Bagian : 9

56 20 66
                                    

"—kita berhasil meraih juara harapan 1 dengan selisih angka yang tidak terlalu jauh. Itu sudah cukup baik. Semoga saja ini bisa jadi pertanda yang bagus buat pertandingan-pertandingan berikutnya, ya," kata Ka Edy, mengakiri latihan basket mereka pada hari ini.

"Iya, kak. Terus gue kayaknya harus serius ngajuin buat latihan tambahan," kata Edo.

"Kalau emang full sama ekskul lain, ya nggak usah dipaksa. Lagian latihan makin hari kok malah makin sepi—walaupun masih lumayan rame, sih... tapi nggak serame pas latihan perdana," sambungnya.

"Anak ceweknya pada ngilang tiba-tiba," Mita menimpali.

Lindra menceletuk, "Kayak jin."

"Hush," kata Hans.

"Kayaknya pada pindah ke saman semua, deh," ucapan Gina langsung membuat para anggota basket melihatnya.

"Hah? Kan emang ada yang ikut saman, Gin?" tanya Edo.

"Iya, kak. Setau gue latihan saman tuh jadi dua kali, Rabu sama Jum'at," balasnya.

Rena langsung melihat ke arah Karel yang sekarang duduk membelakangi anggota basket, cowok itu sepertinya tidak berminat untuk mendengarkan apa yang tengah mereka bicarakan sekarang.

"Seriusan, lo?" sambung Yogi, sedangkan Gina hanya mengangguk.

"Yah, ya udah. Kalau emang nggak betah nggak usah dipaksa—lagian gue juga nggak begitu yakin mereka emang niat gabung basket dari awal," kata Ka Edy.

"Sama, kak. Paling juga karena ada cogannya aja," sambar Nina.

"Siapa maksud lo?" tanya Nugi.

"Tau ah," katanya.

"Yang cewek alamat gagal lagi kalau mau ikut cup," sambung Sisca, tampak murung.

xxx

Saat tengah berjalan di koridor tadi, ia tidak sengaja melewati ruangan yang ternyata tengah digunakan ekskul saman untuk berlatih. Sebelumnya Rena hanya melihat kumpulan murid itu dari balik jendela, tapi saat salah satu temannya menyadari keberadaan gadis itu, ia jadi menghampirinya.

"Hai, Ren, baru selesai latihan basket, ya?" tanya Ranti dengan raut wajah ceria yang memang sudah biasa ia perlihatkan.

"Iya, nih. Kalian belom pada selesai? Kan udah mau gelap, lho," tanya Rena, melihat sedikit ke dalam ruangan itu. Ternyata memang benar ada beberapa junior basket yang ada di dalam sana.

"Hmmm, bentaran lagi, sih. Soalnya gue sama anak-anak mau mantepin latihan. Kita ada perlombaan minggu ini," balasnya.

"Hah? Seriusan? Keren banget," kata Rena, "Semangat, ya. Semoga bisa bawa piala."

"Aamiin... makasih, ya Ren, buat doanya," balas Ranti sambil tersenyum lebar.

"Iya sama-sama. Kalau gitu gue balik, ya?" ucapnya.

"Oh, oke. Hati-hati!" kata Ranti setelah memeluk singkat tubuh temannya itu.

Rena kembali melangkahkan kakinya, hingga gadis itu melihat keberadaan beberapa anak basket di pintu lobi. "Kalian belom balik?" tanyanya.

"Hmm, masih pengen di sini aja," balas Karel.

"Lo tadi ngapain di depan ruang latihan saman?" tanya Nugi.

"Ha? Tadi dipanggil temen gue," kata Rena.

"Lo temenan sama mereka?" sambung Karel.

Rena mengangguk pelan sambil melihat cowok itu. "Emang kenapa?" tanyanya.

"Nggak usah, lah, deket-deket mereka, Ren. Gara-gara mereka kita kehilangan banyak anggota," kata Nugi.

"Hah? Kenapa gitu? Kalau emang junior ceweknya pada mau ikut saman, masa kita larang-larang, gitu sih. Itu 'kan hak mereka," kata Rena, heran dengan apa yang dikatakan rekan basketnya barusan.

"Ya gue cuma mau ngasih tau aja. Anak-anak basket pada nggak suka sama mereka," kata Nugi lagi.

"Gue rasa nggak semuanya."

Rena melihat sebentar ke arah Karel. Cowok itu yang baru saja berucap, namun tanpa menoleh ke arah Nugi. "Lo ngomong gitu karena masih—"

"Ya emang bener nggak semuanya. Buktinya Rena masih punya temen anak saman," kata Karel, yang lebih dulu memotong ucapan temannya itu.

"Gue mau pulang," ucapan Rena ditambah dengan raut wajah datarnya tidak membuat kedua orang itu kembali mengajaknya bicara.

xxx

Sekarang suasana hatinya sudah lebih baik, setelah tadi dirinya bilang kalau tidak ada yang terjadi, Reza sudah menganggap cukup dengan jawaban adiknya itu. Karena memang, Rena tidak menganggap ucapan Nugi tadi sebagai apa-apa.

Tidak ada yang bisa melarangnya jika hal itu berkaitan dengan pertemanan. Rena sudah dewasa, ia pasti tau mana yang baik dan juga buruk.

Acha : Eh, eh, mau denger berita terbaru, ga?

Gadis itu memang sedang saling berbalas pesan dengan teman-temannya di grup chat mereka. Dan ketika Rena melihat balasan yang tiba-tiba dikirimkan oleh salah seorang temannya, gadis itu langsung mengerutkan keningnya.

Nanda : Berita apaan, Cha?

Echa : Masalah Karin yang jadian sama Fajar?

Vira : Hah, seriusan??

Rena : Karin mana, deh?

Ranti : Karin MIA, Ren

Rena : Emang kalau dia jadian kenapa?

Acha : Aduh, Ren... ya pasti heboh, lah!

Echa : Lebay

Rena : Emang dia seterkenal itu, ya? Kok gue gatau

Ranti : Anak saman juga, Ren. Masa lo gatau, sih?

Vira : Dia 'kan mantannya salah satu anak basket

Acha : Iya Reennn, si Karel

Rena : Karel?

Ranti : Aduuhh, ga ngerti deh gue sama Rena. Padahal pas kelas sepuluh mereka berdua terkenal banget, lhooo

Vira : Tau, nih Rena

Nanda : Tolong dimaklumin ya temen gue ini. Dia kerjaannya cuma fokus basket sama ngelamun di balkon depan kelas

Rena : Nan... 'kan gue jadi malu

Acha : Katanya Karel sama Karin udah pacaran 3 tahun, tapi abis putus si cewek malah langsung dapet yang baru. Gue pikir Karin sama Fajar sebelumnya juga udah deket

Echa : Biarin aja, lah, jadi urusan mereka

Ranti : Kasian gue sama Karelnya. Kurang apa coba dia? Pinter, cakep, anak osis

Nanda : Kurangnya. Terlalu baik, kali

Vira : Bisa jadi. Orang gue dulu ngeliatnya dia bucin banget, sih

Vira : Ceweknya minta apa-apa, diturutin aja sama dia

Echa : Namanya juga orang sayang

Acha : Gue denger kalau dia sampe bela-belain keluar futsal cuma karena mau ngehindarin Karin

Acha : Kan saman itu kemaren latihannya hari Jum'at, ya, bareng sama futsal

Ranti : Mana sekarang saman latihannya jadi dua kali, hari Rabu juga

Vira : Jodoh, kali

Echa : Jodoh di mananya, coba?

Rena : Gue bener-bener baru tau

Gadis itu menaruh ponselnya, beralih melihat pemandangan langit. Sejak tadi dirinya memang tengah bermain ponsel di balkon kamarnya. Ia melihat langit pada malam itu tampak mendung.

"Pantesan aja tadi dia keliatan nggak mood banget," kata gadis itu.

Secret Admirer SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang