Di Denyut Nadi

40.1K 4.4K 1.2K
                                    

Teruntuk Dev,
maaf aku belum bisa menjadi apa-apa,
yang menjadikanmu luar biasa.

Maaf aku masih begini-begini saja,
saat kamu menuntutku jadi sempurna,

Maaf aku masih diam saja,
saat kamu menyuruhku lari dan pergi secepatnya,

Deva

Hari ini, gue bangun lebih pagi untuk bisa jemput April

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, gue bangun lebih pagi untuk bisa jemput April. Gue bersyukur banget semalam gue masih aman alias nggak kena cambuk dari Papah. Asli sih, gue langsung berdoa dan ngaji surat-surat pendek karena saking bersyukurnya.

Makasih Ya Allah.

Mama juga pernah bilang kalo skincare terbaik adalah wudhu katanya, ya udah gue jadi percaya dan nyoba deh. Seperti pagi ini, setelah wudhu lagi. Gue bantuin Mama untuk nyiapin bekal gue ke sekolah hari ini.

Iya...

Lo semua bener kok, gue jadi terinspirasi bawa bekal dari April. Oh iya lupa, Mama sekarang udah baikkan kondisinya. Senang banget rasanya. Meskipun nggak boleh terlalu banyak bergerak dan harus dibantu Bibi, tapi gue seneng aja. Pagi ini gue sarapan dengan masakan Mama. Meskipun cuma sama telor dan nasi panas tapi terasa seperti masakan mahal.

Lo tau nggak sih? Justru makanan dapat dinilai enak bukan karena harganya yang mahal. Tapi sama siapa makanan itu di masak, dan dengan siapa kamu menyantapnya.

Bener nggak?

Kali ini gue udah siap dan kata Mamah udah cukup tampan buat jemput cewek ke sekolah untuk pertama kalinya, haha. Meskipun gue nggak merasa demikian lho ya.

"Aprilia Aruna Bestari," jawab gue PD ketika Mama nanya siapa nama cewek yang bakal gue jemput pagi ini.

"Nggak biasanya kamu punya energi sebesar ini cuma gara-gara perempuan," Mama tersenyum. Senyum yang sangat berbeda dari biasanya.

Haha, mungkin karena beliau senang sekaligus terharu anaknya nggak lagi bakal melepas status yang disandang sejak lama yaitu jomblo. Atau pun statement-stament kurang ajar dari geng gue.

"Kayaknya Deva gasuka cewek deh Tan," ujar Rico membuat Gilang dan Fawwaz tertawa terpingkal-pingkal. Apalagi ketawanya Fawwaz kayak ngeliat manusia lomba lari sama kura-kura eh terus yang menang kelinci karena curang. Eh, itu mah Upin-Ipin deng.

"ASU koe cah-cah," gue menoyor kepala Rico.

"Cuma belum dapet aja yang pas," gue melakukan pembelaan.

"Banyak alasan sih lu Dev," Fawwaz menyeringai.

"Yang pas nggak bakalan ada kalo lo nggak berani mencoba," ujar Gilang pelan tapi sedikit menampar gue.

Iya juga sih ya.

Ah, tapi ngapain juga dipikirin terus sih?

Nanti juga kalo udah waktunya bakal dapet kan?

Kapal KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang