Bagian ke 13 bingung

22 8 1
                                    

Vanesa bangkit melawan rasa sakit nya, tapi tetap tidak kuat kaki nya bergetar lalu jatuh.

"Apa yang harus ku lakukan?"suara Vanesa melmah.

"......"

Tidak ada yang merespon jawaban nya!

Tangan kiri dan kanan Vanesa memegang sesuatu?

Vanesa tampak ragu untuk meliahat nya.

Tapi hati berkata lain"Harus berani liat ah, sedikit," rasa penasaran
Vanesa.

"Putri, Alica. Parah, kaki putri mengalami pendarahan dan luka luka di sekujur tubuh. Alica hanya luka di tubuh nya,"Vanesa menggelengkan kepala seakan tidak percaya.

Tiba-tiba ada suara memangil nama mereka"Oyyy kami mencari,"suara misterius itu berteriak kencang.

Mendengar itu Vanesa meminta tolong.

"Tolong-tolong!!"Vanesa menjawab dengan sepatah kata.

"Vanesa, bentar tunguin yah."Angela merasa bingung mau ke arah mana.

                           ***

"Vanesa ada di bawah liat!"Angela berpaling melihat ke bawah.

Angela lo turun ke bawah kita sama yang lain pegang pohon, lo pegang tangan gua,"Vano mengulurkan tangan nya.

"Ok siap Vano,"Angela menerima uluran tangan Vano.

Angela mulai turun.

"Hati-hati, Angela,"tangan Vano satunya memegang pohon.

"Mengejutkan sekali, lo mau bantu gua Angela?"Vanesa menatap sinis seakan tidak percaya.

"Penjelasannya entar aja."Angela tersenyum.

Vanesa tersenyum kecil.

"Licin, parah kalian, yang bener dong pegang nya!"Angela merasakan pegangan sedikit melongar.

Angela menjulurkan  tangan nya.

"Bawa dulu ,Putri, Alica! gua mah gampang,"Vanesa menahan sakitnya membawakan badan Alica, Putri.

Mereka yang di atas menatap dengan penuh keheranan.

                          ***

Hari sudah malam.

"Kalian bisa bawa gak Alica, Putri pulang? atau di rawat dululah?"Vanesa terbaring lemas di tanah.

"Gampang itumah Van,"cewek, cowok menjawab dengan tegas.

"Kalian oy bawa Alica, Putri ."Vano mengatakan nya tanpa pikir panjang.

"Dasar lo Vano untung kita sahabat,"cowok, cewek menatap se arah kesal ke Vano.

Napas Angela naik turun tak beraturan karna kecapean.

"Gak apa-apa kan angela?"Vanesa menatap Angela.

"......."

Angela tidak menjawabnya. Angela mengajak mereka keluar dari hutan ini.

"Ayo, keluar!"Angela memangku Vanesa yang sedang terbaring.

                         ***

Di tengah jalan Alvi sudah sudah ada.

"Hebat lo Vanesa, bisa sampe sejauh ini. Gua ada kejutan buat loh, liat baik baik yah. "Alvi tersenyum sinis niat busuknya berjalan.

Alvi mengambil, bensin dan korek api, di saku celana nya.

"Jangan bakar buku itu Alvi!..."Vanesa berteriak amarah nya meledak.

Vanesa berlari menghampiri Alvi.

"Terlambat, sudah terbakar buku nya,"Alvi menutup muka nya menahan kesanangan yang ia dapatkan hari ini.

Vano, Angela mencoba mereda emosi Vanesa yang sudah meledak.

"Pake emosi ga akan nyelsain masalah. Sambil berjalan menuju Vanesa."Vano menahan tangan Vanesa.

"Sebernya gua sangat benci kebenaran ini Van, tapi takdir berkata lain. Gua benci pada diri gua yang dulu, yang sudah berbuat jahat ke lo dan yang lain nya."Angela menahan  air mata nya.

"Bacot, kalian."Alvi cemberut.

Alvi tiba-tiba membakar hutan, langsung lari penyelamatkan diri.

Api semakin meluas hampir melahap semua nya.

Alvi pergi meninggalkan mereka berempat.
Vanesa pingsan karna tak kuat menahan apa yang telah dilihat tadi.

Brukk.
"Bawa merka kerumah sakit."Angela panik.

" Kuy, sebelom darahnya keluar banyak."Vano panik.

Catatan terakhir(Tamat) (Sedang Di Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang