Malam yang buruk, berat dan cukup melelahkan sudah berlalu digantikan hari baru yang cerah dan penuh dengan harapan. Semua orang pasti memiliki mimpi-mimpi besar yang ingin mereka gapai. Kala sedang jatuh, berusaha keras untuk bangkit dan bergerak maju. Harus seperti itu memang dan jangan pernah lupa bahwa semua layak mendapatkan mimpi-mimpinya sekalipun kedengarannya mustahil.Jika kalian tanya apa mimpiku, untuk saat ini jawabanku adalah.. Aku ingin hidup tenang dan damai dengan papa. Berjuang menjalani dunia yang kejam dan keparat ini hanya berdua. Tidak ada mama tiri lagi, tidak juga untuk calon mama baru, calon saudara baru, atau siapapun itu yang ujung-ujungnya hanya memberatkan beban hidup kami.
Tidak bermaksud untuk bersikap egois dengan mengabaikan perasaan papa yang mungkin ingin punya teman hidup lagi, tetapi ingatan tentang perjuangannya menyembuhkan diri dari fobianya terhadap gaun wanita bukanlah hal yang mudah untuk dilupakan.
Dulu, saat aku masih di awal-awal tahun kuliah, papa akhirnya memutuskan untuk menikahi wanita yang sudah menjalin cinta dengannya kurang lebih satu tahun. Meski belum lama kenal, wanita itu sudah dianggap sebagai pendamping hidup yang paling sempurna oleh papa. Entah apa yang membuat papa seyakin itu dengannya. Aku tidak peduli, apapun yang membuat papa bahagia berlaku juga untukku.
Awal pernikahan semua berjalan baik-baik saja. Tidak pernah ada masalah yang serius. Wanita itu merawat papa dan aku dengan baik, seperti sosok ibu yang aku idam-idamkan sejak lama. Bisa dibilang kami mempunyai hubungan keluarga yang harmonis hingga bisa membuat iri keluarga lainnya. Namun sayangnya, papa dan aku terlalu mudah untuk diperdaya.
Tahun ke-2 pernikahan, kami akhirnya tahu sifat asli wanita itu. Jahat. Dia tidak pernah mencintai papa. Semua hal baik yang dia lakukan hanya karena ingin menguasai harta dan kekayaan keluarga kami. Klise memang, tapi begitulah fakta yang ada. Dia bahkan berkali-kali mencoba membunuh papa, mulai dari racun sampai menggunakan alat-alat yang berbahaya.
Percobaan pembunuhan inilah yang memberikan fobia gaun kepada papa. Yeah... wanita itu selalu saja mengenakan gaun ketat ketika hendak menjalankan aksi busuknya. Tidak ada motif khusus, hanya untuk memberikan ciri khas pikir wanita itu. Benar-benar sinting kan?!
Singkat cerita, setelah berhasil memasukkan wanita iblis tersebut ke dalam jeruji besi, papa sering pergi ke psikiater untuk menghilangkan fobianya. Dan dengan perjuangan yang begitu besar, usaha papa membuahkan hasil. Papa sembuh sempurna. Oleh sebab inilah aku tidak ingin papa memiliki hubungan percintaan dengan wanita mana pun lagi. Aku tidak rela kalau harus melihat papa disakiti lagi, karena bangkit dari keterpurukan itu sungguh sulit.
Lalu tibalah hari dimana kenyataan menampar diriku begitu keras. Hari yang tidak aku harapkan malah datang menghampiri. Pengorbanan yang kulakukan selama ini untuk mengunci perhatian papa agar hanya fokus kepadaku saja, semuanya sia-sia. Tidak berhasil. Makan malam hari itu, papa memberitahu bahwa dirinya ingin menikah lagi.
"Papa ingin kamu tampil yang cantik besok. Kita akan bertemu calon mama barumu," ucap papa santai ketika aku hendak masuk ke kamar.
"Apa aku diharuskan untuk ikut?" pertanyaan bodoh keluar dari mulutku. Peduli setanlah! Aku benar-benar terguncang.
Papa tertawa kecil. "Tentu saja. Oh iya, hampir lupa. Dia punya dua anak laki-laki, jadi berdandanlah yang manis," sambung papa lalu mengacak-acak rambutku kecil kemudian pergi ke kamar.
Mengetahui aku akan punya mama baru saja sudah hampir membuat kepalaku pecah dan apa ini?! Saudara tiri? Siapapun tolong bunuh saja aku!
Saat itu juga aku merasa dunia seakan sedang tertawa lepas melihat keadaanku.
T. B. C
Terima kasih sudah mau baca. Semoga suka. Kalau mau kasih saran/kritik silahkan, kalian bebas.
Bye ❤ Lau
KAMU SEDANG MEMBACA
Yummy!
FanfictionKarena alasan tidak setuju Papanya menikah lagi, Lily seakan cuek dan masa bodoh dengan kejadian apapun yang menimpa mereka bahkan jika itu disebabkan oleh dirinya sendiri. Dia dan dua saudara barunya. "Kalau di antara mereka ada yang jatuh, itu sa...