! Gak tau kenapa juga!"ucap Alana masih enggan untuk membuka matanya, ia justru menarik selimutnya hingga menutupi sebagian kepalanya yang terpapar pantulan sinar matahari dari jendela kamarnya.

Danzo membuka perlahan selimut adiknya, ia mengecup rambut kepala Alana lembut, membuat si empunya kesal!

Plakkk,,

"Aww."refleks Danzo ketika sebuah tangan mungil menempel dipipinya dengan rasa panas.

"Lo ngapain cium-cium gue? Mau gue tonjok?"teriak Alana. Kini matanya sudah melotot hendak keluar dari tempatnya.

"Etdah! Lo itu ade gue! Masa nyium ade sendiri kaga boleh?"tanya Danzo.

"Taulah! Lo masih sama kaya dulu, ngeselin!"gerutu Alana lalu mengambil handuk dan menuju kamar mandi.

Tak berapa lama terdengar suara jebarrr jeburr dari kamar mandi. Danzo pun memutuskan untuk pergi.

"Harus siap-siap dipanggil nih!"batin Danzo menuruni anak tangga rumahnya satu persatu.

"Bi, nanti jangan lupa bawain Alana bekel ya! Danzo mau latihan basket dulu ke kompleks sebelah, oh ya! Nanti pesenin sama Alana hari ini Danzo gak bisa antar-jemput Lana!"ucap Danzo sambil menggenggam susu coklat ditangannya, dia berdiri tepat disamping meja makan.

"Ohh iya den!, Neng Alana sekarang sifatnya kaya dulu kan? Berarti saya harus siapin segalanya!"ujar pembantu rumah Danzo pada Danzo, tapi juga pada dirinya sendiri.

"Iya bi, jangan lupa sesuai yang dulu ya!"ucap Danzo lalu meletakkan gelas kaca yang tadi berisi susu coklat kini tinggal gelasnya saja.

"Oke den!"

Danzo pun pergi.

Tak berapa lama seorang gadis turun dari lantai atas menuju lantai bawah melalui anak tangga, tampilannya kini berbeda, dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Kini dia beda dari Alana yang lembut kemarin, sekarang rambutnya ia cat merah dan berbandana motif macan tutul,  dia berbedak agak tebal tapi masih dibatas wajar, dia dandan! Baju mini dan rok mini, seperti gadis bar-bar yang baru saja keluar club, tapi itu adalah seragam khas sekolahnya yang memang pressbody. Kali ini beda, ia melipat sisi lengan kanan dan kirinya hingga menekuk sebagian lengan kemeja putihnya. Dia berdandan ala cewek brutal, yang memang sudah jadi ciri khasnya, ia tidak takut apapun dan tidak takut dihukum nanti dengan penampilannya yang sekarang.

"Bi, abang kemana? Aku udah mau telat!"ucap Alana meminum susu vanilla caramel miliknya.

Ah ada bekal, ini pasti untuknya! Tanpa menunggu lama-lama ia memasukkan bekal itu kedalam minibag nya.

"Den Danzo gak bisa antar-jemput non, non nanti dianterin sama bapak aja ya!"ucap Bibi.

"Gak mau, aku mau nyetir sendiri aja!"ucap Alana lalu mengambil kunci dilaci ruang tamu.

Laana Boy✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang