16.Why you ?

17 3 0
                                    

Happy reading,,

Lanjut flasback yaa, 😁

"Ada apa ini? Kenapa gadis ini aneh! Kadang dia kaya anak kecil, kadang juga kaya orang normal, kenapa sih dia?"batin Danzo.

Saat Devika pergi, ayah Devika yang seorang kepala kelurahan di desanya duduk disamping Danzo.

Beliau tersenyum,"berapa usia mu?"tanya ayah Devika.

"20 tahun pak"jawab Danzo.

"Sama seperti Devika"ujar ayah Devika.

Danzo hanya tersenyum, canggung.

"Kamu pasti berfikir kenapa Devika sikapnya berubah-ubah ya?"tanya ayah Devika yang memang benar jika itu yang difikirkan Danzo.

Oh kali ini apa ia harus menjawab iya?

Tapi untunglah, ayah Devika menceritakannya tanpa Danzo jawab dahulu pertanyaan tadi.

"Devika itu pernah mengalami kecelakaan, dia jatuh dan tempurung kepala belakangnya bermasalah sampai juga pada sarafnya. Dia sering lupa, sering bicara sendiri, sering berimajinasi sendiri, dan kadang ia lupa siapa dirinya, jadi maaf kalau Devika membuat anda frustasi. Mungkin anda heran kenapa dia sering lupa dan juga sering tiba tiba berubah seperti anak kecil, tapi, memang itulah yang terjadi padanya, dan saya sebagai orangtuanya, saya mohon maaf jika Devika selalu merepotkan anda"ujar ayah Devika seraya memohon.

Danzo menerima tangan yang menyatu milik ayah Devika,"pak, saya mohon jangan buat saya malu, saya tidak masalah dengan apapun yang dilakukan oleh Devika, sebenarnya saya juga masih baru, saya bisa memakluminya selagi dia tidak pernah meninggalkan tanggungjawabnya mengajari saya sampai sukses, saya akan menerima kekurangannya dengan memakluminya saat dia seperti itu"ucap Danzo.

Jika seperti ini, rasanya Danzo sedang berbicara dengan calon mertua saja, dia panas dingin karena menggenggam kedua tangan ayah Devika.

Semua berjalan lancar-lancar saja ketika dirumah Devika, ia pun teringat akan adiknya dan memutuskan untuk berpamitan pulang.

Ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, meski ia tahu ada orang-orang yang menyumpah serapahinya, ia tidak perduli. Fokusnya kali ini hanyalah adik sematawayangnya, Alana.

Ketika sampai, ia memastikan bahwa mobil cowok yang menjadi musuhnya itu masih ada dan tidak membawa kabur adiknya itu.

Dia buru menuju ruangan yang di kirim oleh si mata-matanya tentang keberadaan adiknya saat ini lewat chat tadi sebelum kemari.

Danzo langsung saja mendobrak pintu UKS meski ia tahu jika ruangan itu sedang tidak dikunci dengan sangat kasar, dia khawatir.

Flasback off,

Dilihatnya sesosok cowok berkulit putih dan beranting yang sangat dibencinya itu, dia tidak habis fikir, kenapa cowok itu selalu menemani adiknya disaat saat seperti saat ini, ia sudah memergokinya dua kali.

Boy tak bergeming, tunggu saja waktu mainnya.

Si Danzo hanya bisa memasang wajah datar dengan tanpa mengetahui apa saja yang ada difikiran Boy saat ini.

Tapi, semenjak surat itu hadir, dia jadi was-was terhadap apapun yang dilakukan Boy.

Meski hingga saat ini Boy tidak melakukan apapun kepada Alana padahal ini adalah waktu yang tepat.

"Euhhhhh"leguh Alana ketika bangun.

"Pusing, tolonggg, ambilin gue aer"ucap Alana, matanya terpejam dan nadanya sudah meninggi saja, mungkin efek pusing.

Laana Boy✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang