Chapter Sepuluh •💬• Isyifa rahadia

1K 65 43
                                    

Dubrakkk......

"Astaghfirullah, ya Allah tolong jangan lakukan ini semua tuan"Semua para warga berteriak histeris saat satu persatu rumah milik mereka dihancurkan.

Ada yang berteriak histeris, menangis sambil memeluk anak anak mereka dan siapapun yang bisa mereka peluk. Perlahan lahan rumah rumah itu hancur seketika dalam hitungan menit, beberapa warga yang sudah tua terlihat menangis sambil memohon untuk tidak melakukan apapun pada rumahnya.

Beberapa dari mereka ada yang pingsan. Memang terlihat lebay menurut beberapa orang. Tapi, menurut mereka ini adalah sesuatu yang sungguh tak bisa mereka terima. Beberapa dari mereka menangis saat rumah kenangan dari keluarga mereka hancur seketika saat orang orang kaya itu datang dan menghancurkan semuanya.

Tesya terbangun dari tidurnya saat telinga miliknya mendengar suara kegaduhan tak jauh dari rumah miliknya. Ia terbangun sambil memegang kepalanya pelan, karena ketika saat ia terbangun dengan tiba tiba, kepalanya terasa sangat sakit. Ia bergumam pelan karena merasa masih mengantuk, matanya ia arahkan diatas dinding dan melihat jam diatas sana, 02.00.

Kening miliknya mengkerut, bingung. Saat tengah malam seperti ini ia mendengar suara gaduh tak jauh dari rumahnya.

Ia menurunkan kakinya dibawah lantai dan melihat kaki miliknya yang terasa sangat lemas, kemudian kedua tanganya ia simpan diantara kanan dan kiri, lalu menghela nafas panjang dan membuangnya dengan pelan.

Sekali lagi keningnya mengkerut saat mendengar suara gaduh untuk kedua kalinya "apa yang terjadi?"

Dengan cepat ia masuk kedalam kamar mandi sambil mencuci wajahnya dan tak lupa menggosok gigi, lalu ia keluar dari kamar mandi dan mengannti bajunya dengan gamis panjang berwarna hitam, tak lupa dengan jilbab panjang dibawah lutut, lalu sebuah cadar hitam. Saat telah selesai memakai semua itu, ia keluar dari rumah setelah memakai sebuah kaos kaki untuk menutupi aurat dikakinya. Kaki juga termasuk aurat seorang perempuan, jadi untuk semua para muslimah kalau ingin keluar jangan lupa pakai kaos kaki, untuk menutupi aurat kita.

Tesya menutup pintu rumahnya dan berjalan dengan tergesa gesa kearah suara gaduh itu.

"Astaghfirullahal adzim"Ucapnya kaget saat matanya tak sengaja menatap rumah rumah warga yang terlihat hancur.

Kakinya berjalan dengan pelan dan sedikit tergesa, ia menatap sedih saat melihat banyaknya warga yang menangis melihat rumah mereka yang satu persatu hancur seketika.

"Tolong jangan lakukan ini semua tuan hikssssa.... Rumah itu rumah peninggalan ayah kami, tolong jangan hancurkan hiks..."Lirih seorang anak berusia sekitar 10 tahun dengan sedih.

Tesya yang melihat itu langsung menangis, air matanya turun menuruni matanya dengan perlahan lahan, ia mendekati para warga itu dan memeluk mereka untuk menguatkan mereka.

Ia tidak percaya pada apa yang ia lihat malam ini. Apa yang terjadi, kenapa satu persatu rumah rumah warga itu dihancurkan. Apa yang ingin mereka lakukan sebenarnya.

Ia menatap seorang pria paruh baya yang tak jauh darinya, pria paruh baya itu tersenyum jahat, tersenyum senang saat melihat rumah rumah itu dihancurkan. Tesya terdiam dengan degup jantung yang berdetak dengan kuat.

"Opa"Lirihnya dengan tak percaya, perlahan lahan air matanya jatuh menuruni pipinya. Apa ia tidak salah lihat? Apa matanya tidak salah lihat? Disana, disana opanya sedang berdiri dengan angkuh dengan beberapa orang berpakaian jas yang terlihat mahal.

Apa yang opanya lakukan disana. Jangan bilang, jangan bilang semua ini karena opa? Jangan bilang semua apa yang ia takutkan semuanya terjadi, tolong jangan bilang semua itu benar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ISYIFA RAHADIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang