Bahkan jikalau memang cinta butuh waktu
Aku masih mau menungguDan akan terus menunggu
Agar cinta bukan hanya tumbuh padaku
Tapi juga suatu saat nanti di kamu***
APRIL
Gue bersemangat untuk masuk ke dalam rumah yang di dominasi cat putih ini. Baru saja masuk melalui celah depan pintu. Baru gue tahu kalau ternyata Deva pecinta kucing. Gemuk sekali hampir mirip dengan gue. Pipinya itu lho. HAHA. Di elus bulu halusnya oleh sang empunyanya, "Namanya gembul.""Sesuai sama tubuhnya," gue mencoba mengelus bulu-bulunya lembut. "Gemasnya."
"Kayak lo kan?" senyumnya ia lempar ke gue, memperlihatkan gigi taring yang cukup tajam namun jadi mempermanis senyumannya.
Sedetik, dua detik. Tatapan itu menghujam tajam tapi penuh keteduhan. Langsung gue screenshoot di ingatan.
Gue cuma bisa diam dan menyembunyikan pipi gue yang mendadak merah karena salah tingkah.
Oh iya, semakin langkah kaki gue mengeja lantai kayu yang bersih tanpa debu. Semakin menyeruak masuk ke dalam hidung aroma masakan Mamah Deva yang begitu harum. Nggak cuma aroma makanan yang masuk ke dalam indera penciuman, tapi seisi rumah Deva juga wangi banget! Gue nggak bisa deskripsiin ini wangi apaan tapi yang jelas, sepertinya tipe-tipe wewangian ini berasal dari aromatherapy.
Deva menggenggam tangan gue, hangat. Gak kuasa untuk melepasnya, tapi juga gak enak untuk membiarkannya terlalu lama.
Biarlah.
Kalau rasa nyaman hadir hanya sementara?
Untuk apa buru-buru mengakhirinya?Dibawanya gue menuju dapur rumahnya yang terletak di pojok belakang, tangannya masih ia genggam, hatinya masih gue coba untuk dapatkan tapi sepertinya engga bisa. Nggak akan bisa.
Dev,
Kalau sampai nanti ternyata bukan aku,
Kalau pada akhirnya kamu salah tujuan,
Aku nggak bisa menerka,Hati ini akan sehancur apa
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapal Kertas
Teen Fiction( SEGERA TERBIT ) Apabila yang di ujung sana bertahan hanya karena kasihan. Sayang, itu bukan cinta namanya.