Bagian ke 16 tidak terduga

39 6 4
                                    

Hari sudah pagi.

Hujan deras turun, tidak seperti biasanya. Ini bukan musim hujan, sebuah perasaan aneh muncul di hati.

Cuman perasaan saja.

Hujan reda.

Saat nya pergi...

"Tunggu dulu Vanesa sayang, yang bisa liat aku hanya kamu doang"-wanita misterius.

"Sebaik nya kamu cari Angela"-wanita misterius.

"Siap"-Vanesa.

"Ke rumah nya"-wanita misterius.

"Jadi, eh malah ngilang"-wanita misterius.

                          ***

"Angela yuhu...Angela"-Vanesa.

"....."

"Tidak ada respon"-Vanesa.

"Eh di deket semak-semak ada yang gerak, pasti dia mau main petak umpet"-Vanesa.

Menghampiri.
Tiba-tiba ada yang keluar. Vanesa terkepung oleh cowok-cowok berbadan besar, karena Vanesa tidak sangup melawan nya di sekap di mobil.

                             ***

"Angela badan kamu memar, agak ke merah-merahan. Seperti nya karna cambukan?"-Vanesa.

"Angela di gantung tangan nya"-Vanesa.

"Sudah cukup jangan siksa dia lagi, jangan di rendem di dalam cukup...."-Vanesa.

Vanesa tidak kuat melihat semua ini. Langsung lemas, tak berdaya
melihat teman nya sengsara.

                          ***

Vanesa terbangun, dari pingsan nya
tangan nya sudah diikat erat, kaki nya, badanya tidak bisa bergerak dan mulutnya  pun dilakban.
Yang bisa ia lalukan hanya bernafas, berkedip.

Seorang memakai baju serba hitam dan topeng datang menghampirinya.

"Hay Vanesa ku"-orang misterius.

"Brengsek ini pasti ulah Alvi! bangsat tuh anak"-gerutu Vanesa dalam hati.

Tanpa aba- aba orang misterius tersebut menarik lakban Vanesa dengan kasar, membuat bibir manis Vanesa berdarah.

"AHH BRENGSEK LO!"-Vanesa.

" Hahaha, apakah kau siap untuk menikmati permainan ku sayang?"-orang misterius.

"GA AKAN, ANJIR LO"-Vanesa.

"Hah? mau apa? memberontak? gak bisa seluruh tubuh lu udah gua kendalikan, sekali aja lo bergerak leser itu ga segan-segan motong leher lu yang mulus Hahaha."-Alvi.

Vanesa terus berharap ada yang menyelamatkan nya, si misterius menatap Vanesa dengan penuh dendam.

Orang tersebut membuka topeng nya degan muka berhadapan 15cm dari Vanesa.

dan ternyata itu adalah.

"ALVI, BANGSAT LO LEPASIN GUA GA!!! "-Vanesa.

"Hahahaha, gak akan sayang nikmati saja permainanku ini."-Alvi.

Alvi menyuruh bodyguard nya membuka tirai yang ada disebelah Vanesa
bertapa terkejutnya Vanesa, melihat isi tirai itu.

"ANGELA. Teriak Vanesa meneteskan air matanya
Vanesa tak sanggup melihat keadaan temannya, badanya penuh luka-luka memar dan sayat
muka pucat, dan direndam di dalam bak es yang suhunya mencapai -23°c sungguh tragis.

"Ikhlaskan aku pergi Vanesa, biarkan brengsek itu mendapat karmanya"-Angela dengan suara lirih.

Dan jrep Angela dihujani 78 anak panah.
Vanesa semakin menjadi-jadi
dia sedih, marah, bingung ,dan juga ling lung.

"Sekarang giliran lu Vanesa hahaha."-Alvi.

"Tidak akan bangsat!!"-Vanesa.

Vanesa berusaha memberontak saat ingin dimasukkan dalam bak air mendidih.

Sebelum itu
angin datang mengobat abit segalanya, Vanesa langsung lari dari genggaman bodyguard Alvi dan mengambil pistol disaku celana Alvi.

"Lo pikir lo siapa Vanesa? merasa sok jagoan yah!!"-Alvi.

Salah satu bodyguard memegang pundak Vanesa
dan Dorrrr.
Suara tembakan meluncur di kepala bodyguard itu.

Vanesa kembali dikepung ,namun naas ternyata pistol tersebut pelurunya habis.
"Ah sialan!

Alvi datang menghampirinya dan merobek pakean Vanesa.
"Hah, gak nyangka lu semulus ini"-Alvi.

"Diam kau brengsek"-Vanesa.

Ditengah pertikaian atap gudang tersebut roboh dan menimpa bodyguard Alvi, hingga tersisa 3 orang.

Degan leluasa Vanesa mengambil pisau belati dan mengoyak tubuh bodyguard Alvi.

"Sekarang tinggal kau Alvi"-Vanesa.

" Dalam mimpimu honey."-Alvi.

Alvi mengambil belati dan jres. Tangan Vanesa luka bahkan hampir patah...
Tiba-tiba datang lah sosok wanita yang selalu mendukung Vanesa dia berparas cantik namun kejam,
wanita itu mendekati Alvi.

"Hay sayang apa kabar, apakah kau ingin bermain dengan aku"-wanita misterius.

Catatan terakhir(Tamat) (Sedang Di Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang