Sudah Lelah Mengejar

7K 806 77
                                    

APRIL

Sejak dipertemukan dengan lo oleh hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak dipertemukan dengan lo oleh hidup. Hidup gue jadi banyak berubahnya Dev. Gue ngerasain banget jadi tambah bingungnya. Bingung dengan pikiran dan perasaan gue sendiri. Apakah yang gue rasakan ini benar? Atau gue hanya sedang memvalidasi perasaan? Bahkan gue sendiri jadi gak tau batas antara senang dan sedih karena terkadang gue merasakan itu secara bersamaan. Terlalu tipis banget. Sama lo, terkadang gue sakit, tapi sama lo juga gue bisa sembuh. Elo yang bikin gue terluka, tapi lo juga obatnya.

"Habis ini lo mau kemana? Langsung pulang atau ada yang mau didatangi?"

"Gue ikut lo Dev,"

Bahkan untuk menentukan pulang atau jalan menghabiskan waktu bareng dia aja gue bingung. Gue bingung sama semua ini, ingin pulang karena hati sudah lelah tapi diwaktu yang sama masih ingin di sini asal bersamanya, karena setiap waktu yang bergulir terlalu indah untuk diakhiri.

Kupi melaju begitu tenang seperti raut wajah pemiliknya. Tangan Deva menyentuh tangan gue, miliknya begitu hangat membalut telapak tangan gue yang dingin. Seakan meminta gue untuk memeluknya, gue pun mengiyakan dan merasakan begitu nyamannya bersandar dipunggung Deva.

Hingga akhirnya kupi berhenti di parkiran pasar gedhe yang sore ini tidak begitu ramai. Dia melepas helmnya, dan membantu gue melepas helm juga padahal sebenarnya gue pun bisa.

"Ada titipan Mamah yang harus dicari ke pasar?" tanya gue.

"Hm, enggak," jawabnya sambil menyembunyikan senyum. "Ikutin aku aja ya," dengan sigap tangannya langsung meraih tangan gue.

Gue yang refleks ikutin dia dari belakang, genggamannya hangat, tegas, dan nyaman. Bahkan sambil berbicara saja dia masih bisa tersenyum.

Gue kadang suka merasa bersalah saat mood gue berantakan kayak gini. Terkadang saat ini semua menyerang gue, gue bingung harus menyalahkan siapa. Nyalahin Deva? Bahkan dia sekarang ada di samping gue, memegang bahu sebelah kiri gue dengan tangan yang ia arahkan ke kendaraan di samping kita karena ternyata, dia hendak mengajak ke sebuah tempat dan sekarang kita harus menyebrang jalan.

Menyalahkan waktu? Bukankah waktu sudah berbaik hati karena gue dan Deva yang semula hanya tau nama, kini justru jadi dua orang yang kedekatannya bahkan sama kayak bulan dan bintang saat malam.

Rasa overthink gue terus berotasi tanpa henti sampai ketika Deva membelai harus rambut gue, "Hei, lagi mikirin apa sih?"

Andai aja gue bisa langsung jawab, mikirin elo. Kira-kira apa yang dia bakal utarakan?

"Mikirin cowo lain yah?"

Duh Dev, tau gak sih kalo gue gak pernah jatuh segininya sama cowok. Lo seorang yang bikin gue jadi banyak bingungnya.

"Eh, maaf Dev," gue terkesiap, "Kita di kedai kopi?"

"Iya, lo udah pernah ke sini ya?"

Gue menggeleng pelan, "Keren banget Dev,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kapal KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang