Bagian : 2

166 28 119
                                    

Baca author's notes-nya ya, please

:)

Walaupun gerbang sekolah belum ditutup oleh Pak Hendra, tetap saja ia kesiangan. Karena keadaan sekolah sekarang sudah tampak sepi, di mana semua murid pasti sudah berada di kelas mereka masing-masing.

"Astaga, kelasnya di lantai 4... gue baru inget, lagi," kata Rena, tampak mempercepat langkahnya.

Gadis itu tetap berusaha untuk menguatkan dirinya, ketika kedua kakinya mulai terasa lemas. Rena juga sempat menghentikan langkahnya saat berhasil mencapai lantai 3, namun tidak lama karena suatu hal kembali terlintas di pikirannya.

"Gue pasti dapet kursi bagian depan—apa gue emang ditakdirkan buat fokus belajar di tahun ini?" tanyanya, sembari menaiki anak tangga itu dengan sisa-sisa tenaganya.

Tapi ternyata keadaan sepi itu tidak berlaku di koridor lantai 4. Saat gadis itu berhasil menginjak anak tangga terakhir, ia justru mendapati murid-murid yang masih berada di luar kelas dengan segala aktivitas yang sedang mereka lakukan.

Sebelum Rena memasuki kelasnya itu, ia bisa melihat bagaimana keadaan di dalam kelas yang tampak tidak kondusif—karena memang belum ada guru di sana. Dan selangkah setelah masuk, gadis itu hanya bisa menemukan satu kursi kosong di barisan kedua dari depan.

Rena melihat kalau pemilik kursi lainnya tengah sibuk memainkan ponselnya, jadi ia tampak sedikit ragu ketika ingin mendudukkan dirinya di sana. "Euhm... boleh gue duduk di sini?" ucapnya pelan, namun berhasil membuat orang itu menoleh.

"Ooh, boleh, kok," balasnya, tampak tersenyum kepada Rena.

Setelah mendudukkan dirinya di kursi itu, Rena langsung mengulurkan tangannya. "Nama gue Rena... kayaknya gue sering ngeliat lo," ucapnya.

"E-eh, masa, sih?" gadis itu tampak tersipu, "Mungkin gara-gara gue kalau ngomong suka heboh, kali ya?" Balasnya.

Rena tertawa pelan setelah mendengarnya, hingga teman sebangkunya itu kembali melanjutkan ucapannya. "Kalau gue Ranti," ucapnya.

"Thanks, ya, lo udah ngebolehin gue duduk di sini," kata Rena, melepaskan ransel yang sedari tadi masih dipakainya.

"Nggak usah terima kasih gitu, dong. Kursi ini juga nggak ada tulisan punya siapa, kali," balasnya, "Lagian gue juga belom ada temen duduk."

xxx

Waktu istirahat mereka benar-benar dihabiskan di kelas yang persis berada di sebelah kelasnya. Ranti yang tadi mengajak gadis itu untuk menghabiskan waktu istirahat mereka di sana. Terlebih lagi keduanya memang sama-sama merasa malas untuk turun ke bawah, apalagi jika hanya untuk pergi ke kantin.

Rena sendiri juga tampak menikmati kebersamaannya dengan teman-teman barunya itu. Apalagi, teman sekelasnya dulu, Nanda yang ternyata juga mengenal mereka.

"Akhirnya kita jadi ngumpul bareng lagi, ya Ren?" kata Nanda sembari menyenggol lengan temannya itu.

"Hahaha, iya," balasnya sambil menunjukkan senyumnya.

"Ya udah, dah, kalian pada nggak mau balik? Udah bel, kali," kata Acha.

"Iya Cha, gue juga denger, kok," balas Ranti seraya bangkit dari duduknya.

"Oh iya, Ti. Masalah usul lo yang semester kemarin itu, masih mau lo omongin ke Bu Vivi?" tanya Vira.

"Euhm... gue belom ketemu, sih—gue kabarin kalau udah ada perkembangan, deh," katanya, lalu menggandeng tangan Rena kembali ke kelas mereka.

Secret Admirer SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang