7.Lagi dan lagi

43 9 0
                                    

Happy Reading,,

Huaaammmm,,

05:00

"Perasaan belum tidur,, tapi udah pagi aja"batin Boy.

Semalaman ia memang tidak tidur, ia sibuk membantu Arfian kakaknya mengurus perusahaan peninggalan papanya, Boy memang berperan penting di perusahaan papanya itu, berbeda dengan Arfian yang mengurus perusahaan papa mereka yang berada di luar negeri, Boy dan juga Fika membantu perusahaan papanya di Indonesia. Meski jarang Boy membantunya tapi perlahan tapi pasti ia bisa menyelesaikannya dengan bantuan kedua kakak tercintanya.

"Abanggg"teriakan seorang gadis kecil di dengar oleh pria berusia 17 tahun itu.

Dilihatnya Anayya yang sedang membuka pintu kamarnya perlahan.

"Lohhh Anayya udah bangun ??"tanya Boy.

"Hehe Anayya baru bangun kok, tapi Anayya pengen tidur lagi, Abang nyanyiin yaa !"pinta Anayya.

Boy tersenyum, melihat adik kecilnya yang menggemaskan ini ia jadi lupa akan rasa penat dan lelah karena semalaman tidak tidur.

"Yaudahh, sinii!"ucap Boy sembari menepuk pahanya lalu berbaringlah gadis kecil itu di pahanya.

"Kasihan"batin Boy.

Ia jadi teringat,

Flashback On,

Ia baru saja mengantar Gadis Lemah kekasih Danzo itu pulang, entah kenapa dia merasa kesal hari ini terlebih ketika melihat Gadis itu ngobrol dengan Malvin Renaldo, Malvin yang Papanya berhasil membawa Mamanya pergi setelah Papa Boy meninggal. Dan entah bagaimana dendam itu tiba tiba mengalir begitu saja, padahal dirinya juga sudah merelakan dan melupakan Mamanya yang pergi jauh dari kehidupannya. Tapi, Boy juga kesal akan sikap sombong yang dimiliki Malvin dan selalu merendahkan Mamanya dengan menyebutnya seorang wanita "jalang". Anak mana yang rela jika wanita yang sangat ia hormati dikatai oleh orang lain dengan kata kata seperti itu ? Pasti tidak ada ! Meski wanita itu sudah melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.

Boy baru saja sampai, ia melihat wanita muda berada disana, yang Boy ketahui adalah teman Fika saat SMA, Fika kakaknya itu sering kali membawa wanita itu kerumah.

Disana juga ada Fika dan juga Arfian dan entah sejak kapan Arfian pulang, padahal semenjak saat itu, semenjak Mamanya pergi Arfian tidak pernah pulang kerumah, mungkin karena ia jadi teringat akan kisah kelam yang mengakibatkan dirinya mengemban tanggung jawab sebagai direktur utama perusahaan papanya diusia bermain nya, masa SMA .

"Ada apa ini ?"tanya Boy yang bingung karena semua menatapnya dengan tatapan sulit diartikan.

Fika memeluk Boy, kakak kedua yang sangat Boy sayangi.

"Kamu lepasin Anayya ya !"pinta nya di tengah tengah isak tangis dan pelukan yang semakin erat.

Boy melepas kasar pelukan kakaknya itu, terlihat jelas dari matanya bahwa dia sangat sangat marah.

"Tidak bisa !"teriak Boy menggelegar di seluruh penjuru rumah.

"Boyy,, kakak mohon sayang, lepasin Anayya, dia punya ibu"ucap Fika seraya memohon.

"Ibu ? Anayya memiliki ibu ?"tanya Boy ia merasa janggal dan kata kata nya juga terlihat meremehkan.

"Iya Boyy, dia punya ibu, ibunyaa.."Fika tak melanjutkan kata katanya tapi menatap sahabat SMA nya.

Wanita dengan nama Laras itu menatap sendu kearah Boy,

"Iyaa, akuu akku ibunya"ucap Laras.

Laana Boy✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang