4 - Vanilla

1K 100 9
                                    


Bisa tidak, aku menyimpan aromamu, dan juga kamu untuk diriku sendiri? - Jeon Jungkook.

Sulit sekali untuk mengakui rasa, lebih sulit lagi untuk melupakan, dan berakhir stuck seolah tidak ada jalan keluar.

...

"Kalian berdua sudah makan?" tanya Seokjin waktu pulang dan melihat dua adiknya sedang main Catur.
"Sudah dong bang, tuh Jen yang masak, ada sisanya buat abang." kata Jisoo masih fokus mengalahkan adiknya.

"Bang lanjutin punyaku, aku panasin makanan buat abang dulu." kata Jenny.

Dan Jisoo langsung memasang wajah kesal.

Kalau lawannya Seokjin, dipastikan ia kalah. Padahal lawan Jenny saja juga kalah.
"Hei mawar, belajar masak lah, biar nggak Jenny mulu yang masakin." kata Seokjin pada Jisoo.
"Manggilnya Mawar mulu, mawar itu adiknya kak Yoongi kan." protes Jisoo.
"lah pheromone mu kan mawar." kata Jin yang tersenyum saat dirinya skakmat Jisoo.
"Yah kan kalah mulu astaga, nyerah aku. Yah lupa kalau aku bau mawar. Malas masak, nanti yah kapan-kapan aku belajar masak sama Jen." kata Jisoo malas.

Ia tiduran di atas sofa.

"Soo, serius ini abang mau tanya." kata Seokjin merapikan papan catur dan Jenny kembali membawa makanan untuk Seokjin.
"Hemb ngomong ajah lah bang." kata Jisoo cuek.
"Makasih yah Jen, kamu duduklah." kata Seokjin.

"Nggak bang, aku bentar lagi mau keluar sama Lisa." kata Jenny lalu kembali ke kamarnya untuk berganti baju.
Sebenarnya alasan.
Yah mau main ke rumah Lisa memang, tapi sebenarnya Jenny merasa canggung saat mendengarkan Jisoo dan Seokjin mengobrol, ia merasa asing.

Dari dulu, ia hanya suka mengobrol bersama Jisoo, atau sama Seokjin saja, jika mengobrol bertiga, ia seolah berada di planet lain yang tidak memahami obrolan kedua kakaknya.

Memang aneh si pheromone coklat ini.

.

"Kamu suka Jungkook?" tanya Seokjin.
JIsoo memandnag bingung ke arah abangnya.
"Kita berdua kaya Tom and Jerry, mana mungkin aku suka sama Jungkook sih bang, lagian apa abang nggak tahu yah kelakuan dan sifat kita berdua tuh hampir mirip? jadi mana ada aku suka sama dia." kata Jisoo malas.

Aneh, ngapain tiba-tiba nanyain soal Jisoo dan Jungkook.

"Yah kalian berdua memang sama sih, hanya saja kan aku pikir ada sesuatu diantara kalian." kata Seokjin yang entah mengapa justru terlihat lega mendengarkan jawaban bahwa Jisoo tidak menyukai Jungkook.

"Sekarang, Jisoo yang tanya, kalau memang seandainya kita berdua saling suka atau mungkin kita adalah mate apa yang akan abang lakuin?" tanya Jisoo membalik pertanyaan.
"Kalian tidak cocok." kata Seokjin.
"Nah kan, kita berdua tidak cocok, cocoknya Jungkook itu sama Lisa." kata Jisoo.
Seokjin jadi diam.

"Bang, kamu sudah move on kan dari si Vanilla Park Lalisa?" tanya Jisoo serius, ia duduk dan menatap abangnya yang berubah aneh.
"Sudah lah, kan aku punya Namjoon." kata Seokjin dengan yakin.
"Serius aku tuh bang, jangan sampai yah kamu mempermainkan Namjoon, soalnya kamu move on ke orang yang pheromone nya sama kaya Lisa, awas ajah." kata Jisoo galak lalu ia pergi naik ke atas.

Seokjin diam, ia hanya melanjutkan makannya.

Jisoo itu kepribadiannya keras, meski barbar dan mengerikan, dia itu gadis yang punya hati lembut, penyayang juga penyabar, dan yang paling dibenci Jisoo adalah seorang yang suka mempermainkan hati orang lain.

Dan Seokjin benci kalau Jisoo mulai marah. Serem marahnya seorang Jisoo itu.

...

Namjoon dan Jungkook sedang makan malam saat Taehyung dan Yoongi baru pulang.
"Ehhh ada adik-adik kesayangan lagi makan." sapa Yoongi lalu duduk di sebelah Jungkook.

The Secret (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang