Rena langsung menggendong ranselnya dan berjalan turun ke bawah. Sebelumnya ia juga melihat koridor lantai 4 yang memang sudah sepi, apalagi saat dirinya mulai menuruni tangga, rasanya hanya ia seorang diri.
"Rena? Kok lo dari atas?" seseorang yang keluar dari ruang BK di lantai 2, membuat gadis itu menghentikan langkahnya.
"Eh, Riska. Gue baru keluar kelas, tadi masih ada tugas," balasnya.
"Ooh, kalo gitu ayo pulang bareng. Kebetulan banget kita ketemu di sini," kata Riska.
Rena mengangguk kepalanya, kemudian berjalan bersama turun ke bawah. Keduanya tengah mengobrol mengenai event-event sekolah yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.
Tapi saat mereka baru saja melangkah keluar dari lobi, Rena justru tampak terkejut ketika melihat seseorang yang dikenalnya tengah berjalan ke arahnya. "Eh, Rena, apa kabar?" tanya cowok itu.
Gadis itu tampak memberikan senyum canggung, yang sebenarnya berbalik seratus delapan puluh derajat dengan perasaan yang ada di dalam hatinya. Sangat senang. "Ka Aga, udah lama banget rasanya nggak ketemu—aku baik, kak," balasnya.
"Ren, gue tunggu di depan gerbang, ya? Mau beli jajanan dulu, hehehe," Riska tampak menepuk bahu temannya itu seraya berjalan pergi.
Hanya tersisa mereka berdua sekarang. Aga juga mengajak Rena untuk bergeser, agar tidak menghalangi pintu lobi. "Kakak ngapain ke sini?" tanya Rena.
"Ooh, mau main aja, sih. Kangen," kata Aga sambil tersenyum, "Sama ada yang mau diambil juga."
Rena juga ikut tersenyum. Apalagi saat cowok itu mengatakan 'kangen', yang entah kenapa membuatnya jadi sedikit malu-malu. "Kakak lama di Jakarta?" tanya Rena lagi.
Aga memberikan gelengan sebagai jawabannya. "O-ooh, sayang banget, dong kak," kata Rena.
"Kenapa?" tanya cowok itu.
"Soalnya makrab tahun itu di rumahku lagi, lhoo," balas Rena sambil menunjukkan senyumnya.
Cowok itu terlihat membulatkan mulutnya. "Kenapa nggak di rumah junior barunya, Ren?" tanya Aga, yang langsung membuat Rena perlahan menghilangkan senyumnya. "A-ah, itu kak... soalnya—" belum sempat Rena menyelesaikan kalimatnya yang tampak terjeda, Aga sudah berbicara lagi.
"Oooh, gue ngerti, Ren," katanya, membuat Rena melihat ke arahnya. "Gara-gara lo nggak boleh pulang malem, pasti ya?" sambung cowok itu.
Rena tersenyum kecil, lalu membalas, "Hehehe, iya kak."
"Oy, Ga!" panggilan seseorang yang baru saja menepuk pundak cowok itu, membuat Aga menoleh, lantas tampak menunjukkan senyumnya. "Eh, elo. Lama banget, dah," balas cowok itu.
"Macet."
Aga menoleh ke arah Rena lagi. "Ren, gue masuk dulu, ya. Gue seneng bisa ketemu sama lo," katanya, kemudian mengajak gadis itu bertosan. "Hati-hati pulangnya."
"I-ya, kak," balas Rena. Ia juga sempat melihat senyuman perpisahan yang diberikan Aga sebelum benar-benar masuk ke dalam lobi.
xxx
Saat keduanya masih berada di dalam angkutan umum, Riska tiba-tiba saja mengubah topik pembicaraan mereka menjadi tentang alumni yang tadi sempat ditemui oleh Rena di lobi sekolah.
"Yang tadi itu alumni, 'kan ya Ren?" tanya Riska.
"Iya, Ris. Alumni basket," balasnya.
"Kayaknya lo deket banget," sambung gadis itu, tapi dari nadanya entah kenapa Rena bisa merasa kalau Riska baru saja meledeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer Series
Teen Fiction[DIMOHON UNTUK FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] . Kalian pernah menyukai seseorang dalam diam? Atau bahkan sampai melabeli diri kalian sebagai Secret Admirer-nya? Mungkin kalau kalian pernah melakukannya, akan memahami bagaimana sulitnya untuk memendam...